Dalam dunuia yang ditandai oleh pluralisme agama dan budaya, Gereja ditantang untuk melaksanakan misi memberi kesaksian hidup dan dialog dalam semangat kerendahan hati.
Sebagaimana Yohanes pembaptis mengosongkan dirinya di hadapan Yesus yang dipersiapkannya, demikian juga seperti Yesus yang mengosongkan diri, tidak menganggap kesetaraanNya dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan.
Tetapi Ia mengosongkan diri, mengambil kodrat manusia, menjadi seorang hamba dan taat sampai mati di salib, maka Gereja juga dipanggil untuk menjadi Gereja yang mengosongkan diri, mau berdialog dengan pihak lain, dengan semua orang yang berkehendak, baik untuk menghadirkan Kerajaan Allah. Gereja juga dapat belajar dari tradisi agama-agama lain.
Gereja menanggalkan sikap triumfalis-arogan, ecclesiocentris dan mengadopsi sikap dialogis, terbuka merangkul regnocentris. Biarlah aku (Gereja) menjadi semakin kecil tetapi Kerajaan Allah semakin luas, di mana Allah kasih dan pembebas merangkul semua.

Gereja menanggalkan sikap triumfalis-arogan, ecclesiocentris dan mengadopsi sikap dialogis, terbuka merangkul regnocentris. Biarlah aku (Gereja) menjadi semakin kecil tetapi Kerajaan Allah semakin luas, di mana Allah kasih dan pembebas merangkul semua.

Posting Komentar