iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Umat Katolik yang Membangun dan Memelihara Soliditas Persekutuan Gerejawi

Pada sektsa APP minggu kedua di samping, kita meneukan dua kelompok yang kontras, yakni kelompok paduan suara yang bergembira karena menang (punguan na Marlasni roha) versus kelompok paduan suara yang kalah dan loyo (punguan na Maheu).

Paduan suara tersebut merasa gembira (marlasni roha), karena kesatuan mereka yang kuat (togu parsaoranna), kompak dan saling memberi diri (ganup ruas mangalehon diri), masing-masing anggota memberi yang terbaik kepada kelompok mereka (parsidohot mangulahon namambaen hadengganon) dan bermental juara. Ringkasnya, setiap anggota kelompok sungguh hadir, berperan serta dan solid. Dengan soliditas ini pintu solidaritas (saling berbagi dengan yang lain) akan semakin mudah terwujud. 

Sebaliknya kelompok paduan suara yang loyo (punguan na maheu) kita akan tampil loyo dan rapuh (gale parsaoranna), masing-masing anggota saling menyalahkan, membenarkan diri, minder, tidak berani tampil, bersungut-sungut dan saling meragukan kemapuan diri dan yang lain. 

Yesus menghendaki kita menjadi umat yang bergembira, bukan sebaliknya umat yang layu dan loyo. Pengikut Yesus harus bermental juara, karena satu sama lain bersatu (solid). Kesatuan dan soliditas umat Katolik itu tampil di setiap lini, mulai dari ajaran, hirarki, hingga rumusan-rumusan doa.

Gereja menyediakan 7 Sakramen, dan setiap orang berhak mendapatkan 6 sakramen. Setiap musim menanam hingga panen ada ibadat dan doanya. Sakit dan sehat, mau lulus skripsi, mau diterima kerja, dst ada teks doanya. Bahkan di paroki-paroki desa, umat tak usah repot mempelajari teologi, liturgi dan Kitab Suci. Ada pastor dan katekis yang mengurusinya. Bahkan untuk urusan menyanyikan lagu-lagu liturgi di Buku Ende dohot Tangiang Katolik (BETK) dan Puji Syukur ada para suster dan frater yang akan mengajari umat. 

Gereja Katolik memang terkesan menyuapi umatnya, hingga mereka terlihat manja. Akibatnya, setepah dewasa anak-anak tal tahu apa-apa soal Gereja. Dengan mudah mengatakan "semua agama sama saja" sesaat akan menikah dan rela ditarik menjadi anggota sekte saksi Jahova. 

Di Pulau Jawa sama saja. Hanya si mbok-mbok tua dan enci-enci Cindo yang bertahan imannya, itu pun hanya dengan berdoa Rosario. Sementara di rumah umat Katolik Batak, Kitab Suci dan Rosario justru disimpan apik di lemari, di laci tempat emas di simpan dan pakain dalam di atasnya. 

Bagaimana kita solid, bila kita secara pribadi sangat pelit berbagi waktu untuk Tuhan. Yesus telah mendoakan kita agar satu sama seperti Yesus satu dalam Bapa. Sejalan dengan hal itu, Gereja juga telah meelayani dalam prinsip kesatuan yang solid. Semestinya prinsip soliditas atau kesatuan yang tak terpisahkan dan sempurna itu bisa kita wujudkan di Lingkungan dan Punguan kita. 

So, kita tinggal memilih akan menjadi Punguan Ama Katolik (PAK) yang marlasni roha dibagas hasadaon atau PAK yang maheu dan tak mau tau?

Lebih lamaTerbaru

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.
Order Buku