iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Ketika Stasi Kekurangan Pengkotbah



Mengatasi kekurangan pengkotbah di gereja adalah tantangan yang kompleks, namun ada beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan antara lain

A. Pengembangan SDM, dengan cara:
  1. Menyelenggarakan pelatihan reguler untuk calon pengkotbah dan pengkotbah yang sudah ada. Di sini keterampilan komunikasi, pemahaman Injil, dan penyampaian pesan yang efektif.
  2. memasangkan pengkotbah berpengalaman dengan yang baru untuk memberikan bimbingan dan dukungan (mentoring).
  3. Mendorong anggota umat, terutama para pengurus Stasi untuk mengikuti berbagai kursus teologi dan Kitab Suci yang seringkali diselenggarakan oleh Paroki. 
B. Pemanfaatan Teknologi, dengan cara:
  1. Merekam khotbah berkualitas dari pengkotbah yang baik dan bagikan melalui media sosial (seperti WhatsApp atau Fesbuk yang banyak digunakan oleh orang-orang di Stasi) atau website gereja.
  2. Mengakses aplikasi renungan harian, khotbah, dan materi pendidikan iman yang banyak tersedia di internet.
  3. Mengajak para ahli, terutama para ekseget untuk berbagi pengetahuan melalui platform online (zoom class).
C. Kerjasama Antar Paroki/Stasi, dengan cara:
  1. Mengajak pengkotbah dari paroki yang lebih besar untuk membantu paroki yang kekurangan, atau tukar mimbar antar stasi tetangga.
  2. Menyelenggarakan program bersama seperti retret atau seminar untuk memperkaya iman umat.
D. Melibatkan Umat, dengan cara:
  1. Membentuk kelompok kecil untuk mendalami Kitab Suci dan berbagi pengalaman iman.
  2. Mengajak umat untuk berbagi kesaksian iman mereka dalam perayaan ekaristi atau pertemuan komunitas.
E. Fokus pada Kualitas, Bukan Kuantitas:
  1. Mendorong pengkotbah untuk menyampaikan khotbah yang mendalam, relevan, dan inspiratif.
  2. Menciptakan suasana yang kondusif bagi pertumbuhan rohani umat.

Penutup
Tak sedikit umat enggan dipilih sebagai pengurus di Lingkungan atau Stasi. Mereka takut tak mampu menjadi teladan, dan ketika diminta memberi renungan (berkotbah) mereka merasa takut tak mampu melakukan apa yang mereka katakan. Untuk itu perlu menciptakan ruang yang aman bagi pengkotbah untuk berbagi kesulitan dan kekhawatiran, memberikan apresiasi atas upaya dan kontribusi setiap pengkotbah.

Di titik ini juga umat perlu mengakui keterbatasan si pengkotbah sembari mengingatkan bahwa setiap orang memiliki keterbatasan dan yang terpenting adalah niat baik untuk melayani. Dengan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan, diharapkan kekurangan pengkotbah di gereja dapat diatasi dan umat semakin bertumbuh dalam iman.

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.