Hiper Empati: Bolehkah Saya Terlalu Peduli? |
Andrea M. Darcy (IG @am_darcy), seorang penulis kesehatan mental dan konselor bagi orang-orang tentang cara menemukan terapis yang tepat untuk mereka, memaparkan tema hiper empati ini dalalam tulisannya yang berjudul "Hyper Empathy – Can You Care Too Much?" di situs Harley Therapy Ltd.
Dacy mulai dengan pertanyaan-pertanyaan berikut: Dapatkah seseorang terlalu peduli (hiper empati)? Apakah hiper empati benar-benar ada? Bisakah Anda terlalu peduli dengan apa yang dialami seseorang?
Hiper Empati (Hyper Empathy)
Awalan hiper (hyper) mengacu pada sesuatu yang 'lebih tinggi dari rata-rata'. Istilah hiper empati pada awalnya digunakan oleh para ilmuwan dalam kasus seorang wanita yang sebagian otaknya diambil untuk menghentikan serangan epilepsi, dan kemudian ditemukan memiliki tingkat empati yang lebih tinggi dari tingkat normal.
Hiper empati bukanlah 'sindrom' kesehatan mental. Hiper empati juga bukan hasil diagnosis para psikolog atau psikoterapis.
Hiper empati berarti membiarkan empati bertindak terlalu jauh, sehingga terkadang menimbulkan perdebatan mengenai empati itu sendiri.
Misalnya ada orang yang selalu berlebihan mengatakan, "Rusaknya hubunganku dengan dia telah membuat hidupku hancur berantakan."
Bagi mereka yang hiper empati seperti ini perlu waktu untuk menenangkan diri hingga menemukan kembali jalan menuju keseimbangan.
Dua Jenis Empati
Menurut psikologi empati itu ada 2, yakni empati emosional dan empati kognitif. Empati kognitif berarti kita bisa membayangkan secara mental pengalaman orang lain.
Empati emosional adalah saat segala sesuatunya menjadi rumit, dan terjadi saat kita membiarkan diri kita merasakan apa yang mungkin dirasakan orang lain.
Di titik inilah seseorang bisa berakhir di alam hiper empati, atau dalam istilah Stanford University’s Centre for Compassion and Altruism Research and Education disebut reaktivitas empatik (empathic Reactivity)
Tanda-tanda Hiper Empati
Bagaimana Anda tahu bahwa Anda terlalu berempati dan terjebak dalam 'reaktivitas empatik'?
Tanda-tanda yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
- merasa lelah dan letih setelah menghabiskan waktu bersama orang lain
- berjuang untuk mengatakan tidak kepada orang lain demi mengutamakan kebutuhan Anda sendiri
- membiarkan orang lain bersikap tidak baik kepada Anda karena Anda 'merasa kasihan pada mereka'
- respons emosional yang tidak proporsional (menangis saat melihat foto binatang yang disakiti, merasa marah ketika seorang ibu menghukum anaknya di depan umum)
- reaksi fisik terhadap kekesalan orang lain (merasa sakit perut, mengalami ketegangan otot)
- tidak dapat melepaskan respons emosional anda terhadap rasa sakit orang lain, tetapi tetap berada di dalamnya selama berjam-jam, atau bahkan berhari-hari
- merasa sangat kewalahan sehingga hidup Anda sendiri menderita. Anda terlambat menghadiri rapat, Anda melewatkan kelas olahraga, Anda tidak bisa makan malam
Hiper Empati: Hal yang sangat Sensitif atau Kesehatan Mental?
Secara alami, sebagian orang tampak lebih emosional dibandingkan yang lain. Ini terjadi karena kita memiliki tipe kepribadian berdasarkan "melihat dunia melalui lensa emosional" kita.
Sejak kecil kita dianggap sangat sensitif (hyper sensitive). Namun sebagai orang yang 'sensitif', kita juga akan mengembangkan cara untuk mengelola rasa empati yang berlebihan.
Misalnya mencari sublimasi lewat berkebun atau berolahraga, berkreasi, menulis, berakting atau seni lain untuk menyalurkan emosi berlebihan kita.
Namun bagaimana jika kita terus-menerus menunjukkan tanda-tanda hiper empati hingga tenggelam dalam perasaan kita? Lantas, bagaimana jika hal itu sama sekali bukan empati?
Tinjauan tentang ilmu empati yang dikemukakan oleh University of Chicago menunjukkan empat elemen kunci empati, salah satunya adalah kesadaran emosional (emotional awareness)
Namun dengan adanya masalah kesehatan mental, batasan ini pun menjadi kabur.
Masalah Kesehatan Mental dan Hiper Empati
Masalah kesehatan mental berikut ini bisa membuat Anda bereaksi berlebihan secara emosional terhadap orang-orang di sekitar Anda.
1. Batasan pribadi yang buruk
- Jika kita tidak memiliki batasan yang baik, kita akan kesulitan membedakan tanggung jawab kita dengan tanggung jawab orang lain.
- Kita menghabiskan seluruh waktu kita melakukan sesuatu untuk orang lain, hanya karena kita tidak bisa mengatakan tidak, bahkan mencoba merasakan semua emosi mereka.
2. Kodependensi
- Jika Anda kodependen, Anda akan kehilangan harga diri karena mengurus dan menyenangkan orang lain.
- Berempati secara berlebihan bisa menjadi salah satu cara Anda mencoba 'memenangkan' perhatian dan cinta.
3. Keterikatan cemas
- Tumbuh bersama pengasuh yang tidak bisa memberikan cinta dan perhatian yang layak Anda dapatkan, maka Anda mungkin memiliki ' keterikatan cemas '.
- Mencoba mencintai seseorang membuat Anda gugup dan tidak yakin, dan Anda yakin bahwa Anda harus 'mendapatkan' cinta, bahkan dengan cara bersikap sangat berempati.
4. Gangguan kecemasan
- Kecemasan didorong oleh pemikiran berbasis rasa takut yang melemparkan kita ke dalam mode melawan, lari, atau diam, dengan tingkat kortisol yang tinggi.
- Aliran kimiawi dari kondisi ini membuat Anda reaktif terhadap 'bahaya' yang dirasakan, termasuk terhadap kemarahan orang lain.
5. Anda kurang empati terhadap diri sendiri
- Rasa empati berlebihan terhadap orang lain bisa saja disebabkan oleh ketidakmampuan Anda untuk berempati atau menunjukkan kasih sayang kepada diri sendiri .
- Ini berkaitan kembali dengan kodependensi: dalam upaya untuk merasa berharga, kita terlalu berempati dengan orang lain.
6. Korban dan proyeksi
- Jika kita merasa malu karena sesuatu, seperti pelecehan seksual pada masa kanak-kanak, kita mungkin menjalani masa dewasa dengan mentalitas korban.
- Kita dapat memproyeksikan perspektif ini kepada orang-orang di sekitar kita, alih-alih memproses kemarahan dan kesedihan kita sendiri .
- Ada teman yang merasa kesal dengan masalah biaya di bank? Kami memutuskan mereka telah ditipu dan menjadi marah atas nama mereka.
7. Gangguan kepribadian ambang (Borderline Personality Disorder - BPD)
- BPD sebenarnya dapat membuat empati kognitif anda rendah terhadap orang lain. Anda tidak dapat memikirkan dengan tepat apa yang sedang dialami orang lain, atau membuat asumsi besar tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain.
- Di sisi lain, BPD juga membuat Anda menjadi sangat sensitif secara emosional. Anda mungkin bereaksi berlebihan terhadap film dan hal-hal yang Anda baca atau lihat, dan menjadi sangat marah terhadap hak-hak hewan atau perlindungan alam.
Apa yang harus anda lakukan ketika berjuang dengan hiper empati?
Jika hiper empati berarti Anda kesulitan untuk memiliki hubungan yang sehat. Ini saatnya anda mencari dukungan.
Seorang konselor atau psikoterapis dapat membantu Anda menemukan akar masalah hiper empati, dan membantu Anda menemukan keseimbangan dalam berempati sekaligus menjaga diri sendiri.
Akhirnya, bila hiper empati ini mengganggu hidup anda, maka carilah segera bantuan psikolog konseling dan psikoterapis terkemuka di kota Anda.
* Tulisan ini merupakan review atas poatingan Andrea M.Darcy yang berjudul "Hyper Empathy – Can You Care Too Much?" atas yang dipublikasi pada Harley Therapy Ltd. - © 2006-2023
Posting Komentar