Rebahan ala Gen-Z |
Salah satu alasan mengapa anak dan orang muda tak sopan mengejek orangtua adalah persoalan karma.
Waktu kecil, saya dan abang saya Marudut Sinurat secara bercanda pernah bilang ke alm. ayah kami, "Bah songon na so ho, pak."
Saat itu kami lagi angkatin padi dari rumah ke halama untuk dijemur. Mungkin bapak udah cape. Jadi dia berdiri bentar sembari menyemangati kami.
Karena kami sangat akrab dengan bapa, jadi kami spontan bilang, "Ayo, pa. Bapa kok berhenti?"
Sambil tertawa, bapa bilang begini, "Aeonmu nadua do haduan i". Maksudanya kalau kami sudah seusia bapa, kami juga akan merasakan apaya yang dia rasakan "mudah lelah".
Sekarang saya rasakan. Setelah melewati usia selama "Perjalanan Israel Keluar dari perbudakan Mesir menuju Kanaan", saya sudah merasakan tubuh makin lemah.
Dikit-dikit kecapean. Kecapean kok dikit-dikit. 🤣
Alih-alih mampu mengangkat sekarung padi dari rumah untuk dijemur di halaman, mengangkat galon ke atas dispencer pun gak sanggup.
Lantas bagaimana dengan gen-Z yang bahkan masa kecil hingga remajanya cuma doyan rebahan? Mungkin gen-Z ini tak cukup diingatkan dengan kalimat "Aeonmu do haduan."
Kepada anak-anak sekarang lebih pas dinasihati dengan kalimat, "Pahusor-hosur pamatangmi saotik, unang holan ipapeak-peak ho. Sotung umbalga parsiobatmu sian uang sikkolam."
Artinya, Ayo, gerakin dikit badanmu, nak. Jangan rebahan aja. Ntar biaya sakitmu malah lebih mahal daripada uang sekolahmu."
#SaiNaadongDo
Posting Komentar