Sebanyak 112 juta pengikut di Instagram dan jutaan penggemarnya di dunia telah menjadikan Taylor sebagai penyanyi top dunia dan 10 artis paling berpengaruh di Amerika.
Namanya bahkan dicatat di Guinnes Book of Record, majalah Rolling Stone, dst. Ia juga pernah mendapat perhatian Donald Trump yang tidak didukung Taylor saat Pilpres AS 201, bahkan pernah direndahkan oleh Kayne West saat Taylor mendapat Grammy dengan mengatakan video musik Beyonce lebih hebat.
Dengan sederet penghargaan tertinggi seperti Grammy etc di dunia musik tak ayal lagi telah menjadikan Taylor sebagai artis paling digemari oleh kaum muda saat ini.
Dalam film dokumenter "Miss Amerika" yang dirilis tahun 2020 kita bisa melihat miniatur perjalanan suka duka seorang Taylor.
Dari film ini kita jadi tahu alasan mengapa para fans menggilai Taylor.
Suaranya tak terlalu luar biasa. Ia tak se-menggelegar Mariah Cary atau Beyonce. Genre musknya juga 'hanya' country-pop yang tenar di tahun 80an - 90an.
Tapi semua lagunya ia ciptakan sendiri. Lirik demi lirik lagunya lahir dari keresahan dan ekspresi hidupnya di dunia nyata. Dan, Taylor adalaj artis dengan karakter "apa adanya".
Di atas semua alasan di atas, Taylor aalah sosok pekerja keras dan sangat mencintai dan memprioritaskan keluarga dan teman-temannya. Ia bahkan terkesan cuek atas penilaian negatif orang terhadap dirinya.
Menariknya, dengan pengaruhnya sebagai seleberitas publik, Taylor tetap konsisten menyuarakan dukungan pada kaum perempuan, termasuk di bidang politik.
Tampaknya Taylor juga memasukkan para politisi yang berjuang demi kekuasaan itu sebagai "pebisnis tepuk tangan".
Taylor bahkan terang-terangan mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap politisi yang merendahkan kaum perempuan dan homoseksual.
Itu sebabnya ia sempat membuat Donald Trump kesal. Taylor jelas tidak mendukung Trump saat pilpres AS 2016. Sepertinya Taylor memang seorang Demokrat, bukan Republik.
Saat ditanya wartawan tentang Taylor yang tak memilihnya, Trump nyerocos sambil sewot, "Taylor akan kehilangan 25 persen pendukungnya."
Begitulah Taylor, sang idola dari ratusan juta penggemarnya di dunia mengungkan keresahannya atas apa yang terjadi di sekitarnya, termasuk berbagai tuntutan "harus tampil cantik" dari fansnya.
Kata Taylor, "Setiap hari saya menemukan para penggemat di halaman rumah saya. Tentu hal ini sungguh tidak normal. Para penggemar dan jurnalis selalu memotret saya pada saat saya keluar rumah,.
Tapi di sisi lain Taylor juga paham dengan konsekuensi seorang tokoh publik.
"Itu sih hak mereka. Tapi, apabila difoto setiap hari, maka tindakan mereka akan mencemaskan saya. Sebab mereka punya standar penampila yang mereka harapka: tubuh seksi, pantat semok, perut rata, dst. Ini tuntutan mereka bukan?"
Ada satu pernyataan yang sangat "anak muda kekinian banget" dari Taylor dalam sebuah jumpa pers. Pernyataan ini terkait dengan pandangan politik seorang Taylor pada pemilu di AS saat Trump mencalonkan diri.
"Saya punya hak untuk memilih. Tapi bukan hakku untuk mendikte orang lain tentang apa yang harus mereka lakukan."
Kepada para politisi Taylor berpesan, "Jangan memasukkan nilai-nilai agama saat kampanye demi mendapatkan suara disaat Anda sendiri berada sangat jauh dari nilai-nilai itu."
Taylor menambahkan, "Jika aku ditekan karena menyuruh orang untuk tidak memilih caleg dan capres yang rasialis dan homofobia, ya biarkan saja."
Akhirnya, sebagaimana kita tahu bahwa Oppung Luhut Binsar Pandjaitan pun tertarik dengan "Bisnis Tepuk Tangan" dari Taylor Swift ini. Luhut gak mau kalah dengan Singapur untuk mendatangkan Taylor ke Indonesia demi mendatangakan wisatawan dan cuan ke Indonesia.
Kapan itu Jenderal?
Jan-Des Tahun 2024 ini jadwal Taylor Swif udah padat banget loh. 😄😀😃
Lusius Sinurat
Posting Komentar