Prinsip "Menyerang adalah cara bertahan paling mumpuni" tak hanya berlaku di sepakbola. Para politisi juga mempraktikkan prinsip yang sama.
Di Amerika sedang berlangsung pemilihan sela. Perang antar Partai Demokrat versus Demokrat berlangsung sengit. Isu moral "aborsi" dan "infanticide" dimainkan, dan isu ekonomi jadi andalan. Hasilnya, Republik dengan "wajah garang Trump"-nya sejauh ini lebih unggul.
Indonesia memang baru tahun 2024 pemilu. Tapi strategi pertarungn antar capres sudah terlihat. Padahal siapa sesungguhnya akan jadi capres belum jelas samasekali.
Kita sebut saja, baru Prabowo yang paling masuk akal akan lolos; dan tak lama lagi Ganjar akan tampil. Kalau Puan cukuplah darpat Doktor Honoris Causa dari Korea Selatan kemarin ini. :)
Persoalannya ada partai yang bahkan tak "punya kemampuan" mencalonkan presiden bernama Nasdem yang justru sangat getol menyerang "lawan yang belum mengumumkan capres mereka".
Strategi "menyerang" ini benar-benar dimainkan Nasdem. Dengan bantuan media dan televisi yang dimiliki ketua partai, Surya Paloh, serangan terhadap "capres-capres bayangan" di atas sudah dimainkan secara terstruktur.
Survei-survei dimainkan, dan litbang-litbang dibuat sibuk membaca situasi perpolitikan nasional.
Nasdem sungguh "luarbiasa". Kader Nasdem yang tadinya sangat getol mengkritik Anies sebagai "gubernur terbodoh", kini matian mengatakan bahwa Anies adalah "anak terbaik bangsa saat ini."
Begitulah Anies, yang asilnya pemain inti politik identitas justru digadang sebaga tokoh muda paling nasionalis pembawa perubahan--dalam konteks Nasdem satu-satunya tokoh yang mampu mewujudkan restorasi bangsa."
Padahal, bukan hanya publik, Surya Paloh sendiri pun tak paham arti "restorasi" yang sesungguhnya dalam konteks pembangunan Indonesia. Tapi, paling tidak terdengar agak asing dan keren. Makanya tetap dijual.
Nah serangan demi serangan yang dilakukan Nasdem dengan pemain inti Anies Baswedan, bagaimana pun juga telah berhasil memengaruhi "pandangan negatif" tentang Anies yang selama ini hanya dikenal di Google sebagai "gubernur bodoh" dan kini mulai dikenal sebagai "juruselamat bangsa".
Menyerang adalah pertahanan terbaik. Ini sungguh dimainkan oleh Surya Paloh dan Nasdem-nya.
Soal apakah pencalonan Anies Baswedan sudah pasti atau tidak, tapi minimal mereka telah berhasil mengacak-acak pemikiran dan perasaan para penonton, saat mereka membawa Anies ke daerah mereka.
Tentu saja, karena mereka baru menguasai lapangan dengan lawan yang belum jelas, serangan yang mereka lakukan belum tentu menghasilkan kemenangan, apalagi juara.
Kini, kita sedang menanti PDIP mengumumkan [Ganjar Pranowo] sebagai capres, agar Anies punya lawan yang jelas. Ya, paling tidak kalau pun Nasdem dan Anies hampir pasti kalah, tapi sudah jelas siapa lawannya.
Selamat datang di Tahun Politik
di man setiap langkah dianggap sebagai intrik!
Posting Komentar