Dunia sangat beruntung dengan kemajuan teknologi, terutama dalam hal informasi dan komunikasi. Terbukti, teknologi komunikasi telah membuka segala tindakan jahat yang selama ini tertutup oleh kabut keterbatasan komunikasi.
Jauh sebelum teknologi komunikasi melejit gesit seperti saat ini, banyak tindak kejahatan yang tak tercium oleh para pewarta.
Sebut saja ketika para politisi melakukan lobi-lobi tertutup sembari bagi-bagi jatah. Begitu juga ketuka para mafia membunuh lawan-lawan gengnya lorong-lorong gelap, atau para pengedar narkoba lalu lalang menjual narkoba kepada anak-anak.
Tak ketinggalan juga berbagai malapraktik yang dilakukan oleh dokter-dokter cuan, penindasan HAM warga yang kritis oleh penguasa, skandal seks dan pemerkosaan di lembaga agama, dan seterusnya.
Dulu, dalam istilah intelijen, kasus-kasus itu dilakukan dengan "clean and clear" (bersih dan rapi). Tentu, dengan keterbatasannya, para awak media tak mampu mengendusnya.
Tentu kemajuan tekonologi komunikasi itu ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi keterbukaan media saat ini telah turut menerangi kegelapan. Namun di sisi lain, kini justru media publik itu sendiri yang justru mengelabui kebenaran lewat narasi pay per click-nya.
Akhirnya, ketajaman naluri dan ketangkasan berpikir kita sendirilah yang menentukan apakah sebuah warta itu benar atau bohong, hoax atau justru busuk kayak"borax".
Semua tergantung kita. Apakah kemudahan mengakses informasi itu memudahkan kita menemukan #kebenaran atas bernagai fakta dan data, atau justru sebaliknya, kita justru #membenarkan informasi apapun yang kita akses dan baca?
Posting Komentar