Bisa dikatakan bahwa Covid-19 adalah pemicu krisis global. Begitu juga dengan perang Rusia va Ukrania (NATO) dan krisis di Timur Tengah.
Perdagangan global mandeg, dan kebijakan antar negara berubah. Termasuk diantaranya hilirisasi nikel dan penghentian produk sawit Indonesia ke Eropa.
Krisis ini semakin dipertajam dengan lahirnya berbagai kebijakan dalam negeri di negara-negara di dunia. Semakin hari para pemimpin negara semakin melindungi ekonomi negaranya.
Krisis finansial tak saja memperlambat pembangunan di berbagai bidang, tetapi juga semakin menambah hutang dari negara-negara berkembang ke lembaga donor macam World Bank dan IMF.
Dunia lagi resesi, termasuk negara besar, Amerika dan China turut mengalami tingkat deflasi yang mengkwatirkan.
Indonesia sendiri semakin dibebani hutang, dan nilai tukar rupiah makin hari makin melemah. Belum lagi biaya Pemilu yang akan membebani keuangan negara setelah pembangunan infrastruktur yang jorjoran.
Dan saat inilah Natal kita rayakan, yakni disaat resesi ekonomi melanda, dan degradasi moral dan ahlak parq pejabat gereja/agama semakin mengkwatirkan.
Ini lantas berarti kita sungguh butuh Juruselamat, Dia yang akan memperbaiki tatanan dunia yang makin rapuh dan rawan bencana.
CHRISTUS NATUS EST menjadi sangat bermakna disaat kondisi dunia semakin rapuh dan dijejali oleh persaingan yamh semakin tidak sehat antar manusia.
Kehadiran Kristus kiranya mengembalikan esensi komunitas dunia, yakni dunia yang berlandaskan Cinta Kasih, di mana manusia tak melulu terhubung oleh uang dan kepentingan bisnis.
Selamat merayakan Natal, saudara-saudari yang percaya pada Penjelmaan Allah yang menjadi manusia dalam diri Bayi Yesus yang baru lahir.
Posting Komentar