Dalam ketergesa-gesaan kita sering buru-buru mengambil kesimpulan saat mendengar orang bicara.
Tapi kita sering lupa bahwa komunikasi yang benar membutuhkan lebih dari sekadar respon spontan, apalagi pemahaman yang dangkal.
Saat ini orang tak suka mendengarkan. Di ruang kelas mahasiswa cari kesibukan saat profesor bicara di depan kelas.
Di rumah, anak-anak sibuk dengan gadget saat mamanya memanghilnya untuk makan.
Saat nongkrong, teman-teman anda sibuk scrolling Tiktok saat teman yang lain pengen didengarkan.
Hati-hari ini, daya tahan orang untuk mendengarkan lawan bicara dengan baik sangatlah lemah.
Komunikasi yang benar menuntut kesediaan untuk mendengarkan dengan empati, untuk membaca apa yang tersirat dan tersurat.
Hanya dengan begitu kita dapat berharap untuk benar-benar memahami permadani bahasa yang kaya yang ditenun oleh sesama manusia.
Hanya dengan begitu komunikasi dapat menjembatani jurang pemisah antara kita semua.
Kalau mendengarkan dengan baik saja kita sulit, bagaimana kita mampu memahami secara mendalam ucapan dari orang yang lebih pintqr dari kita?
Posting Komentar