Kita suka bicara tentang EVOLUSI, tapi kita enggan bicara DURASI. Kita suka bicara tetang SENSASI hingga melupakan ESENSI.
Kenyataannya, seseorang yang membenci dirinya justri tampil apik sebagai orang yang suka merendahkan yang lain.
Si cantik dituduh buruk rupa karena lipstiknya murah. Sicerdas dituduh si tolol, karena ia rajin membaca buku tapi selalu telat membalas WA, dst.
Ia ibarat seseorang yang suka mengejek film yang belum kita tonton, hanya karena artisnya hanya punya ratusan pengikut di IG dan Tiktoknya. Maksudnya jelas, ia merasa lebih pantas jadi pemain film tersebut karena ia punya puluhan ribu pengikut di akun medsosnya.
Ada juga orang yang merasa diri penulis hebat hanya karena ia rajin ngoceh di media percakapan whatsapp. Ia pun selalu mengkritik buku yang belum dibacanya. Tujuannya jelas. Selain karwnq iri, ia juga terlalu mengamini bahwa dirinya jauh lebih pintar menulis daripada orang itu.
Berkat kemajuan teknologi, gambaran tentang orang/karakter baik dan orang/karakter jahat semakin kabur. Di WAG si pembenci satu komunitas dengan orang yang dibencinya, dan si jahat seolah-olah berkawan denagan si baik.
Kepada rekan kerjanya seorang suami mengatai istrinya mata duitan. Kepada rekan sosialitanya, seorang istri menggosipi suami lemah di ranjang. Kepada guru-guru dari anaknya, orangtua membandingkan anak-anaknya seperti membandingkan kambing dan domba.
Tampaknya, dalam arti berlawanan, nubuat Yesaya (11:6) tentang keselamatan seolah-olah sudah terjadi, terutama di grup percakapan di medsos: "Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya."
Kalau Nabi Yesaya berbubuat tentang keselamatan mesianik, maka yang terjadi hari-hari ini adalah "keselamatan yang kontraproduktif".
Dalam percakapan digital, kita kadang berlaku sebagai serigala sekaligus domba, sebagai macan tutul sekaligus kambing, sebagai anak domba sekaligus anak singa.
Biasanya dua peran kontraproduktif itu selalu hadir dalam sebuah komunitas digital.
Posting Komentar