Tak ada penjahat yang mau menangkap penjahat. Tak ada koruptor yang berani membongkar kasus sesama koruptor. Pria nakal tak mungkin membongkar kebiasaan sesama pria nakal.
Begitulah negara ini berlenggang-lenggok ditangan para elit partai penguasa. Kita menyebut mereka sebagai pemerintah yang bertugas memperbudak rakyat.
Bukankah partai (pemenang) selalu merasa diri diatas presiden dan semua pejabat publik dibawahnya?
Dan kini, menjelang perhelatan pemilu 5 tahunan, partai mulai menyalakan kembali bara api yg sama.
Perebutan kursi eksekutif dan legislatif dipanaskan lewat jual beli capres dan caleg. Kursi yudikatif bahkan sudah dukuan panas, karena di tingkat MA sekalipun putusan hakim dan jaksa sudah biasa didiskon oleh para yang mulia didalamnya.
Menjelang pemilu 2024, kebakaran makin meluas, dan uang pun ikutan panas. Kita menyebutnya uang panas.
Uang panas itulah yg akan membeli suara akyat. Atas nama pemilihan langsung, selama proses pemilu berjalan, rakyat pun harus langsung meenerima uang panas.
Hari-hari ini kita disibukkan dengan dukung-mendukung capres. Partai sibuk lobi-lobi sembari memeras para rentenir yang kepengen menjadi caleg dari partainya, bahkan menunggu gelontoran uang dari para calon senat (DPP)
Para pialang politik yang memang sudah mendapat kucuran uang panas dari majikannya (dari caleg atau partai yang didukungnya), kini berlomba menggelindingkan bola panas itu ke tengah masyarakat.
Masyarakat yang mayoritas pemuja rupiah pun dijamin memanaskan situasi. "Ada uang ada harga. Lu butuh suara, gue butuh cuan! Semudah itu bro/sist", kata Borjong, warga pinggiran kota Medan.
Jadi, untuk capres, cakada, canat atau caleg, silahkan tarik tunai dari rek. bank Anda. Diamkan teriakan rakyat dengan menyiram cuan ke tengah kerumunan mereka.
Entah, anda masih percaya dengan ucapan "negara kita ini negara besar!" dalam kaitannya dengan kemajuan negara-negara lain.
Saya justru percaya, ucapan di atas justru menjadi benar justru semua disaat pemerintah dan elit-elit partai mempersilahkan partai-partai menguasai dan merampas isinya, "Bakar dan Rampaslah! Bukankah negara kita adalah negara besar?
#sainaadongdo
Posting Komentar