Caleg Mana yang Harus Kupilih |
Saya jawab spontan, "Lho, emang pemilu jadi toh?"
Dia tertawa. Dia pikir aku bercanda. Padahal emang iya.
Dia tertawa. Dia pikir aku bercanda. Padahal emang iya.
Akhirnya saya jawab,
"Kalau boleh, pilihlah caleg yang tidak suka mencari panggung, yang tidak membeli ritus pengumuman di gereja dan menggantinya dengan campaign 'puji diri', dan caleg yang tidak mengumandangkan dirinya sebagai caleg dari institusi agama tertentu.
"Kalau boleh, pilihlah caleg yang tidak suka mencari panggung, yang tidak membeli ritus pengumuman di gereja dan menggantinya dengan campaign 'puji diri', dan caleg yang tidak mengumandangkan dirinya sebagai caleg dari institusi agama tertentu.
Pendek kata, "Pilihlah caleg yang mau dan rela membangun panggung sendiri, berbagi sembako murah dari uang di kantongnya, dan tak memaksakan diri duduk di depan saat pesta rakyat."
"Lebih spesifik pak?" tanya pemuda itu.
"Lebih spesifik pak?" tanya pemuda itu.
"Kita sedang butuh figur rasul Paulus, yang mewartakan Berita Gembira sembari tak melupakan bisnis yang membiayai misinya. Ia tetap bekerja dan berbagi hasil kerjanya.
Jangan pilih caleg yang seakan rela uangnya habis dan memaksa orang memilihnya. Kita, sebagai rakyat juga harus tetap awas, jangan-jangan karena caleg yang kita pilih kalah, ia malaj rumah sakit jiwa.
Itu kalau aku harus menjawab pertanyaanmu tadi, bro," jawabku kepada anak muda tebing tinggi itu. Semiga dia mengerti, dan tampaknya sangat paham mengapa ia bertanya ke saya.
Tapi,tunggu dulu. Pusing omongin caleg sekarang. Belum september. Belum lagi isu Jokowi tiga periode masih ramai, dan tawar-menawar posisi capres masih mendominasi media sosial.
Tapi jangan lupa, caleg yang diam-diam tetap melakukan pendekatan yang lembut lewat karya nyata, harus kita dukung secara diam-diam pula.
Karena pada saatnya ia akan menghadap Sang Guru yang memberinya kemenangan, "Guru, mengapa l Engkau memberiku kesempatan? Padahal aku belum berbuat apa-apa kepada masyarakat di dapil saya. Aku baru berniat akan membantu merekq setelah,terpilih."
Sang Guru pun menjawab, "Apa yang kau lakukan kepada orang-orang miskin dan kelaparan, kendati hanya lewat sembako murah, maka itu kau perbuat untukKu juga. Jadi, nikmatilah pencalonanmu sebagai sarana untuk berbagi."
Ah.. imajinasiku jadi liar, hanya gara-gara ditelepon Agustinus Zulkarnain Sitompul dan mengatakan aku dicari senior Ramses Simbolon sang politisi kawakan itu dan Felix Simbolon yang waketumnya PDIP kota Medan itu.
Posting Komentar