iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Mempertahankan Budaya Lokal di Era Budaya Digital

Mempertahankan Budaya Lokal di Era Budaya Digital

Budaya lokal adalah nilai² lokal hasil budidaya masyarakat yg terbentuk secara alami dan diperoleh melalui proses belajar dari waktu ke waktu. 
Sedangkan budaya digital adalah suatu hal yang membentuk cara kita berinterarsi, berperilaku, berpikir dan berkomunikasi dalam lingkungan masyarakat yang menggunakan teknologi internet. 

Kini, budaya lokal sudah mulai terkikis karena ketidakpedulian masyarakat setempat terhadap budaya sendiri, akibat kecenderungan terhadap budaya digital. 

Budaya digital sangat marak di kalangan remaja Karo. Banyak remaja yang tidak menyukai adat istiadat setempat. 

Kenyataan ini terlihat dari semakin banyaknya remaja-remaja Karo yang tidak bisa bahasa Karo, tidak menyukai makanan khas Karo, dst. Hal ini membuktikan bahwa budaya digital sangat berdampak pada kelestarian budaya lokal. 

Contoh di atas seharusnya sudah menjadi kewaspadaan bagi masyarakat Karo. Budaya setempat seharusnya dilestarikan. 

Berikut adalah hal² yg dapat dilakukan untuk mempertahankan budaya lokal ditengah era budaya digital yang banal: 
  1. Mempelajari budaya - darimana ia datang dan bagaimana cara memperkenaikannya kpd orang lain. Mis. Remaja Karo dapat mengikuti kegiatan kebudayaan Pesta Tahun, di mana ia bisa belajar cara berpakaian, tarian, bahkan makanam khas Karo. 
  2. Menjadikan budaya lokal sebagai Identitas - dengan menerapkanl hal² yg kita kita pelajari, spt menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari², mengenakan pakaian adat saat acara budaya. 
  3. Mengisi hari penting dengan memperkenalkan budaya lokal - Mis pada acara HUT-RI, Porseni, Hari Guru, Hardiknas. 
Di sini kita dapay memperkenalkan budaya yg masing² kita miliki. Acara Education Expo yg diadakan di SMAN 1 Kabanjahe pada November 2022, misalnya bertujuan untuk mempertahankan budaya lokal. 

Acara ini juga memperkenalkan bahwa Indonesia sangat kaya akan budaya lokal, serta membuktikan bahwa walaupun warga sekolah memiliki budaya beda, tapi mereka dapat hidup rukun dan tentram di lingkungan sosial sekolah, masyarakat, bahkan negara. 


Kabanjahe, 14 Juni 2023 
Penulis siswa-siswi SMAN 1 Kabanjahe (Deardo, Nadia Jelita, Dessy, dan Dila)
Penyunting: lusius-sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.