Apa persisnya arti "makkuling mudar"? Artinya kesadaran bahwa kita sedarah atau saudara kandung, sebab darah yang sama akan bersuara nyaring.
Biasanya darah akan "bunyi" kalau misalnya anda sebagai pemuda mengajak kencan seorang gadis yang sejak awal anda merasa si cewe itu bermarga sama dengan anda.
Istilah orang Batak "tarito", dan relasi jenis ini harua dihindari, seturut titah hukum adat Dalihan Natolu.
Tentu istilah ini tak terbatas pada hubungan semarga, tapi juga hubungan kekerabatan lain. Sebut saja larangan pernikahan pria marga X dengan gadia marga Y, tapi marga Y dan X "marpadan" (ada kesepakatan purba bahwa antar keturunan mereka tak boleh saling kawin dan mengawinkan).
Lantas, bagaimana kalau antar dua irang semarga sudah terlanjur jatuh cinta? Adat Batak sudah punya umpasa pamungkas untuk mengantisipasinya sejak awal,
"Jolo tinintip sanggar,
asa binahen huruhuruan.
Jolo sinungkun marga,
asa binoto partuturan.
asa binahen huruhuruan.
Jolo sinungkun marga,
asa binoto partuturan.
Artinya, ketika seorang Batak bertemu dengan sesama orang Batak, ia harus memperknalkan dirinya (nama dan marga) terlebih dahulu. Tujuannya supaya ia tahu harus memanggil apa dengan orang tersebut.
Kembali pada istilah "mangkuling mudar" tadi tidak secara otomatis, tetapi justru lebih sering terjadi setelah kita tahu marga lawan bicara kita.
Jelas, ungkapan "mangkuling mudar" itu tak selalu terkait dengan hal mistis, atau terjadi dibawah sadar kita. Benar sih, orang Batak suka bicara hiperbolik terkait hal-hal mistis di sekitarnya.
#sainaadongdo
Posting Komentar