iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Simpulan Sejarah dan Tarombo Marga Sinurat

Buku Sejarah dan Tarombo Raja Sinurat ini kami tulis seturut kebutuhan marga sinurat yang semakin hari semakin banyak jumlahnya. Tentu saja buku ini jauh dari sempurna, karena tiga alas an mendasar. Pertama, keterbatasan data lapangan. Kedua, minimnya arsip tentang ompunta raja sinurat. Dan ketiga, keterbatasan waktu penelitian, karena disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan tugu raja sinurat. Kendati demikian, buku ini tetap ilmiah tanpa kehilangan consensus yang telah disepakati bersama internal marga sinurat.


Sinurat, Sosok Sederhana Namun Menginspirasi

Sinurat adalah salah satu arga dalam suku Batak Toba. Ini sebuah fakta! Sebagai marga, Sinurat adalah jembatan konektivitas internal (antar marga Sinurat) sekaligus konektivitas eksternal (antar Sinurat dengan marga lain atau masyarakat umum diluar Batak Toba) dalam bingkai Filsafat Dalihan Natolu. Seturut pertumbuhan jumlah pomparan ni ompunta Raja Sinurat, maka dibutuhkan wadah pemersatu. Inilah alasan mendasari terbentuknya Punguan Sinurat Dohot Boru se-Indonesia (PSDB Se-Indonesia).

Simpulan di atas kami dapatkan dari penelusuran data sejarah melalu penelitian primer (penelitian lapangan) dan penelitian sekundert (penelitian pustaka) dalam menyusun buku Sejarah dan Tarombo Raja Sinurat.

Pertama, marga Sinurat adalah pomparan ni ompunta Raja Sinurat. Dalam perkumpulan yang lebih besar, Sinurat termasuk Pomparanni Si Raja Bungabunga gelar Raja Parmahan hingga Pomparanni Si Raja Silahisabungan. 

Sumber primer dalam menelusuri sejarah keterkaitan ini adalah hasil penelitian (ke) lapangan, seperti Silalahi Nabolak, Sibisa, Lumban Pea, Lumban Lobu, Harangan Parik, Huta Joring, Buhit, Pangururan, Urat, Hatoguan, Simarbane, dll (selanjutnya kami akan ke Mandoge Simalungun, dan tempat lain yang mungkin harus kami teliti...).

Di beberapa tempat yang teliti terdapat jejak historis Raja Sinurat dan/atau keturunannya. Sebut saja di Harangan Parik, Huta Joring, Lumban Pea, Lumban Julu, Bonan Dolok, Buhit - Pangururan, Hatoguan Ronggurnihuta-Samosir, dst. Tetapi pernah juga kami tidak menemukan apapun terkait jejak historis Raja Sinurat. Misalnya di Sibisa, baik di huta-nya Nadapdap, adik Sinurat.

Hasil wawancara dengan narasumber yang satu seringkali berkembang hingga mengharuskan kami mewawancarai narasumber baru yang direkomendasikan narasumber sebelumnya. Tak hanya itu, kami juga terkadang mewawancarai narasumber secara acak di lokasi yang sama. Tujuannya sama, yakni mendapatkan data-data obyektif mengenai sejarah ompunta Raja Sinurat.

Tentu saja kami berupaya memperlakukan sumber-sumber lapangan tersebut secara obyektif dan berpusat pada pencarian jejak historis Raja Sinurat. Walaupun tak terhindarkan pendapat subyektif, mengingat kami sendiri adalah bagian dari subyek penelitian, yakni Raja Sinurat. Maka, untuk meminimalisir tafsir subyektif, kami mengimbanginya dengan sumber sekunder , yakni penelusuran ilmiah dari berbagai buku, jurnal, dan media cetak lain yang terkait topik buku. Kami sangat menghindari opini liar dan bersifat pargmatis-subyektif yag jamak dipoating di media-media sosial. Produk ilmu pengetahuan inilah yang kami jadikan sebagai sumber penyeimbang, agar sejarah ompunta Raja Sinurat tidak terlihat asing, aneh, ganjil. Tentu, karena kita sedang menulis buku sejarah, dan bukan dongeng bernuansa mitologis.

Dengan demikian, warisan lisan dari berbagai orangtua Sinurat atau mereka yang concern pada sejarah leluhur Sinurat,ditambah insight yang mungkin saja lahir dari mimpi, atau buah dari hasandaran yang tanpa syak wasangka dan tak bermaksud memecah-belah komunitas kita, cerita-cerita masyarakat lokal di bonapasogit sana plus hasil penelitian lapangan akan kita uji berdasarkan analis ilmiah yang berlaku secara unum. Di titik inilah pemikiran rasional ( common sense ) yang tetmaktub dalam buku-buku yang kita gunakan sebagai sumber sekunder akan memurnikan sumber primer di atas.

Kisah Si Raja Batak (Bab 2) yang dilanjutkan dengan kisah menarik profil ringkas Si Raja Silahisabungan (Bab 3) dan perjalanan singkat Sinabutar Raja Parmahan (Bab 4) menjadi gerbang pemahaman mengenai siapa Raja Sinurat, berikut keturunan, bonapasogit, dan persebaran keturunannya (Bab 5). Jelas, karena sejarah Sinurat tak mungkin dipisahkan dari sejarah Batak Toba, keberadaan Raja Silahisabungan, Raja Bungabunga gelar Raja Parmahan hingga Sinabutar Raja Parmahan Silalahi.

Kedua , sebagai marga Batak Toba, Sinurat juga patuh pada ruhut-ruhut Dalihan Natolu sebagai patik dohot uhum (titah dan hukum) dalam kehidupan mereka. Hal ini tampak dalam kehidupan sehari-hari pomparan ni ompunta Raja Sinurat, dan secara spesifik terlihat nyata saat mar-ulaon adat. 

Dalam kesehariannya, pomparan ni ompunta Raja Sinurat selalu berupaya memperlakukan sesama Sinurat (dongan tubu) dengan sangat hati-hati (manat), sabar (elek) menghadapi saudarinya (Boru) dan hormat (somba) kepada keluarga pihak ibunya (Hulahula). Bagi pomparan ni Raja Sinurat, berlaku baik kepada sesama orang lain, khususnya sesama Batak Toba adalah sebuah keharusan, sebagaimana ditegaskan dalam hukum Dalihan Natolu ini, “ Somba marhulahula, manat mardongantubu, elek marboru.”

Hal ini mengacu pada relasi intim antar Batara Guru, Soripada dan Mangala Bulan yang bertekad merawat kelestarian cinta antara Banua Atas sebagai tempat bersemayam Ompu Mulajadi Nabolaon dan dewata lain; Banua Tonga sebagai tempat bermukim manusia dan mahluk lainnya; serta Banua Toru sebagai tempat bermukimnya Raja Padoha dan roh-roh orang meninggal (lih. Bab 2).

Ketiga, penghargaan dan penghormatan terhadap sesama manusia menjadi akar terbentuknya sistem sosial yang mumpuni, baik ke dalam (antar Sinurat), maupun keluar (antar Sinurat dengan marga lain) dalam tatanan masyarakat Batak Toba. 

Tatanan masyarakat tersebut didasarkan pada filosofi agung Dalihan Natolu. Dalihan Natolu sendiri berakar pada relasi tulus antara hulahula, boru dan dongantubu. Sistem kekerabatan ini lahir dari dua bentuk kekerabatan khas Batak Toba, yakni bentuk kekerabatan berdasarkan garis keturunan (genealogi) dan berdasarkan wilayah pemukiman (teritorial). Kedua sistem kekebaratan ini tak dapat dipisahkan satu sama lain, karena “ Jonok dongan partubu jonokan do dongan parhundul.” Di titik ini semua pomparan ni Ompunta Raja Sinurat mengakui bahwa hubungan berdasarkan garis keturunan memang sudah semestinya harus dekat, tetapi relasi dengan orang-orang sekitar yang sehari-hari bersama kita ( dongan sahuta ) seringkali malah lebih dekat.

Keempat , Pomparan ni ompunta Raja Sinurat adalah generasi kesembilan dari Si Raja Batak (generasi pertama orang Batak Toba). 

Dalam Tarombo Batak Toba di sebutkan bahwa Si Raja Batak adalah manusia Batak pertama, yang lahir dari rahim Si Boru Deang Parujar, buah perkawinannya dengan Raja Ihat Manusia. Raja Ihat Manisia adalah anak dari dewata Mangalabulan, sementara Si Boru Deang Parujar adalah puteri dewata Bataru Guru. Dewata Batara Guru dan dewata Raja Mangalabulan adalah dua dari tiga anak Ompu Mulajadi Nabolon. Satu lagi adalah dewata Soripada. Mengacu pada Tarombo Batak Toba, Si Raja Batak memiliki dua anak, yakni Guru Teta Bulan (golongan Bulan) dan Raja Isumbaon (golongan matahari). Raja Isumbaon memperanakkan Tuan Sorimangaraja . Tuan Sorimangaraja memperanakkan Tuan Sorbadibanua.

Tuan Sorbadibanua memperanakkan Raja Silahisabungan (lih. Bab 3) yang selanjutnya memperanakkan Sondi Raja (Rumasondi) . Anak ketiga dari anak Sondi Raja adalah Raja Bungabunga gelar Raja Parmahan. Raja Bungabungabunga memperanakkan Sinabutar II atau Sinabutar Raja Parmahan Silalahi (Bab 4), dan Sinabutar Raja Parmahan Silalahi memperanakkan leluhur kita, Raja Sinurat. (lih. Bab 5). Demikian selanjutnya Raja Sinurat memiliki 4 anak, yakni Raja Tano, Raja Pagi, Omou Gumbok Nabolon dan Raja Muha. Bagi kebanyakan marga Sinurat, menjalin relasi dengan pihak hulahula dan boru selalu lebih mudah dibanding merangkai relasi internal dengan sesama marga Sinurat itu sendiri (dongantubu).

Upaya menjalin relasi internal sesama Sinurat ini memang sudah diupayakan sejak lama. Kesadaran akan pentingnya parsadaan (persatuan) antar pinompar ni ompunta Raja Sinurat yang belum lama terbentuk secara legal formal. Hasilnya, sungguh luarbuasa. Punguan Sinurat dohot Boru Indonesia (PSDB), nama yang dipilih langsung bergerak mengajak sesama pomparan Raja Sinurat untuk bersatu padu memperkuat ikatan komunitas kultural bernama PSDB tsb.

Sungguh tak mudah. Tapi para stakeholders PSDB tetap bahu membahu, saling mengingatkan visi-misi komunitas dan berupaya menghindari perpecahan. Misi pertama PSDB ini adalah menggali sejarah dan tarombo Raja Sinurat. Sejalan dengan itu, PSDB juga akan mengajak seluruh pomparan Raja Sinurat untuk bahu- membahu mendirikan monumen / tugu parsadaan di Bonan Dolok. Perlahan tapi pasti, dua rencana besar itu sudah on going process.

Kelima , sejarah panjang peziarahan Ompunta Raja Sinurat dan pinomparna adalah hasil penelusuran tim Tarombo lewat empat tahapan penulisan, yakni heuristik, verifikasi atau kritik sumber, interpretasi dan historiografi. (lih. Bab 1). 

Ompunta Raja Sinurat adalah orang biasa, yang hidupnya sederhana, rendah hati, kendati secara politis tak diperhitungkan. Hal ini terlihat dari betapa kecilnya pengaruh Sinurat dalam sistem pemerintahan di masa hidupnya. Ompunta Raja Sinurat tak memiliki harajaon baik berupa huta sendiri dan/atau menjadi raja di huta-nya sendiri.

Tentu ini kontraa dengan leluhurnya Raja Silahisabungan yang punya huta dengan nama marga sendiri dan menjadi pemimpin politikndi masanya. Fakta historis ini hendak mengajak kita, pinompar ni ompunta Raja Sinurat untuk memahami bahwa kelebihan dari ompunta Raja Sinurat ada pada kesederhanaan dan perannya ditengah masyarakat sebagai "jolma naburju". Buktinya, tak pernah terdengar ada orang Batak Toba yang berbicara negatif tentang marga kita Raja Sinurat memang tak punya harajaon yang diperhitungkan Belanda. Tentu saja hal yang sama juga dialami marga lain.

Dari fakta ini kita justru bersyukur betapa ompunta Raja Sinurat adalah warga biasa dengan sumbangsih yang amat sangat besar bagi perkembangan tanah Batak Tiba. Tak pernah dicatat dalam sejarah bahwa ompunta Raja Sinurat menjadi sumber masalah bagi marga lain, atau sebagai pemberontak secara politis. Jauh di lubuk hati masyarakat Batak Toba, Sinurat adalah tabib yang menyembuhkan, cerdas secara intelektual, dan handal berbicara si depan publik.

Raja Sinurat justru disukai dan dicintai banyak orang, paling tidak pihak hula-hulanya. Benar, bahwa Sinurat tak memiliki harajaon, tapi hal itu tidak membuatnya miskin. Raja Sinurat dan keturunannya malah sering mendaparkan tanah dari hulahulanya. Tak berhenti di situ, ketika anaknya, Raja Tano memilik tanah yang luas, mereka justru rela berbagi dengan pihak hulahulanya, bahkan marga lain yang datang ke huta mereka. Begitu juga dengan Raja Pagi, satu-satunya anak Raja Sinurat yang menjadi Raja Bius, yang diraihnya dengan cara cerdik. Demikianlab Raja Pagi menjadi Raja biua yang cerdik dan bijaksana pula.

Tentu tak dapat kita lupakan betapa berjasanya Ompu Gumbok Nabolon untuk warga Samosir di zamannya. Ia telah menyembuhkan banyak orang sakit di sana Bahkan ompunta yang satu ini seakan mewarisi kehebatan ompung kita, si Raja Silahisabungan. Dia bukan sekedat tabib, tapi juga punya kemampuan spiritual. Buktinya adalah Aek Sitobu Sira yang di musim kemarau dianggap sebagai "air kehidupan" oleh warga Pardugul-Buhit. Bagaimana dengan Raja Muha?

Dikisahkan, anak dari Raja Muha yang bernama Raja Manorus, adalah pemburu yang handal. Dari kebiasaan berburunya itu pula ia sampai ke Mandoge, Tanah Jawa, Sinalungun. Awalnya ia memburu babi hutan yang tak lain adalah putri penguasa raja Sinaga di Tanah Jawa, Simalungun. Raja Manorus yang berhasil menombak babi hutan jadi-jadian itu, menjadi safu-satunya pemuda yang berhasil mencabut tombak yang ia tancapkan ke tubuh babi hutan tersebut. Karena keberhasilannya, putri raja bisa diselamatkan. Sebagai imbalannya, Raja Ainaga menangkatnya menjadi anak raja dan berhak mendapat warisan sang raja. Mhingga akhirnya, ia dan keturunannya menetap di Mandoge, Tanah Jawa, Simalungun.

Dengan diangkatnya sebagai anak, nama Raja Manorus kemudian diganti menjadi keturuBegitu juga dengan Raja Pagi menjadi satu-satunya anak Raja Sinurat yang menjadi Raja Bius dengan bantuan ompunta, Raja Sinurat mampu memenangkan lomba "kesaktian" menemukan kerbau persembaran yang hilang di Onan Kampir.

Tentu tak dapat kita lupakan Ompu Gumbok Nabolon yang telah mengobati berbagai jenis penyakit yang menyerang warga Samosir di masanya. Bahkan ompunta yang satu ini mewariskan "air kehidupan" bernama Aek Sitobu Sira ditengah gurun Pardugul-Buhit untuk keturunan dan warga yang kesulitan air di sana. Bagaimana dengan Raja Muha?

Dengan keahlian berburu anaknya, Raja Manorus, kini keturunan Raja Sinurat telah berhasil menaklukkan tanah Simalungun. Raja Manorus yang berhasil mengalahkan babi hutan jadi-jadian akhirnya mendapatkan kehormatan hingga warisan dari penguasa di Mandoge, Tanah Jawa, Simalungun. Keturunannya sudah 11 generasi di sana, dan memakai marga Sinaga. Tentu saja kita semua, pomparan ni Raja Sinurat ingin menyatukan mereka kembali kedalam PSDB, hingga keturunan mereka kelak kembali memakai marga leluhur kita, SINURAT. Akhirnya, warisan terbesar Raja Sinurat adalah kita, pinomparna, yang tetap eksis dan bertambah jumlahnya dari jaman ke jaman, dan semakin banyak yang berperan ditengah masyarakat.

Kita harus bangga menjadi pomparan ni ompunta Sinurat. Jangan sampai kita berkecil hati. Jelas, kita adalah keturunan Raja Silahisabungan yang amat terkenal dengan kesaktian dan leadership- nya yang tangguh. Kita juga banggga menjadi cucu dari Raja Bungabunga gelar Parmahan yang disegani karena kesaktiannya mendatangkan hujan ditengah kemarau. Kita juga harua berbangga menjadi pomparan dari Raja Sinurat yang memilih hidup sederhana sebagai warga biasa. Namun dari kesederhanaannya itu, ia tak pernah berkonflik dengan orangtua dan dua adiknya, Nadapdap dan Doloksaribu.

Tentu hanya orang baik yang disenangi dan disayangi orang di sekitarnya. Demikianlah Sinurat tetap abadi di dalam hati pomparan ni Tulangta dafi keturunan Ompuni Unggul dari Sionggang. Mereka turut mendampingi kita dalam meluruskan sejarah ompunta Raja Sinurat dan keturunannya. Kita memang tidak mendapat informasi bagaimana kedekatan antara Sinurat dan keempat anaknya (Raja Tano, Raja Pagi, Ompu Gumbok Nabolon dan Raja Muha), dan sebaliknya. Tetapi segala daya-upaya dari kita semua, pomparan ni ompunta Raja Sinurat, khususnya dalam mengupayakan kesatuan selama beberapa dekade terakhir adalah bukti ekspresi kecintaan kita kepada leluhur kita, Raja Sinurat dan keempat anaknya. Tak terkecuali "passion" kita dalam menelusuri sejarah dan tarombo Raja Sinurat. Ini juga merupaka ekspresi cinta kita kepada leluhur kita, Raja Sinurat. Meskipun semua hal baik yang kita rencanakan dibawah bendera PSDB tak sesuai dengan keinginan kita, tetapi kita sungguh sadar bahwa TUHAN akan menuntun kita ke tanah terjanji Raja Sinurat, yakni bonapasogitnya kita.

Namun, sekali lagi, semua ini hanya akan tampak nyata bila kita bekerjasama secara tulus dan dibagas hasadaan ni roha. Ingat, kita berasal dari laluhur yang sama, tetapi serentak kita semua adalah pribadi yang unik dengan potensi berbeda. Maka, dengan segaka kekuatandan kerapuh kita, mari kita hindari pertikaian. Tetapi, mari kita belajar dari pengalaman ompunta Raja Sinurat yang tetap berhasil menghantar keempat anaknya menjadi 4 sosok yang mandiri. Kendati tak ada bukti bahwa keempat anaknya akhirnya kembali sebelum kematiannya. Inilah kerapuhan di masa lalu. Maka mari kita perbaiki kerapuhan itu. Jangan kita biarkan terjadi untuk kesekian kalinya, ketika ia dibarkan meninggal dalam ras rindu mendalam kepada anak-anaknya.

Begitu lama penantian itu, hingga tubuh renta keduanya berujung pada kematian raga mereka. Jadi, mari kita tuntaskan apa yang telah dimulai . Wujudkan semua rencana-rencana kita untuk menebus kesalahan luluhur kita yang belum sempat "membahagiakan " orangtuanya di masa hidup Raja Sinurat. Karena kita sudah sepakat, maka mari singsingkan lengan bajumu, abaikan rasa lelahmu demi membahagiakan sahala ni ompunta, Raja Sinurat. Sebab, apa yang aedang kita kerjakan sekarang adalah implikasi dari perintahkan TUHAN kepada kita, "Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu" (Ulangan 5:16)

Demikinlah buku ini kami bentangkan dengan sistematika yang jelas. Kami mulia dari Pendahuluan, kosmologi batak dan konsep kelahiran manusia pertama Si Raja Batak sebagai latar besar dan sejarah Raja Silahisabugan dan Raja Parmahan Silalahi sebagai latar utama membentangkan sejarah dan tarombo Sinurat dalam buku ini.

Dalam pendhuluan kami mengurai latarbelakag penulisan, metode penulisan, tujuan penulisan, rumusan masalah dan sistematika penulisan sebagai penegasan bahwa buku Sejarah dan Tarombo Raja Sinurat ini adalah buku ilmiah yang ditulis secara obyektif, melalui penelitan lapangan sebagai sumber primer dan penelitan puskata sebagai sumber sekunder. Tentu buku ini sangat tidak sempurna, karena berbagai alasan, mulai dari keterbatasan waktu dan sumber terkait hidup ompunta Raja Sinurat. Maka penulis berharap kelak masih ada pomparan Raja Sinurat yang memberi waktu dan tenaga untuk edisi berikutnya.

Kami sengaja mementangkan sejarah singkat tentang Si Raja Batak, Silahisabungan hingga Sinabutar Raja Parmahan sebelum membahasa lebih dalam profil Raja Sinurat leluhur kita yang mewariskan pinompar-nya bermarga Sinurat. Sebagai seorang Batak, Raja Sinurat hidup, menikah, dan memiliki 4 orang anak. Bab 2, Bab 3 dan Bab 4 hanya mau menegaskan bahwa keturunan Raja Sinurat adalah keturunan si Raja Batak melalui Raja Silahisabungan, raja Bungabunga gelar Raja Parmahan (ompung), dan Sinabutar Raja Parmahan yang merupakan ayah dari Raja Sinurat.

Demikianlah perjalanan historis Raja Sinurat kami bentangkan, mulai dari masa kecil, remaja, dewasa, merantau hingga menikah dan memiliki 4 anak. Pencarian bonapasogit dan harajaon Raja Sinurat menjadi titik kulminasi dari penulisan buku ini. Dari Sibisa ke Simarbane, dari Lumban Pea ke Huta Joring, hingga berhenti di Harangan Parik. Harangan Parik menjadi titik akhir pencarian kami, karena di data dan fakta menunjukkan bahwa Raja Sinurat marhuta di huta yang tanahnya sangat subur dan suhunya sejuk ini.

Sebagai simpulan berikutnya adalah Raja Sinurat memiliki empat anak. Kehidupan awal mereka memang tidak kami tampilkan secara lengkap, namun berdasarkan penelitian di lapangan kami mendapatkan beberapa ide baru tentang Raja Tano, Raja Pagi, Ompu Gumbok Nabolon, dan Raja Muha. Itu sebabnya pada bab 6 kami menampilkan kisah-kisah ringkas namun menarik dari keempat anak Raja Sinurat tersebut. Relasi intim antara orangtua dan anak, dan antara anak Raja Sinurat coba kami singgung sedikit.

Akhirnya, Eksistensi pomparan Raja Sinurat semakin hari semakin diakui oleh marga lain, masyarakat Batak, hingga warga Indonesia. Begitulah Sinurat berangka dari marga kecil hingga menjadi marga besar, dan akhirnya menjadi marga yang diperhitungkan di zaman sekarang. Kiranya kesadaran inilah yang menggiring kita merasa perlu membentuk Punguan Sinurat Dohot Boru se Indonesia. (PSDB se Indonesia). Punguan awalnya dibentuk oleh marga Sinurat yang ada di Medan, sekitar 42 tahun silam.

Tentu saja buku ini bukanlah buku yang sempurna. Selain minimnya sumber pendukung yang kami temukan di lapangan, juga informasi dari buku yang kami baca, ditambah keterbatasan waktu dan energi, maka kami sebagai penulis yang dipercaya oleh seluruh dongantubu kami sangat membutuhkan masukan, saran dan kritik demi menyempurnaan ide-ide yang telah kami bentangkan di bukuk ni.Sinurat adalah marga yang disematkan dibelakang nama setiap pomparan ni Raja sinurat. Mengenai siapa itu Sinurat telah dibentangkan pada Bab 5 buku ini, termasuk diantaranya mengenai leluhurnya.

Sebagaimana dibentangkan pada Bab 3 dan Bab 4, Raja Sinurat adalah anak pertama dari Sinabutar Raja Parmahan (Sinabutar II), diikuti Nadapdap dan Doloksaribu. Raja Sinabutar sendir adalah adalah anak ketiga dari Raja Bungabunga gelar Raja Parmahan. Sementara Raja Bungabunga gelar Raja Parmahan adalah anak ketiga dari Sondi Raja; dan Sondi Raja (Rumasondi) adalah anak ketiga dari Raja Silahisabungan.

Sebagai bagian tak terpisahakan dari bangso Batak, Sinurat dan keturunannya juga memahami kosmologi dan mitologi Batak Toba mengenai penciptaan dan kelahiran Si Raja Batak, leluhur mereka. Ringkasnya, Sinurat dan Batak tak mungkin dipisahkan dari Adat Dalihan Natolu masyarakat Batak Toba (Simbolon 1998:31). Masyarakat Batak Toba percaya bahwa Ompu Mulajadi Nabolon adalah pencipta Kosmos dan manusia (Loeb 1972:76). Ompu Mulajadi Nabolon (the High God) bersifat tansenden sekaligus imanen (Sinaga 1975: 136-137). Ia transenden karena adanya kekal, Ompung (the great Lord) dan samasekali lain (wholly-Other-Ness). Refleksi akan tondi adalah petunjuk transendensinya.

Silahi (Lakki Sabbu (India): lelaki pejalan kaki dari kampung ke kampung) memiliki 2 istri, 8 anak dan 1 boru (1281): 1 Ama/ayah: Silahi-sabungan; 2 Ina/Ibu: Pingganmatio Padang Batanghari dan Mailingiling Nairasaon; 8 anak: Loho Raja/Sihaloho, Tungkir Raja/Situngkir, Sondi Raja/Rumasondi, Butar Raja/Sidabutar, Bariba Raja/Sidabariba, Debang Raja/Sidebang, Batu Raja/Pintubatu dan Tambun Raja/Raja Tambun); 1 boru: Si Boru Deang Namora. Raja Silahisabungan dan Keturunan tidak ada yang meninggalkan Silalahi.

Raja sinurat melewati masa kecilnya sama seperti anak-anak di jamannya. Sebagai anak yang lahir dan bertumbuh di tepian Danau Toba, sinurat sangat handal menangkap ikan. Ia sangat dekat dengan ayah dan ibunya. Ia juga dekat dengan adik kandungya Nadapdap dan saudara yang diangkat ayahnya, Dolok Saribu. Kisah hidup Sinurat di masa kecil memang tak banyak terungkap, termasuk harajaon-nya. Tentang hal ini bahkan kami sudah coba menggali masa lalu Sinurat dari Tulang kita Manurung, NADAPDAP dan DOLOKSARIBU.


Bibliografi


BUKU
  • Aster, Genties. 2008. Kepentingan Kita Berbeda (Wij Hebben Andere Belangen)—Terj. Leo Joosten. Kabanjahe: [self publishing]
  • Boelaars, Hub J.W.M. 2005. Indonesianisasi: Dari Gereja Katolik di Indonesia Menjadi Gereja Katolik Indonesia. Yogyakarta: Kanisius
  • Gultom, Raja Marpodang Dj. 1992. Dalihan Natolu, Nilai Budaya Suku Batak, Medan: CV Armanda.
  • Harahap, B.H. dan H.M. Siahaan. 1987. Orientasi Nilai-nilai Budaya Batak: Suatu Pendekatan terhadap Perilaku Batak Toba dan Angkola-Mandailing, Jakarta: Sanggar Williem Iskandar.
  • Hasibuan, J.S. 1985. Batak, Jakarta: PT. Jayakarta Agung Offset.
  • Hutagalung, W. M. 1991. Pustaha Batak: Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak, Pangururan: CV. Tulus Jaya.
  • Hutauruk, Jubil Raplan. 2011. Lahir, Berakar dan Bertumbuh di dalam Kristus (Sejarah 150 Tahun HKBP 7 Oktober 1861—7 Oktober 2011). Pearaja-Tarutung:
  • Joosten, Leo. 1993. Samosir, Selayang Pandang (Samosir, the Oud Batkse Samenleving)—Terj. Daniel Situngkir, dkk., Pematangsiantar: Ordo Kapusin Regio Medan.
  • __________. 2008. Potret Sebuah Paroki: Pendirian, Pertumbuhan dan Kehidupan Paroki Pangururan, Kabanjahe: [self publishing]
  • Nainggolan, Togar. 2021. Batak Toba: Sejarah dan Transformasi Religi, Medan: Penerbit Bina Media Perintis.
  • Siagian, Robinson Togap. 1992. Peranan Organisasi Marga dalam Kegiatan Adat dan Pembangunan, Jakarta: Yayasan Dinamika Pers.
  • Siahaan, Mangara Asal. 1946. Tarombo Tuan Sorbadibanua, Balige: 1962
  • Simanjuntak, Bungaran A., 2002. Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Yogyakarta: Jendela.
  • Simanjuntak, Batara Sangti. 1977. Sejarah Batak, Balige, Karl Sianipar Company.
  • Sinaga, Anicetus B. 1996. Imam Triniter:Pedoman Hidup Imam, Jakarta: Penerbit Obor.
  • Situmorang, H.B. 1983. Ruhut-ruhut ni Adat Batak [Cet. III], Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  • Sormin, P. 1961. Adat Batak Dohot Hakristenon, Pematangsiantar: Firma Parda.
  • SHW. Sianipar DL, 1991. Tuho Parngoluan Dalihan Natolu: Sistem Bermasyarakat Bangso Batak. Medan: CV. Pustaka Gama.
  • Tambunan, EH. 1982. Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba dan Kebudayaannya: Sebagai saranan Pembangunan, Bandung: Tarsito.
  • Tampubolon, R.P. 1960. Adat Batak Taringot Tu “Parjambaran”, Pematangsiantar: Bin Harun.
  • __________. 1964. Pustaha Tumbaga Holing, Adat Batak – Patik/Uhum. Pematangsiantar: [self publishing] .
  • Taylor, E.B.1958. Religion in Primitive Culture. New York: Harper & Brothers.
  • Tobing, Dr. Ph. L. 1963. The Stucture of the Toba Batak Belief in the High God, Amsterdam: Jacob van Campen.
  • Vergouwen, J.C. 2004. Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba (The Social Organization and Customary Law of Toba Batak of Northern Sumatra)– Terj. Prof. Dr. T.O. Ihromi, Yogyakarta: LKIS
  • Warneck, Johanes. 1909. Die Religion der Batak: Ein Paradigma für die animistischen Religionen des Indische Archipels. Göttingen: Vanden Hoek & Ruprecht.

MAJALAH DAN JURNAL
  • Irjen Pol (Pun) Drs Edison D. Haloho, "Tarombo Pomparan Raja Silahisabungan" dalam MAJALAH HOLONG ONLINE on Kamis, 01 Maret 2018 Anicetus B. Sinaga, “Napak Tilas Habatakon: Temu Mitologi dan Situs Arkeologi” (44 halaman) dalam Jurnal Ilmiah Keuskupan Agung Medan 2009,

KAMUS:
  • Joosten, Leo. (terj.). 2001. Kamus Batak Toba Indonesia oleh J. Warneck, Medan: Bina Media Perintis.
  • Sinaga, Anicetus B. 2002. Tata Bahasa Batak Toba: Meresapkan Jiwa dan Darah Batak, Medan: Bina Media Perintis.
  • Sinaga, Richard. 2006. Kamus Batak Toba-Indonesia, Jakarta: Dian Utama.

lusius-sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.