iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Marga Sinurat Dalam Peradaban Batak Toba


K
ata “Sinurat” dalam buku SEJARAH DAN TAROMBO RAJA SINURAT ini merujuk pada sosok dan pomparan Raja sinurat. Dengan semakin bertambahnya jumlah pomparan Raja Sinurat, maka “nama” Raja sinurat berubah menjadi “marga” sinurat. Raja Sinurat sendiri adalah anak pertama dari Sinabutar Raja Parmahan, cucu dari Raja Bungabunga gelar Raja Parmahan. Raja bungabunga sendiri adalah anak dari Rumasondi dan cucu dari Sondi Raja. Sondiraja adalah anak ketiga dari delapan anak Raja Silahisabungan.

Sebutan “Sinurat” adalah nama leluhur marga Sinurat, yakni Raja Sinurat. Raja Sinurat adalah anak pertama dari Sinabutar Raja Parmahan (dalam Tarombo Silahisabungan sering dinamai Sinabutar II), cucu dari Raja Bungabunga gelar Raja Parmahan. Raja Sinurat lahir, bertumbuh hingga dewasa, bahkan menikah dan menetap di Harangan Parik, tak jauh dari bonapasogit Raja Tano, anak panggoaran (anak sulung) dari ompunta Raja Sinurat. Sinurat sendiri merupakan anak sulung dari 3 bersaudara. Dua saudarnya yang lain adalah Nadapdap (merantua ke Sibisa) dan Dolok-saribu (merantau ke Lumban Dolok Saribu). Ketiganya adalah anak dari Sinabutar Raja Parmahan dan Pinta Omas boru Manurung.

Di Harangan Parik inilah Sinurat dan Nadapdap lahir. Setelah adiknya Nadapdap dan saudara angkatnya Doloksaribu pergi merantau, Sinurat tetap tinggal di Harangan Parik. Ia merawat kedua orangtuanya hingga wafat dan dimakamkan dengan layak di Harangan Parik. Ada juga yang berpendapat bahwa Sinabutar meninggal di Sibisa, di kampung anak bungsunya, Nadapdap. Tetapai, sebagaimana ditegaskan dalam arsip P. Sinurat yang dicatatat pada tahun 1985, Sinabutar menghabiskan masa tuanya di Sibisa. 

Tetapi di akhir hidupnya ia kembali ke kampung halamannya di Harangan Parik. Raja Sinurat menikah dengan Tapian Boru Manurung dan memiliki 4 (empat) anak, yakni Raja Tano, Raja Pagi, Ompu Gumbok Nabolon dan Raja Muha. Keempat anaknya ini lahir dan bertumbuh hingga dewasa di Harangan Parik. Dari Harangan Parik ini pulalah keempat anaknya berangkat mencari kehidupan masing-masing. Raja Tano merantua ke Huta Joring dan Lumban Pea, Raja Pagi merantua ke Lumban Lobu, Ompu Gumbok Nabolon merantua ke Samosir, dan Raja Manorus (anak Raja Muha) merantua ke Mandoge, Tanah Jawa, Simalungun.

Demikianlah anak-anak, cucu dan cicit Sinurat makin banyak dantersebar ke seluruh penjuru wilayah Toba, Sumatera Timur, Indonesia, hingga ke berbagai negara di dunia. Keturunannya pun semakin bertambah, hingga mereka merasa perlu mendirikan wadah parsadaan (perkumpulan/komunitas) internal mereka. Inilah misi awal didirikannya “Punguan Sinurat Dohot Boru se Indonesia” (PSDB se Indonesia) pada tahun 2019 di Jakarta. Bagaimanapun keturunan Raja Sinurat telah turut mewarnai perkembangan zaman, mulai dari era kolonialisme Hindia Belanda hingga, era kemerdekaan hingga saat ini ditengah kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Batak Toba. Inilah yang menjadi latar belakang penulisan buku Sejarah dan Tarombo Raja Sinurat ini.

Penulisan buku Sejarah dan Tarombo Sinurat ini menggunakan metode deskripif dengan pendekatan kualitatif dalam upaya menggali sejarah dan tarombo Sinurat. Teknis penelitian ini penuliss lakukan melalui teknik pengumpulan data dan evaluasi data secara sistematis untuk menggambarkan, menjelaskan dan memahami peristiwa yang terjadi di masa lalu. Metode deskripif dengan pendekatan kualitatif penuliss lakukan untuk menguji kebenaran tentang kejadian tertentu di masa lalu terkait dengan Ompunta Raja Sinurat.

Metode ini menggunakan 4 (empat) tahapan penulisan buku “Sejarah dan Tarombo Raja Sinurat”, yakni heuristik, verifikasi atau kritik sumber, interpretasi dan historiografi (Jurnal Kebudayaan, Volume 13, Nomor 2, Desember 2018). Pada tahap heuristik, penuliss melakukan proses pengumpulan informasi atau sumber penelitian sejarah Raja Sinurat melalui dua sumber sejarah yang penulis dapatkan, yakni sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah proses pengumpulan informasi secara langsung tanpa perantara, antara lain lewat wawancara dengan subyek yang terkait dengan sejarah Raja Sinurat, mulai dari keturunan Raja Sinurat, baik dari keturunan Raja Tano, Raja Pagi, Ompu Gumbok Nabolon dan Raja Muha serta subyke lain yang memiliki keterkaitan dengan sejarah hidup Raja Sinurat.

Selain melakukan wawancara, penuliss juga turun langsung ke lapangan, mengunjungi lokasi-lokasi yang menyisakan jejak leluhur marga Sinurat. Itu sebabnya penuliss telah mengunjungi makam Tugu Raja Silahisabungan, situs sejarah Aek Sipaulak Hosa Loja dan Batu Gadap di Silalahi Nabolak (14/11/2021), makam Boru Similingiling, Tugu Manurung Sibisa, Mual Batu Ilik Lumban Nadapdap dan Tugu Nadapdap di Sibisa, makam Raja Pagi di Lumban Lobu (27/11/2021), Pangururan (6/12/2021), Lumban Julu, Balige, Sionggang, makam Raja Tano dan kedua anaknya Ompu Tabar dan Ompu Gumantar di Huta Joring dan bonapasogit Raja Sinurat di Harangan Parik (26/12/2021), Buhit dan Urat-Hatoguan (12/02/2021). 

Sejujurnya penulis menemui beberapa kesulitan saat mencari warisan berupa benda dari atau situs sejarah dari Raja Sinurat. Di titik inilah sumber sekunder turut menemani penulis dalam proses pengumpulan informasi secara tidak langsung, berupa melalui buku, jurnal, majalah, website, blog, dan media sosia yang mencatatan jejak perziarahan Raja Sinurat. Penulis merasa perlu memverifikasi kedua sumber tersebut pada tahap selanjutnya, yakni tahap verifikasi atau kritik sumber-sumber sejarah yang telah penulis kumpulkan pada tahap heuristik.

Sumber sejarah yang telah penuliss kumpulkan selanjutnya penuliss verifikasi atau kritisi. Caranya adalah dengan menguji segi keaslian dan kredibilitasnya. Ada dua macam kritik yang penulis lakukan. Pertama, kritik eksternal yakni kritik terhadap keaslian sumber berupa aspek bahan pembuat sumber, pembuktian keaslian, dan waktu atau penanggalan. Kedua, kritik internal (kritik terhadap kredibili-tas dengan menguji sumber berupa benda [tambak/kuburan], tulisan ataupun lisan).

Pada tahap ini penulis melakukan cek silang antara informan satu dengan informan yang lain. Setelah mengumpulkan sumber primer dan sekunder dan meng-kritisinya, maka selanjutnya penulis melakukan interpretasi sebagai tahap ketiga. Pada tahap interpretasi ini penulis menganalisa sumber-sumber yang ada dan mencoba membandingkan fakta yang satu dengan fakta yang lain, sehingga fakta-fakta yang ada menjadi kesatuan yang makesense atau masuk aka. Tahap akhir dari penelitian ini adalah tahap historiografi atau proses penulisan sejarah berdasarkan sumber-sumber yang telah ditemukan, dinilai, diseleksi dan dikritisi. Dalam menulis buku ini, penulis sungguh memperhatikan kaidah penulisan seperti tanda baca, bahasan, format penulisan, penggunakan istilah serta rujukan sumber sejarahnya.

Tujuan penulisan buku “Sejarah dan Taromba Raja Sinurat” ini bertujuan untuk membentangkan sejarah leluhur marga Sinurat dalam kaitannya dengan marga lain dalam konteks adat Dalihan Natolu masyarakat Batak Toba. Penulisan buku ini oleh karenanya tak bisa dipisahkan dari rencana pendirian Tugu Sinurat kelak. Tujuan lain dari penulisan buku sejarah ini untuk memenuhi rasa ingin tahu sekaligus jadi panduan bagi keturunan Raja Sinurat di masa kini dan masa mendatang. Rasanya tak berlebihan bila buku ini bisa menjadi media pemersatu antara kita semua pomparan ni Raja Sinurat.

Permasalahan dalam buku ini dirumuskan sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut ini: “Siapa Raja Sinurat? Seperti apa masa kecil dan masa mudanya? Siapa istrinya dan berapa anaknya? Dimana posisi dan kedudukan marga Sinurat ditengah pomparan ni Raja Paramahan dan pomparan ni Raja Silahisabungan? Apa sumbangsih marga Sinurat bagi perkembangan bangso Batak khususnya, dan bagi bangsa Indonesia secara umum? Dari pertanyaan ini kemudian lahir rumusan masalah yang berlandaskan fakta, yaitu bahwa marga Sinurat adalah keturunan dari Raja Sinurat dengan bonapasogit di Harangan Parik, dan dari sanalah keturunannya menyebar ke berbagai penjuru nusantara, hingga ke berbagai belahan dunia.

Tulisan dalam buku “Sejarah dan Tarombo Raja Sinurat” ini diramu secara sistematis, mulai dari Bab Pendahuluan hingga Bab Penutup. Pada bab PENDAHULUAN diuraikan secara sistematis tentang latar belakang, metode, tujuan, rumusan masalah dan sistematika penulisan buku Sejarah dan Tarombo Raja Sinurat. Pada Bab 2 diuraikan secara ringkas profil SI RAJA BATAK, mulai dari kosmologi, konsep penciptaan, serta sistem kekerabatan masyarakat Batak Toba yang diwarisan Raja Ba tak kepada keturunannya, termasuk keturunan Sinurat.

Pada Bab 3 dibentangkan perjalanan historis RAJA SILAHISABUNGAN, leluhur marga Sinurat. Sosok sang pengembara yang sakti mandraguna ini telah diakui oleh Raja Parultep (Raja Pakpak), Raja Mangatur (Raja Sibisa) dan Rahat Bulu (penjahat kelas kakap di Uluan Porsea). Kisah cintanya dengan 2 istri, 8 anak lelaki dan 1 puteri semakin menegaskan betapa ia adalah sosok ayah yang baik dan bertanggung jawab. Kendati beda ibu, ia tak pernah pilih kasih kepada delapan anaknya. Itu sebabnya ia dengan tegas menabalkan status Tambun (anak dari istri keduanya) sebagai anak kandungnya sendiri lewat peristiwa Poda Sagu-sagu Marlangan. Bab 3 menghantar pembaca untuk mengetahui profil Sinabutar Raja Parmahan, ayah kandung Raja Sinurat.

Profil SINABUTAR RAJA PARMAHAN pada Bab 4 ini didahului oleh perjalanan hidup ompunta yang bernama Sondi Raja (Rumasondi). Sondi Raja adalah anak ke-3 dari 8 anak Raja Silahisabungan. Dari Sondi Raja lahir Raja Bungabunga gelar Raja Parmahan yang selanjutnya melahirkan Sinabutar Raja Parmahan, ayah kandung dari Sinurat.

Intisari buku “Sejarah dan Tarombo Raja Sinurat” ini ada pada Bab 5 tentang RAJA SINURAT yang membentangkan perjalanan hidup Sinurat dan 4 anaknya: Raja Tano, Raja Pagi, Ompu Gumbok Nabolon hingga Raja Muha. Pada Bab 6 akan membahas PUNGUAN SINURAT DI ERA DIGITAL menguraikan awal terbentuknya punguan Sinurat dan keberadaannya saat ini. Buku ini adalah salah satu produk dari punguan tersebut

Akhirnya pada Bab PENUTUP dibentangkan simpulan buku “Sejarah dan Tarombo Sinurat” ini. Pada bagian ini juga dibentangkan refeksi atas peziarahan Raja Sinurat di masa lalu itu dan cara kita memaknainya di masa kini.

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.