Injil Matius 9:9-13 (cf. Mrk 2:13-17; Luk 5:27-32) bertutur tentang Matius pemungut cukai yang mengikuti Yesus. Matius punya kualifikasi sebagai orang berpendidikan, apalagi bila dibandingkan dengan para nelayan seperti Petrus, Andres, Yakobus dan Yohanes.
Matius adalah seorang akuntan yang terlatih dan handal di bidang perpajakan. Ia punya kantor pajak di pinggir jalan raya dari Mesir ke Damaskus. Ia juga mampu berbicara dalam Bahasa Ibrani, Yunani, Latin dan Aram. Andai Keuskupan membutuhkan seorang kepala kantor keuangan, Matius lah orangnya.
Hanya saja Matius punya karakter yang kurang begitu baik, sehingga ia tidak dihormati oleh bangsanya sendiri.
1. Bekerja dalam tekanan tinggi
- Matius sibuk dalam suatu usaha yang memberikan stress yang tinggi dan memiliki tanggung jawab yang besar.
- Dia mengumpulkan pajak dari rekan-rekan senegaranya, dan memberikannya pada pemerintah Romawi yang saat itu menjajah Palestina. Ia harus melapor pada dua atasan yang saling membenci satu ama lain, yaitu Romawi dan Yahudi. Ini berarti Matius tidak disukai banyak orang. Ini pekerjaan berat. Namun harus ada orang yang mengerjakannya. Matius tidak dapat begitu saja meninggalkan pekerjaannya.
- Sementara bagi orang Yahudi, seseorang yang bekerja untuk penjajah mereka adalah orang yang tidak punya harga diri.Pekerjaannya berhubungan dengan orang-orang kafir, mengurusi uang mereka yang berhiaskan lambang-lambang berhala mereka.
- Hal ini menjadikan Matius dianggap sebagai orang najis dan tidak diijinkan untuk memasuki sinagog atau Bait Allah.
2. Petugas pajak terkenal sebagai penipu
- Pada zaman itu, rakyat tidak tahu berapa besar pajak yang dibebankan pemerintah kepada mereka selain dari pemberitahuan yang mereka terima dari pengumpul pajak. Mereka juga tidak punya hak untuk naik banding melawan pengumpul pajak.
- Karena pemerintah Romawi tidak membayar petugas pajak dengan gaji tetap; mereka pun mengambil uang dari pajak yang mereka kumpulkan.
- Orang-orang seperti Matius mengisi kantong mereka dengan pajak yang berlebihan.
3. Menerima suap dari wajib pajak
- Matius dan para petugas pajak lainnya menerima suap dari orang-orang kaya agar pajak mereka diturunkan.
- Para petugas pajak terkenal sangat korup.
- Semua orang tahu apa yang terjadi, namun tidak seorangpun yang dapat menghentikan mereka.
4. Bergaul dengan orang-orang yang salah di tempat yang salah
- Matius bergaul dengan orang-orang yang salah di tempat yang salah. Dalam Mat 9:10 dikisahkan saat Yesus datang ke rumah Matius, Yesus dikerumuni oleh "banyak pengumpul pajak dan orang-orang berdosa."
- Matius tahu bahwa para pemungut cukai ini dianggap sebagai bagian dari orang-orang tidak baik atau "yang paling buruk dari yang terburuk."
Matius sudah cukup sibuk dan pekerjaannya menuntut tanggung jawab; dia tidak dihormati oleh orang, dna dia bergaul dengan orang yang salah di tempat yang salah. Tentunya hal ini cukup untuk membuat dia tidak pantas menjadi murid Tuhan Yesus.
Namun Tuhan Yesus berkata, “Mari, ikutlah Aku.” dan Matius taat. Matius meninggalkan pekerjaan yang mendatangkan uang banyak, tetapi dia mendapatkan kehormatan. Ia meninggalkan jaminan hidup, tetapi menemukan tujuan hidup. Dia meninggalkan meja pajaknya dan hanyak mengambil satu hal, penanya.
Dengan pena itu, dia mempergunakan keahlian bahasanya untuk menuliskan kitab tentang pekerjaan-pekerjaan dan pengajaran Tuhan Yesus, salah satu kitab yang paling banyak dibaca dan yang paling penting dalam sejarah manusia.Apa yang Yesus lihat dalam diri orang muda yang kaya ini?
Menurut Matius 19:16-22 (bdk. Mrk 10:17-27; Luk 18:18-27), Matius memiliki kualifikasi berikut:
1. Matius berkecukupan secara ekonomi
- Matius memiliki harta yang banyak dan hidup serba berkecukupan.
- Berbeda dengan keempat nelayan (Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes), Matius tidak sibuk dengan pekerjaan lain ketika Tuhan memanggil dia untuk menjadi murid.
- Dengan kekayaannya ia bisa pergi sendiri mencari Yesus, bicara dengan Dia dan mengambil keputusan mengenai hal mengikuti Dia.
- Jikalau dia jadi mengikuti Yesus, kekayaannya cukup untuk menunjang perjalanannya dalam mengikuti Yesus dan bahkan mungkin cukup untuk menolong orang lain juga.
- Orang seperti ini pasti diincar banyak gereja.
2. Matius penuh hormat dan berpendidikan
- Matius memanggil Yesus sebagai Guru, bahkan Markus dan Lukas menambahkan bahwa Matius menyebut Yesus sebagai "Guru yang baik".
- Dengan kekayaannya itu ia memiliki rasa hormat yang tinggi dihadapan Yesus yang mengajar tidak seperti orang-orang lain dan telah menyembuhkan banyak orang.
- Pembawaan Matius memperlihatkan betapa ia adalah orang berpendidikan dan membaca banyak tulisan dari para Rabbi pada zamannya.
3. Matius bersungguh-sungguh dalam hal agama
- Ketika Yesus memberitahukan padanya bahwa dia harus mememelihara perintah Allah untuk mendapatkan hidup yang kekal, Matius dengan cepat menanyakan hukum-hukum mana yang Allah maksudkan. Dia tidak bermaksud menghindar. Dia mengenali bahwa Yesus telah menyentuh bagian yang di mana dia merasa mantap dan dia ingin mengetahui apa yang paling penting.
- Yesus mengutip lima hukum Taurat: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan memberi kesaksian palsu, hormatilah ayamu dan ibumu."(Mat 19:18-19), kemudian memberikan hukum kedua dari dua perintah utama: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."(Mat 19:19).
- Matius menjawab tanpa ragu, "Semua ini telah kulakukan." Matius benar telah melakukannya dengan baik. Ketika banyak orang yang melakukannya, Matiustelah melakukannya dengan baik.
4. Matius memiliki posisi yang terhormat dalam masyarakat
- Lukas mengatakan bahwa Matius adalah seorang penguasa, anggota dari suatu mahkamah atau dewan. Sungguh merupakan suatu prestasi bagi orang muda ini.
- Di ata segalanya, berbeda dengan orang-orang lain, Matius justru mengambil inisiatif sendiri untuk datang kepada Yesus. Kita pasti menyukai orang-orang yang mengambil initiatif, yang tidak menunggu sampai sesuatu terjadi pada mereka atau untuk mereka, melainkan bersedia menghadapi kesukaran. Tentunya Yesus akan sangat terkesan dengan orang ini.
Sekilas, tak tampak kelemahana atau kekurangan yang dapat menghalangi Matius dalam menjadi murid Yesus. Hanya saja, pada waktu dia meninggalkan Tuhan Yesus dengan terdiam, barulah kita menyadari bahwa ada sesuatu yang menghalangi orang muda ini dalam mengikuti Yesus. Apakah itu?
Ada tiga kekurangan yang nyata dalam penampilan yang menarik dari orang muda ini.
1. Matius percaya bahwa dia cukup baik dan berkenan dihadapan Tuhan.
- Pertanyaan"Guru, perbuatan baik apakah yang harus kulakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?” (Mat 19:16) menegaskan bahwa Matius sedang memikirkan tentang nilai dari perbuatannya. Dia membayangkan suatu daftar nilai di mana dia bisa mengumpulkan nilai yang cukup untuk memenangkan hidup kekal. Dibandingkan dengan orang lain, dia baik, dan dia tidak dapat mengerti mengapa kebaikannya masih tidak cukup.
- Tetapi Yesus dengan cepat mengarahkan perhatiannya pada satu-satunya yang baik dan satu-satunya standar dari segala kebaikan. “Apakah sebabnya engkau bertanya kepadaKu tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik …” (Mat 19: 17).
- Kebanyakan orang berpikir bahwa mereka baik karena mereka membandingkan diri mereka dengan hal yang salah. Jika Matius, maupun orang lain dapat memenangkan keselamatan, maka dia sudah menjadi sama baiknya dengan Tuhan.
- Padahal dalam kebaikan Allah dan kesempurnaan Allah, kesucian Allah adalah standarnya. Itu sebabnya Alkitab mengatakan, "Jika kita mengatakan bahwa ita tidak berdosa, kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.” (1 Yoh 1:8), "Sebab kasih karunia engkau diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu, tetepi pemberiaan Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9), dan “Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmatNya …" (Titus 3:5).
- Fakta bahwa kita tidak dapat menyelamatkan diri sendiri sebenarnya adalah kabar baik karena jikalau keselamatan adalah berdasarkan usaha kita, bagaimana saya dapat mengetahui bahwa saya telah menjadi cukup baik? Jika kita mendapatkan keselamatan berdasarkan usaha kita, ada orang-orang lain yang akan lebih beruntung karena tempat kelahiran mereka, pendidikan mereka dan di mana mereka tinggal.
- Yesus ingin menunjukkan pada orang muda ini kebodohan dari usaha untuk mendapatkan perkenan dari Tuhan. Itulah sebabnya Dia memperlihatkan pada orang muda ini hukum-hukum Tuhan untuk melihat apakah orang muda ini dapat memperolehnya. Jawabannya, "Saya telah melakukan itu..."(Mat 19:10)
- Tentu Tuhan dapat membantah itu, dan menunjukkan bagaimana melalui apa yang dia perbuat sudah bertolak belakang dengan tuntutan ini. Namun Yesus tidak melakukannya. Yesus justru mengambil pendekatan yang berbeda yang dapat menolong Matius melihat kekurangannya.
2. Matius tidak mengasihi Tuhan dengan segenap hati, akal budi dan jiwanya.
- Jikalau dia mengasihi Tuhan seperti itu, dia akan taat pada perintah Tuhan untuk meninggalkan kekayaannya; sama seperti Abraham taat pada perintah Tuhan untuk meninggalkan kekayaannya dan tanah kelahirannya dan bahwa kalau perlu, anaknya (Matius 19:21-22).
- Kristus, Allah yang menjadi manusia, minta pada orang muda yang kaya ini suatu pengorbanan yang tidak pernah dimintaNya dari orang-orang lain, untuk menjual semua hartanya dan memberikannya kepada orang-orang miskin,
- Mengapa? Karena Tuhan melihat bahwa kekayaan orang muda ini dan statusnya lebih penting baginya dibanding hal-hal lain. Apakah dia cukup mencintai Tuhan sehingga rela berkorban? Tidak! Bagaimana dengan engkau?
3. Sekalipun yakin akan kebaikan hatinya, namun Matius tidak mencintai sesamanya
- Apakah Matius benar-benar mencintai orang-orang miskin sama seperti mencintai dirinya sendiri? Kalau betul tentu tidak sulit bagi dia untuk menaati perintah Tuhan (Matius 19:22) untuk menjual harta bendanya dan memberikannya pada orang-orang miskin.
- Dia pasti akan bergembira karena apa yng Tuhan minta dari padanya adalah apa yang dia selalu rindu untuk lakukan.
- Apakah dia mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri? Tidak! Bagaimana dengan engkau?
REFLEKSI
Sama seperti perekrutan empat orang nelayan, si pemungut cukai Matius juga dipanggil untuk menjadi murid dengan ajakan yang sama oleh Tuhan, "Mari, ikutlah Aku!" dan semuanya taat dan tak seorangpun membayangkan bahwa mereka akan berhasil. Mereka justru menyerahkan diri secara mutlak kepada Tuhan.
Pada waktu dipanggil Yesus untuk mengikutiNya, keempat nelayan melakukannya tanpa syarat dan keraguan. Petrus dan Andreas meninggalkan jala mereka dan mengikuti Yesus; begitu juga dengan Yakobus dan Yohanes langsung meninggalkan perahu dan ayah mereka (Mat 4:20.22). Saat dipanggil untuk mengikuti Yesus, Matius juga melakukannya tanpa keraguan atau syarat.
Mereka taat, datang tanpa pertanyaan, meninggalkan lingkungan, kebiasaan-kebiasaan, dan teman-teman mereka tanpa syarat demi mengikuti Tuhan. Tidak ada yang dapat menggantikan penyerahan mutlak kepada Yesus sebagai Tuhan dalam kehidupan kita.
Matius melakukan perintah Tuhan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat sudah cukup. Saat ia berjalan meninggalkan Tuhan Yesus, kepalanya terntunduk dengan kecewa dan sedih.
Tindakan tersebut menegaskan bahwa tidak ada sesuatu apapun yang dapat menggantikan penyerahan tanpa syarat kepada Kristus sebagai Tuhan dalam kehidupan kita, khususnya ketika kita mau menjadi seorang murid (Matius 16:24-26).
Posting Komentar