Babak Kebangkitan Yesus dalam keempat Injil selalu dtandai dengan peristiwa kubur kosong, tepatnya pengalaman para wanita, khususnya Maria Magdalena yang terkejut menjumpai kubur Yesus dalam keadaan kosong. Maria pun menangis.
Ia masuk kedalam pengalaman kehilangan. Kehilangan yang dimaksud adalah kehilangan figur.
Figur Yesus, bagi Maria, begitu memukau, mempesona. Kiranya sangat jelas mengapa ia merasa kehilangan sosok sang idolanya.
Kosongnya kubur Yesus tak ayal membuatnya bersedih hati. Pikirannya melayang ke masa lalu, tentang bagaimana ia dimanusiakan, diselamatkan dari dosa perzinahannya.
Tiba-tiba ia teringat sapaan Tuhan, "Wahai perempuan, tak adakah yang menghukummu? Aku pun tidak menghukummu. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi."
Ingatan itu begitu mendominasi pikirannya. Entah raib kemana tubuh tak bernyawa milik Tuhannya.
Kegundahannya bertambah di saat ia menyaksikan adegan tak lazim iu. Begitu dominan pikirannya tenang gosip di luaran sana, "Ada yang mencuri jenazah Yesus".
Ia putus asa. Sebegitu putus asa, hingga ia pun mulai gundah, ‘ke mana hendak kucari jenazah Guru?’, pikirnya dalam hati.
*****
Pengalaman Maria Magdalena membawa kita pada permenungan tentang mengosongkan pikiran dari ikatan-ikatan emosional kita dengan sosok atau figur idola kita.
Sebab, ikatan-ikatan emosional itu kerap membawa kita ke masa lalu yang tak akan terulang; tak lebih dari sekedar nostalgia belaka. Dan pengalaman di masa lalu itu membuat kita takut pada perubahan yang terjadi di masa kini dan di masa yang akan datang.
Keterpukauan Maria pada sosok Yesus membuatnya tak rela kehilangan Dia, bahkan tubuhNya sekalipun !
Kosongan kubur Yesus adalah kekosongan diri Allah yang menjadi hamba, menjadi manusia (kenosis).
Kekosongan yang, sebagaimana dialami Maria Magdalena, yang membiarkan Allah masuk ke dalam hatinya dan berdiam di sana.
Melalui kekosongan pikiran tadi. Kekosongan pikiran, di sini, tidak sama dengan "bodoh", tetapi pada tindakan kita untuk tdk larut dalam pikiran masa lalu.
Bukankah Allah hadir justru di sini dan pada saat ini ? Begitulah Maria, pada akhirnya menjadi saksi pertama Kebangkitan Yesus.
*****
Dalam hidup menggereja, kita memiliki sosok Yesus sebagai idola, dan Gereja sebagai institusinya. Karena Yesus, sebagai manusia, tak hidup di masa kini, dan tak pernah ada yang seperti Dia.
Untuk itu kita menjadi gamang, dan mulai berpikir dan menggugat iman kita sendiri, "Untuk apa aku ke gereja sementara figur Yesus sudah tidak ada di sana?"
Kita lupa, bahwa semua yang ada di gereja, termasuk para pejabat gereja dan umat sama-sama ingin menyerupai Yesus. Pikiran kitalah yang membuat kita berhenti menerima kebaruan, bahkan lupa bertindak.
*****
Akhirnya, kebangkitan, perubahan dari keterbatasan menuju ketakterbatasan, pun ajakan untuk berubah menuju diri yang lebih baik, hanya akan terjadi bila kita menjauhkn segala pretensi-pretensi (negatif) tentang orngg lain, apalagi terhadap masa lalunya.
Gereja, khususnya di tingkat lingkungan, akan bangkit dan mengalami kehidupan menggereja sebagai sebuah keindahan, tempat satu sama lain untuk saling menyapa dengan nama kita masing-masingl; dan hal hanya akan terjadi apabila kita mengosongkan diri. Amin.
Posting Komentar