Ilustrasi: Pesta Adat Melayu Deli |
Sejak tadi jam 10 pagi hingga saat ini mereka hanya berdendang ria di atas panggung. Hanya sekali terdengar lagu melayu (mewakili bininya), sekali lagu lagu mandailing (mewakili lakinya).
Sisanya lagu Batak Toba dengan berbagai langgamnya. Tentu saja versi dangdut lebih dominan, karena dianggap mewakili selera masyarakat Indonesia. Lagu-lagu seperti Alusi Au, Lisoi, Nasonang do Hita Nadua, Sigulempong, Anak Naburju, dst. menggema memenuhi ruang terbuka pesta tadi.
Paling seru justru saat lagu "Entah apa", lagu "Apakah salahku padamu sayang?" dan lagu "Sae Ma Ito" dinyanyikan dua kali, di awal dan saat tulisan ini dibuat.
Akhirnya, pesta kawinan adalah sebuah pertanyaan aktual: "Entah yang merasuki" keduanya hingga ingin menikah" (alasan tak jelas) dan "Apa Salahku Padaku" hingga "Sae Ma Ito" (cukup sudah) hingga selama pacaran kita putus nyambung dan bisa jadi kelak masing-masing saling menduakan.
Tapi yang terpenting, keduanya akhirnya bisa kawin seperti kebanyakan orang. Tentu, agar mereka dianggap normal dan legal untuk tidur bersama (diwakili lagu-lagu dangdut).
Posting Komentar