Yayasan Peduli Pendidikan Marsiurupan (YPPM) yang didirikan pada tahun 2014 oleh Irjen Pol (Purn) Maruli Wagner Damanik, MAP |
Menurut Josra, banyak anak-anak muda yang cerdas di kampungnya, Nagori Panribuan, Kecamatan Dolok Silau, Kabupaten Simalungun yang belum mendapat akses pendidikan secara maksimal. Itu Sebabnya saya sangat berharap Simalungun punya bupati yang peduli pendidikan.
"Keterbatasan akses pendidikan, ditambah keterbatasan ekonomi pada akhirnya menyebabkan anak-anak di Panribuan tidak bisa melanjutkan studi hingga Perguruan Tinggi," tambah Josra sembari menambahkan banyak orang tua di kampungnya yang beranggapan bahwa sekolah itu sudah cukup sampai SMA. Kecuali mereka yang mampu secara ekonomi sanggup menyekolahkan anaknya ke PTS hingga ke Pulau Jawa.
Desa Panribuan tak begitu jauh dari Saribudolok, dan dapat ditempuh 20 menit perjalanan. Masyarakat di desa ini mayoritas petani nenas. Hanya ada SDN di sana. Untuk melanjutkan studi SMP dan SMA, sekolah terdekat ada di Saribudolok. Lantas begaimana dengan Perguruan Tinggi? Paling dekat ya kuliah di PTS di Pematang Siantar atau di PTN di Medan.
Sebagai anak Panribuan, Josra juga pernah merasa minder dan merasa tak akan lulus test masuk Perguruan Tinggi Negeri. Andai saja harus kuliah di PTS, orangtuanya pasti akan kesulitan membayar uang kuliahnya.
"Syukurlah ada Yayasan Peduli Pendidikan Marsiurupan (YPPM) yang dimotori oleh Irjen Pol (Purn) Maruli Wagner Damanik, MAP pada tahun 2014 yang lalu. YPPM bekerjasama dengan Ganesha Operation (GO) yang didirikan oleh Bob Foster Sinaga itu; dan lahirlah YPPM-GO di Saribudolok.
Setelah lulus test selanjutnya saya mengikut bimbel di YPPM-GO dan secara khusus materi persiapan SNMPTN. Seluruh biaya bimbel ini ditanggung oleh YPPM sendiri.
Syukur kepada Tuhan, akhirnya niat saya, dan harapan orangtua saya untuk kuliah di PTN terwujud. Saya lulus di USU, dan sekarang sudah memasuki Semester 7 di FSIP, Jurusan Ilmu Politik," tambah Jos dengan mata berkaca-kaca.
Syukur kepada Tuhan, akhirnya niat saya, dan harapan orangtua saya untuk kuliah di PTN terwujud. Saya lulus di USU, dan sekarang sudah memasuki Semester 7 di FSIP, Jurusan Ilmu Politik," tambah Jos dengan mata berkaca-kaca.
YPPM yang disinggung Josra adalah yayasan yang sengaja dibentuk Wagner sebagai wujud kepeduliannya terhadap Simalungun. Mantan staf pengajar di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) ini berupaya membantu anak-anak sekolah yang kurang mampu secara ekonomi namun berniat melanjutkan pendidikannya ke bangku perkuliahan, khususnya masuk PTN.
Secara teknis, sejak tahun 2014 lalu, YPPM dan Ganesha Operation (GO) menyediakan bimbingan belajar (Bimbel) secara gratis kepada anak-anak remaja Simalungun yang memiliki niat dan kemauan belajar. Harapannya bimbel dapat membantu para pelajar itu masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
YPPM-GO ini bisa dikatakan sudah berhasil. Sejak dibuka tahun 2014, lebih dari 80% anak didiknya berhasil masuk PTN di berbagai daerah di Indonesia, mulai dari ITB, UGM, USU, UNIMED, dan PTN lainnya.
Josra Taman Sembiring, mahasiswa Jurusan Ilmu Politik FISIP-USU merupakan putra asli Panribuan, Dolok Silau, Simalungun.
|
Lebih dari itu, sebagaimana diakui Josra, ia dan teman-temannya sering berbagi cerita masa-masa indah di YPPM, terutama tentang sosok Wagner.
"Ya, Pak Wagner itu selalu mengutamakan keterbukaan dan transparansi. Ia selalu memotivasi kami, dan secara mengakui betapa cintanya ia kepada Simalungun, tanah leluhurnya. Kepada kami, beliau juga terbuka menerika kami bila mengalami kesulitan dan ingin berkonsultasi tentang pendidikan dengan beliau, bahkan sampai saat ini," kenang Josra.
Dari Josra kami tahu kalau Wagner tetap menjadi teman bagi anak-anak YPPM-GO dan alumninya. Ia masih sering menyapa anak-anak yang sudah kuliah di PTN dan bertanya tentang kemajuan studi mereka.
Kepada anak-anak bimbel YPPM-GO dan alumninya, Wagner sering mengulangi pesannya ini,
"Adik-adikku sekalian, belajar dan belajar lebih keras lagi, agar kalian bisa kelak menggantikan generasi kami. Pendidikan adalah jalan terdekat untuk merubah nasib. Untuk itu, jangan pernah berkata lelah untuk belajar, sebab sukses bukan dilihat latar belakang, namun bagaimana kita mampu mempersiapkan "latar ke depan". Kalianlah yang akan menentukan masa depan Simalungun ini kelak. Kita wujudkan Simalungun Najagiah melalui peningkatan SDM yang berkualitas."
Sementara terkait dengan niat Wagner mencalonkan diri menjadi bupati Simalungun periode 2020-2025, Josra mengaku senang dan bangga. Menurut Josra, niat tersebut bahkan sesuai dengan harapannya, yakni agar ada bupati yang peduli pada kemajuan pendidikan di Kabupaten Simalungun.
Apalagi, masih masih menurut Josra, Wagner adalah sosok jenderal pintar dan cerdas, namun rendah hati. Ia adalah pribadi yang apa adanya, sehingga mudah bersahabat dengan siapa saja. Ia bukan sosok pragmatis yang memanfaatkan orang yang pernah dibantunya demi melenggangkan niatnya menjadi bupati. Maka, tak heran bila anak-anak muda yang pernah dibantu YPPM tidak semua tahu kalau Wagner berniat maju sebagai calon bupati periode 2020-2025 nanti.
Menurut pengakuan Josra, ia memang mendengar dari orang-orang dan membaca di medsos kalau beliau mencalonkan diri jadi bupati Simalungun tahun depan. Mestinya, kami yang pernah dibinananya, harusnya bisa saja diperintah beliau membantnya di desa kami masing-masing. Saya
saja sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Politik tak diajaknya jadi anggota timnya ha ha ha," canda Josra sambil tertawa.
Buru-buru Josra menambahkan, "Sebagai orang cukup mengenal beliau, saya berdoa dan berharap semoga beliau sukses dan terpilih menjadi Bupati Simalungun. Saya percaya beliau bukan orang sembarangan. Saya percaya beliau akan tetap konsisten pada apa yang beliau ucapkan," tutup Jos.
Kepada Josra dkk, Wagner hanya meminta satu hal kepada anak-anak binaan YPPM-GO, yakni agar mereka tetap fokus pada kuliah mereka hingga lulus dengan prestasi baik, dan pulang untuk membangun Simalungun.
Sebagaimana kita ketahui, Wagner Damanik akan mencalonkan diri sebagai bupati Simalungun pada tahun 2020 mendatang. Menurut pengakuannya kepada penulis, ia tak punya niat selain memberikan apa yang sanggup ia beri kepada warga Simalungun.
Gayung bersambut, ternyata warga Simalungun semakini banyak yang menyukai Wagner. Lebih dari 50ribu foto copy KTP sudah didapatkan Wagner sebagai bentuk dukungan warga kepadanya.
Langkah awal pencalonannya dari jalur Independen sudah terpenuhi. Tapi ia tetap tidak puas, dan tetap konsisten mengunjungi warga Simalungun dai Nagori yang satu ke Nagori yang lain, bukan pertama-tama karena ia butuh dukungan, tetapi terutama karena ia ingin lebih paham apa yang bisa ia lakukan untuk membantu warga Simalungun.
Semangat Wagner tersebut ternyata selaras dengan motto pencalonannya sebagai calon bupati Simalungun, "Datang untuk memberi, bukan untuk mengambil!"
Gayung bersambut, ternyata warga Simalungun semakini banyak yang menyukai Wagner. Lebih dari 50ribu foto copy KTP sudah didapatkan Wagner sebagai bentuk dukungan warga kepadanya.
Langkah awal pencalonannya dari jalur Independen sudah terpenuhi. Tapi ia tetap tidak puas, dan tetap konsisten mengunjungi warga Simalungun dai Nagori yang satu ke Nagori yang lain, bukan pertama-tama karena ia butuh dukungan, tetapi terutama karena ia ingin lebih paham apa yang bisa ia lakukan untuk membantu warga Simalungun.
Semangat Wagner tersebut ternyata selaras dengan motto pencalonannya sebagai calon bupati Simalungun, "Datang untuk memberi, bukan untuk mengambil!"
Posting Komentar