Apa yang tersisa bagi keluarga dalam masa-masa perang atau masa pertikaian antar suami-istri? Tak lain dan tak bukan adalah ketakutan, kecemasan, kegelisahan dan hal-hal yang menciptakan iklim yang non kondusif untuk pendidikan seorang anak
Bagi anak yang menjadi korban perang tersebut kemungkinan akan mengalami kehilangan seseorang yang sangat penting dalam hidupnya, yakni keluarga.
Pengalamn itu membuatnya bertumbuh menjadi anak yang tidak utuh. Kenangan buruk (perang, pembunuha, kekejaman, dsb) serta-merta akan memudahkan si anak untuk melakukan hal sama, atau berpotensi memiiliki pola pikir dan tindakan berdasarkan situasi perang tersebut.
Permasalahannya semua hal tersebut masih bias kita saksikan saat ini di dalam keluarga. hanya saja situasi perang seperti ini akan menciptakan kondisi eksternal dan internal hancur lebur.
Kekerasan, penyiksaan, perkataan-perkataan yang buruk, dan perceraian adalah pengalaman yang bisa saja terjadi dalam hidup keluarga mana pun. Hanya saja pengalaman negatif yang dialami oleh beberapa keluarga itu semestinya menjadi pelajaran berharga bagi seorang suami atau istri.
Bukankah setiap pengalaman itu selalu berarti? Kalau pengalaman buruk saja bisa menjadi suatu guru yang berharga, maka seharusnya pengalaman yang baik, indah, meski pun sederhana bias memiliki dampak yang jauh lebih dasyat.
Kita akan belajar untuk memiliki dan menciptakan pengalaman-pengalaman yang baik untuk orang-orang yang berada di dalam jangkauan hidup kita.
Posting Komentar