Perhatikan ringkasan dari Dei Verbum (DV) No. 21 berikut:
- Kitab-kitab ilahi dihormati oleh Gereja, terutama dalam liturgi suci. Tiada hentinya menyambut roti kehidupan dari meja sabda Allah. Kitab-kitab itu bersama dengan Tradisi Suci dipandang sebagai norma iman yang tertinggi.
- Sebab Kitab-kitab itu diilhami oleh Allah sekali untuk selamanya telah dituliskan, serta tanpa perubahan manan pun menyampaikan sabda Allah sendiri, juga mendengarkan suara Roh Kudus dalam sabda para Nabi, para Rasul.
- Karena itu, semua pewartaan dalam Gereja juga agama Kristiani sendiri harus dipupuk dan diatur oleh Kitab Suci. Sebab dalam Kitab-kitab suci Bapa yang ada di surga penuh cinta kasih menjumpai para putraNya dan berwawancara dengan mereka. Ada pun sedemikian besarlah daya dan kekuatan sabda Allah, sehingga bagi Gereja merupakan tumpuan serta dan kekuatan.
"Sabda Allah penuh kehidupan dan kekuatan" [bdk. Ibr 4:2 ”Karena kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi firman pemberitaan itu tidak berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dengan mereka yang mendengarnya”), ”...yang berkuasa membangun dan mengurniakan warisan di antara semua para kudus.” ( Kis 20:32; 1 Tes 2:13]
Kutipan dari DV 21 dengan jelas menyatakan bahwa Kitab Suci memiliki peranan dan kedudukan yang amat penting dalam Gereja.
- Bersama-sama dengan Tradisi Gereja, Kitab Suci menjadi norma iman yang tertinggi. Seluruh pewartaan dan hidup Gereja harus selalu dikontrol dan dinilai dari Kitab Suci sebab dalam Kitab Suci tertulis seluruh wahyu Allah.
- Maka konstitusi liturgi menyebut bahwa pewartaan Gereja bersumber pada Kitab Suci (SC 35). Bacaan-bacaan Kitab Suci itu merupakan ousat dan puncak perayaan liturgi sabda.
- Menurut tradisi liturgis, bacaan-bacaan Kitab Suci tidak pernah diganti dengan bacaan lain, meskipun Bacaan I tu amat bermutu secara teologis.
Bacaan Misa Hari Minggu
Ketetapan Kongregasi untuk Ibadat Suci
Pada tanggal 25 Mei 1969 Kongregasi untuk Ibadat Suci menerbitkan aturan penyusunan bacaan misa yang baru, dan tahun 1981 terbitlah edisi kedua dari aturan ini. Beberapa hal yang perlu kita ketahui:
Ketetapan Kongregasi untuk Ibadat Suci
Pada tanggal 25 Mei 1969 Kongregasi untuk Ibadat Suci menerbitkan aturan penyusunan bacaan misa yang baru, dan tahun 1981 terbitlah edisi kedua dari aturan ini. Beberapa hal yang perlu kita ketahui:
Pada semua hari Minggu dan hari raya disediakan tiga bacaan misa: Bacaan pertama dari PL, Bacaan kedua dari surat PB dan yang Bacaan ketiga adalah Injil; dengan tujuan pastoralnya adalah: agar umat beriman dapat mendengarkan bacaan Kitab Suci selengkap dan seluas mungkin.
Untuk mencapai tujuan pastoral tadi, maka tata bacaan misa dibagi kedalam tiga tahun liturgi:
- Tahun A : Injil Mateus
- Tahun B : Injil Markus, dan
- Tahun C : Injil Lukas.
- Injil Yohanes digunakan pada hari minggu terakhir masa prapaska dan masa paska, sedangkan Kisah Para Rasul digunakan Bacaan I selama masa paska.
- Caranya untuk mengetahui tahun, cukup mudah, yaitu apabila tahun matahari kita habis dibagi tiga, tahun itu tentu tahun C. Lalu tahun yang lain dihitung dari sana.
Prinsip I: hubungan tematis:
- Pemilihan bacaan-bacaan berdasarkan kesamaan tema: Adven, Natal, Prapaska, Paska, serta Bacaan I dan Injil dari semua Hari Minggu Biasa.
- Pada Hari Minggu Biasa Bacaan I selalu dipilih sesuai dengan tema injilnya.
- Pemilihan bacaan berdasarkan urutan bagian kitab yang sedang dibacakan tanpa mempedulikan kesesuain temanya dengan bacaan lainnya.
- Prinsip kedua ini digunakan untuk Bacaan I Hari Minggu Biasa. Tema Bacaan I Hari Minggu Biasa tidak tentu sesuai dengan tema Bacaan I dan Injil, sebab Bacaan I tersebut diambil dari lanjutan bagian Kitab yang sama yang dibacakan pada hari Minggu sebelumnya sebagai Bacaan I.
Bacaan I
Untuk hari Minggu dan hari raya, bacaan pertama diambil PL.
- Setiap pembacaan Kitab Suci dalam liturgi resmi Gereja harus selalu diakhiri dengan kata-kata: ”Demikianlah sabda Tuhan”. Kata-kata ini merupakan pernyataan resmi dan meriah bahwa yang dibacakan tadi adalah sabda Allah sendiri sebab Allah hadir ketika Kitab Suci dibacakan (SC 7);
- diikuti jawaban umat: ”Syukur kepada Allah”.
Mazmur Tanggapan:
Mazmur tanggapan merupakan jawaban umat terhadap sabda Allah yang baru saja diwartakan dan didengarka.
- Mazmuir tanggapan termasuk unsur pokok dalam liturgi sabda.
- Ada petugas yang membawakan atau mendaraskan Mazmur dan umat berpartisipasi dengan mengucapkan refren.
Untuk hari minggu dan hari raya disediakan Bacaan II yang:
- diambil dari tulisan PB.
- biasanya diambil dari surat, sehingga Bacaan II sering disebut sebagai epistola (bahasa latin epistola/epistula= surat).
Bait Pengantar Injil (Alleluia) untuk mempersiapkan umat untuk mendengarkan Bacaan Injil yang baru akan diwartakan.
- Alleluia ini merupakan seruan pada Kristus, maka umat berdiri.
- Alleluia dinyanyikan sepanjang tahun, kecuali pada masa prapaska.
- Jika tidak dinyanyikan bait pengantar injil dapat ditiadakan.
Bacaan Injil merupakan puncak seluruh liturgi sabda. Sejak awal mula, Bacaan Injil mendapat penghormatan yang melebihi bacaan lain. Penghormatan terhadap Bacaan Injil misalnya tampak dalam:
- Injil dibacakan oleh imam atau diakon.
- Sebelum dibacakan ada perarakan untuk membawa Injil oleh diakon atau imam.
- Diakon atau imam mempersiapakn diri dengan berdoa sebelum pembacaan Injil.
- Injil dihormati dengan duparatus (fakultatif).
- Sebelum pemBacaan Injil ada dialog.
- Pembuatan tanda salib pada dahi, mulut dan dada. “SabdaMu ya Tuhan, kami pikirkan dan renungkan, kami wartakan dan kami resapkan di dalam hati kami”.
- Pembuatan tanda salib oleh pembaca pada Kitab mengungkapkan bahwa dalam Injil ini Salib Kristus diwartakan.
- Semua umat beriman berdiri ketika Injil dibacakan
Posting Komentar