Ada sebuah fakta yang harus kita sadari saat kita takut mengkritisi sesuatu: "Sikap kritis bukanlah untuk menciptakan krisis, melainkan memperbaiki situasi yang sedang kacau."
Maka, sebagai warga negara Anda harus peduli pada bangsa ini. Anda tak boleh cuek ketika menyaksikan pemimpin di daerah Anda begitu otoriter, atau saat ada calo yang merasa lebih hebat dari bupati, ada hutan dan lahan pertanian yang dibakar pengusaha, atau ketika ada kesewenang-wenangan dari pejabat terhadap masyarakat kecil, dst.
Anda harus mengatakan benar jika benar dan mendukungnya; tetapi juga Anda harus mengatakan tidak jika tidak benar dan menolaknya. Pendeknya, Tuhan memberi kita akal budi agar kita kritis dalam hidup, namun harus dengan cara yang cerdas.
Tentu saja orang kritis berbeda dengan orang nyinyir. Orang nyinyir itu selalu menyalahkan, tetapi orang kritis itu meluruskan yang bengkok, menerangi yang gelap, minimal memgembalikan keadaan kembali normal.
Anda menjadi kritis karena Anda memang ingin memperbaiki sesuatu yang salah. Sementara si orang nyinyir justru ingin membuat situasi menjadi krisis. Si tukang nyinyir akan merasa senang melihat lawannya terkapar dan menjadi korban nyinyirannya.
Sekali lagi, saat Anda kritis, Anda tak kehilangan apapun. Sebab sikap kritis Anda justru akan membuka peluang bagi siapapun yang dikritisi untuk menuntaskan ketidakbenaran yang terjadi.
Misalnya, anda boleh-boleh saja mengkritisi mobil Esemka, apalagi Anda juga bersedia membelinya, tetapi kritiksilah kualitas mobilnya, bukan lantas memaksa presiden untuk menjadikannya mobil dinas.
Begitu juga kepada adik-adik mahasiswa yang doyan demo. Kalian boleh mengkritik pemerintah pusat karena lambatnya penanganan karhutala di Riau.
Tetapi Anda juga harus sadar bahwa pemprov Riau dan para bupati / walikota di daerah Anda juga harus Anda kritisi. Tak hanya itu, untuk apa kalian mengkritik karhutala dan berteriak agar api segera dipadamkan, tetapi disaat kalian justru menyalakan api dengan membakar ban di jalanan?
Anda boleh meng-kritisi RUU KPK, tetapi untuk apa Anda sampai harus menyerang presiden tanpa kritis terhadap wakil Anda di DPR yang telah membuat undang-undangnya?
Pendeknya, Anda jangan mengkritik sebuah pesta di mana Anda tak diundang di pesta itu. Anda jangan terlalu banyak meng-kritisi kebakaran hutan disaat Anda sendiri tak pernah mau menyiram kebakaran seukuran 1 meter persegi sekalipun.
Orang kritis itu tak boleh hanya kata-kata. Bahkan ketika itu hanya kata-kata, minimal ia juga harus menawarkan solusi untuk perbaikan. Sebab kritik bukanlah alat untuk membunuh; sebaliknya kritik justru perlu karena ia justru membuka peluang bagi siapapun untuk hidup lebih baik.
Posting Komentar