Tak ada orang yang lepas dari kritik. Sebab, kesucian seorang imam atau nabi sekalipun justru tampil karena kritik yang dialamatkan kepada mereka. Persoalannya, tak banyak orang yang dengan lapang dada menerima kritik. Lantas bagaimana mengatasinya?
Pertama, di saat mendapat kritikan dari orang lain, kita bisa mencari tahu alasan si pengkritik, termasuk dengan cara memposisikan diri kita sebagai si pengkritik. Tentu tak ada salahnya bila kita mencari tahu alasan rinci dari kritik yang ia sampaikan.
Kedua, mari kita belajar dari orang yang mengkritik kita. Ini sebagai bukti bahwa kita memang manusia yang membutuhkan koreksi dan evaluasi atas keberadaan diri kita. Ada kalanya orang yang selalu mengkritik kita justru mengalami kemunduran, dan sebaliknya kita justru semakin bertumbuh oleh kritiknya.
Ketiga, sering terjadi bahwa kritik yang disampaikan kepada kita justru benar adanya; kendati juga tak menutup kemungkinan bahwa kritik tersebut juga bisa melulu fitnah yang menjerumuskan kita.
Ringkasnya, carilah alasan dari orang yang mengkritik dan/atau memberi saran kepada kita. Toh, kita tidak lantas menjadi rendah dan hina bila melakukannya. Sebaliknya, dengan mengetahui alasan si pengkritik, kita malah menemukan persepsi baru, wawasan baru, serta paradigma baru yang di kemudian hari akan membantu kita menggapai tujuan hidup kita.
Faktanya, TAK ADA JAMINAN bagi siapapun untuk BEBAS DARI KRITIK. Itu karena kita hanyalah manusia dengan segala keterbatasan yang melekat.
Benar bahwa banyak orang justru lebih suka memperhatikan kelemahan orang lain dan mengkritiknya daripada jumlah orang yang mengkritik orang lain karena peduli pada pertumbuhan diri mereka.
Percaya deh, "dibalik kritik tak selalu ada intrik".
Lusius Sinurat
Posting Komentar