Ad Deum per Iesum (Yoh 5:17-30)
Sebagaimana tujuan awal kita diciptakan adalah untuk membangun keharmonisan dengan mahluk lain dalam wahana cinta, maka tujuan akhir dari hidup pun adalah kembali kepada situasi cinta. Kata orang bijak, hidup itu ibarat kita “pergi dan kembali” kepada Pencipta (lawes man Dibata/idilo Dibata , lao tu surgo/dijou Tuhan).
Kenyataannya, kita ini berasal dari Allah (creatio ex nihilo), datang dari Kerajaan Allah. Maka, “kembali kepada Allah” berarti juga “masuk ke rumah lama atau kembali ke Kerajaan Allah, yakni kerajaan Abadi. Untuk mempertentangkannya dengan neraka, kita menyebutnya “tempat” itu sebagai surga.
Kerajaan Allah yang dimaksud oleh Yesus memiliki dua sifatnya: transenden dan imanen; akan terjadi - sekaligus sudah terjadi. Artinya, pencapaian ke arah sana merupakan sebuah cita-cita (perjuangan), tapi sekaligus sudah kita alami dalam kehidupan nyata kita. Nah loe, bingung kan??? Hehehehe…..
Supaya enggak bingung, pada sermon kali ini, kita tidak akan berkutat dengan theology of the kingdom of God atau theology of hope, melainkan lebih pada contextual theology.
Dalam konteks kekinian, Kerajaan Allah harus kita usahakan. Inilah yang sedang kita diskusikan sore ini: membangun KMK sebagai wahana hadirnya Allah. Syaratnya cuma satu: memiliki kesadaran bahwa semua berawal dari dan kembali kepada Bapa.
Mereka yang punya kesadaran seperti ini hanyalah mereka yang memiliki kedekatan (intimacy) dengan Dia, ya si Bapa tadi… Dan lagi, kedekatan itu hanya dimiliki orang yang sungguh sadar dan percaya bahwa Allah adalah satu-satunya sang Ada Tertinggi dalam hidupnya. Atau dalam liturgi ekaristi Allah itu adalah fons et culmen (sumber dan puncak) hidup kita.
Dalam konteks kekinian, Kerajaan Allah harus kita usahakan. Inilah yang sedang kita diskusikan sore ini: membangun KMK sebagai wahana hadirnya Allah. Syaratnya cuma satu: memiliki kesadaran bahwa semua berawal dari dan kembali kepada Bapa.
Mereka yang punya kesadaran seperti ini hanyalah mereka yang memiliki kedekatan (intimacy) dengan Dia, ya si Bapa tadi… Dan lagi, kedekatan itu hanya dimiliki orang yang sungguh sadar dan percaya bahwa Allah adalah satu-satunya sang Ada Tertinggi dalam hidupnya. Atau dalam liturgi ekaristi Allah itu adalah fons et culmen (sumber dan puncak) hidup kita.
Lantas, kedekatan dengan Allah yang seperti apa yang seharusnya kita miliki? Ya, kedekatan dengan Allah sebagaimana dihayati dan dihidupi Yesus.
Yesus menyebut Allah sebagai Bapa. Terminologi “BAPA” di sini mengandaikan adanya relasi personal dan intim dalam sebuah keluarga. Dengarlah tuduhan orang-orang Farisi terhadap Yesus: “……..Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.” [Catatan: Sebagaimana kita tahu, bagi orang Yahudi, menyebut nama Allah secara sembarangan adalah melanggar Taurat, dan itu dikategorikan dosa.]
Tokoh Bapa dalam Keluarga KMK
Di dunia kiwari, dalam konteks pembangunan manusia (SDM), pendidikan kerap dijadikan sebagai indikator tunggal keberhasilan seseorang. Tak heran bila orang berlomba-lomba untuk sekolah tinggi, setinggi-tingginya, hingga ia dimasukkan sebagai golongan orang pintar, intelektual, ahli, professor, spesialis, dst.
De facto, memang banyak orang menjadi pintar, tapi tak banyak yang sungguh-sungguh bijak dalam arti luas (bdk. Kisah raja Salomo yang lebih memilih kebijaksanaan dari pada kekayaan). Hal yang sama juga terjadi di UNIMED sebagai salah satu lembaga yang berkutat di wilayah pendidikan.
Yesus menyebut Allah sebagai Bapa. Terminologi “BAPA” di sini mengandaikan adanya relasi personal dan intim dalam sebuah keluarga. Dengarlah tuduhan orang-orang Farisi terhadap Yesus: “……..Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.” [Catatan: Sebagaimana kita tahu, bagi orang Yahudi, menyebut nama Allah secara sembarangan adalah melanggar Taurat, dan itu dikategorikan dosa.]
Tokoh Bapa dalam Keluarga KMK
Di dunia kiwari, dalam konteks pembangunan manusia (SDM), pendidikan kerap dijadikan sebagai indikator tunggal keberhasilan seseorang. Tak heran bila orang berlomba-lomba untuk sekolah tinggi, setinggi-tingginya, hingga ia dimasukkan sebagai golongan orang pintar, intelektual, ahli, professor, spesialis, dst.
De facto, memang banyak orang menjadi pintar, tapi tak banyak yang sungguh-sungguh bijak dalam arti luas (bdk. Kisah raja Salomo yang lebih memilih kebijaksanaan dari pada kekayaan). Hal yang sama juga terjadi di UNIMED sebagai salah satu lembaga yang berkutat di wilayah pendidikan.
Jeleknya, lembaga-lembaga pendidikan tak perlu menjadi baik. Yang penting pintar dan otaknya canggih, pun bias mengalahkan kecanggihan robot (kecuali si Robot Gede hahahahaha…). Imbasnya, banyak plagiator-plagiator di kampus-kampus dan di tempat yang seharusnya menjunjung tinggi kejujuran.
Pendek kata, dengan sistem pendidikan tadi, bisa dikatakan, banyak lembaga pendidikan tak lagi menghasilkan manusia-manusia bijak, melainkan melulu mencetak manusia-manusia pintar dan canggih. Lebih saklek lagi, sistem tersebut sesungguhnya hanya mencetak “otak canggih”, bukan “manusia canggih”.
Pendek kata, dengan sistem pendidikan tadi, bisa dikatakan, banyak lembaga pendidikan tak lagi menghasilkan manusia-manusia bijak, melainkan melulu mencetak manusia-manusia pintar dan canggih. Lebih saklek lagi, sistem tersebut sesungguhnya hanya mencetak “otak canggih”, bukan “manusia canggih”.
Saya hanya mau mengingatkan bahwa manusia toh bukan teridir dari otak melulu. Kalau diibaratkan sebagai keluarga, lembaga-lembaga pendidikan kita (termasuk mereka yang bertanggungjawab di dalamnya) bukanlah “bapa” (orang tua) yang baik. Sebab, tak dapat dipungkiri bahwa lembaga-lembaga pendidikan, mungkin juga termasuk UNIMED, telah gagal menjalankan fungsinya sebagai sebuah keluarga.
Kita tidak ngomongin UNIMED atau lembaga pendidikan lain lho… Saya hanya mau menghantar Anda pada spesifikasi pokok pembicaraan kita, KMK st. Martinus UNIMED sebagai keluarga.
Keluarga KMK St. Martinus: Gerbang Kesuksesan Anda!
Pertanyaan ini mungkin pantas diajukan kepada saudara-saudari sekalian: “Apakah KMK St. Martinus UNIMED sudah layak disebut sebagai keluarga?” [Mungkin pertanyaannya akan lebih sulit lagi bila dikatakan “Apakah KMK se kota Medan sebagai keluarga?” hehehehe…
Keluarga KMK St. Martinus: Gerbang Kesuksesan Anda!
Pertanyaan ini mungkin pantas diajukan kepada saudara-saudari sekalian: “Apakah KMK St. Martinus UNIMED sudah layak disebut sebagai keluarga?” [Mungkin pertanyaannya akan lebih sulit lagi bila dikatakan “Apakah KMK se kota Medan sebagai keluarga?” hehehehe…
Itu sih Tanya Putri aja!!]. Silahkan refleksikan dalam hatimu! Kalau sudah menjadi sebuah keluarga, lantas siapa bapa/ibu (orang tua), dan siapa anak?
Meminjam istilah “anak hilang” dalam Lukas 15, “Bapa” (baca: orang tua) di sini berarti “Bapa yang baik hati”. Bapa yang baik hati adalah bapa yang menjadikan rumah sebagai tempat paling nyaman bagi semua anggota keluarganya.
Meminjam istilah “anak hilang” dalam Lukas 15, “Bapa” (baca: orang tua) di sini berarti “Bapa yang baik hati”. Bapa yang baik hati adalah bapa yang menjadikan rumah sebagai tempat paling nyaman bagi semua anggota keluarganya.
Ia memiliki pesona tersendiri yang membuat anak-anaknya (anggota keluarganya) selalu rindu tumah, dan selalu ingin kembali ke sana. Bahkan ketika tidak berada di rumah itu, si anggota keluarga tadi akan selalu teringat dan terkenang, dan selanjutnya ia akan membawa kenangan itu itu sebagai inspirasi dan motivasi dalam hidupnya di tempat lain, bahkan di tempat terasing sekalipun.
Inilah yang dilakukan Yesus sendiri. Tak ada pengalaman lain yang lebih menginspirasikan seluruh hidupnya kecuali pengalaman hidup bersama dalam antara Dia dengan BapaNya. "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga" (Yoh 15:18).
Inilah yang dilakukan Yesus sendiri. Tak ada pengalaman lain yang lebih menginspirasikan seluruh hidupnya kecuali pengalaman hidup bersama dalam antara Dia dengan BapaNya. "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga" (Yoh 15:18).
Yesus bahkan tak canggung mengatakan bahwa Allah itu Bapa-Nya sendiri…tentu tanpa bermaksud mengaburkan posisiNya sebagai Anak (Allah), pun Ia tidak bermaksud menyamakan diri-Nya dengan Allah.
Lantas, mengapa Yesus begitu getol dan keukeuh mengidolakan BapaNya? Mari kita telaah dan camkan perkataan Yesus berikut ini: “ANAK TIDAK DAPAT MENGERJAKAN SESUATU DARI DIRI-NYA SENDIRI, JIKALAU TIDAK IA MELIHAT BAPA MENGERJAKANNYA; SEBAB APA YANG DIKERJAKAN BAPA, ITU JUGA YANG DIKERJAKAN ANAK.” (Yoh 5:19).
Lantas, mengapa Yesus begitu getol dan keukeuh mengidolakan BapaNya? Mari kita telaah dan camkan perkataan Yesus berikut ini: “ANAK TIDAK DAPAT MENGERJAKAN SESUATU DARI DIRI-NYA SENDIRI, JIKALAU TIDAK IA MELIHAT BAPA MENGERJAKANNYA; SEBAB APA YANG DIKERJAKAN BAPA, ITU JUGA YANG DIKERJAKAN ANAK.” (Yoh 5:19).
Point terpenting dari perkataan ini adalah
- teladan dari orang yang posisinya lebih tinggi (Bapa) sangat menentukan eksistensi sebuah keluarga.
- teladan itu kelak menjadi semacam self-controll dalam hidup anggota keluarganya.
- teladan orang-orang terdahulu di KMK tentu menjadi inspirasi bagi Anda sekarang ini.
Demikian juga teladan Anda dan seluruh anggota keluarga KMK St. Martinus UNIMED yang ada sekarang kelak akan menjadi “api” atau “roh” bagi generasi anggota KMK St. Martinus UNIMED di era selanjutnya.
Alasan lain yang membuat Yesus begitu mengasihi BapaNya adalah karena,
Alasan lain yang membuat Yesus begitu mengasihi BapaNya adalah karena,
“BAPA MENGASIHI ANAK DAN IA MENUNJUKKAN KEPADA-NYA SEGALA SESUATU YANG DIKERJAKAN-NYA SENDIRI, BAHKAN IA AKAN MENUNJUKKAN KEPADA-NYA PEKERJAAN-PEKERJAAN YANG LEBIH BESAR LAGI DARI PADA PEKERJAAN-PEKERJAAN ITU, SEHINGGA KAMU MENJADI HERAN. SAMA SEPERTI BAPA MEMBANGKITKAN ORANG-ORANG MATI DAN MENGHIDUPKANNYA, DEMIKIAN JUGA ANAK MENGHIDUPKAN BARANGSIAPA YANG DIKEHENDAKI-NYA." (Yoh 5:19-22).
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa:
- Hal terpenting yang didapatkan oleh anggota keluarga adalah kepercayaan dari orang yang posisinya lebih tinggi (based on trust).
- Kelak unsur kepercayaan menjadi pintu masuk bagi kesuksesan Anda di dunia kerja, atau di mana pun Anda berada. Perusahaan-perusahaan selalu mengedepankan hal ini lho!!!
Apakah “kepercayaan” ini Anda dapatkan di KMK St. Martinus UNIMED? Kepercayaan di sini tidak mesti dari Pastor Moderator kepada pengurus (BPH), atau dari BPH kepada anggota, tapi juga secara horizontal: antar-anggota KMK St. Martinus UNIMED itu sendiri. Wow, betapa indahnya KMK St. Martinus UNIMED bila satu sama lain saling mempercayai.
Kelak Anda akan menjadi seorang sarjana, bekerja, menikah dan membangun keluarga, atau menjadi seorang religius (itu sih kalau ada dari antara Anda yang pengen jadi pastor/suster hehehehe). Nah, pengalaman-pengalaman Anda di KMK St. Martinus UNIMED tidak akan terlupakan tuh.
Sebab, apabila sudah memiliki ikatan batin dengan KMK St. Martinus UNIMED ini, maka kelak Anda tak akan melupakan darimana Anda berasal dan dibesarkan. Konsekuensinya, bila KMK St. Martinus UNIMED menglamai kehancuran misalnya (itu sih tidak kita harapkan lho J), Anda minimal akan sedih, atau akan menawarkan solusi, atau bahkan menjadi solusi itu sendiri. Mengapa? Karena Anda pernah dan masih menjadi imago dari KMK St. Martinus UNIMED.
Ini ibarat kata “Kisah Penciptaan” dalam Kitab Suci, bahwa manusia adalah imago Dei (citra Allah). Lagi, bila Anda berniat membantu adik-adik Anda di KMK St. Martinus UNIMED kelak, maka Anda pasti didengar. Kok bias? Ya, bisa dong…soalnya Anda punya “power” lebih karena pengabdian Anda yang sangat luarbiasa sebelumnya.
Kata Yesus kepada para pengikutNya,
“BAPA TIDAK MENGHAKIMI SIAPA PUN, MELAINKAN TELAH MENYERAHKAN PENGHAKIMAN ITU SELURUHNYA KEPADA ANAK, SUPAYA SEMUA ORANG MENGHORMATI ANAK SAMA SEPERTI MEREKA MENGHORMATI BAPA.” (Yoh 5:23).
Sejajar dengan perkataan ini, “menghancurkan KMK St. Martinus UNIMED sama dengan menghancurkan Anda.”
Akhirnya, Anda sebagai “alumni” KMK St. Martinus UNIMED, di mana dan jadi apa pun di kelak, akan tetap dipandang oleh adik-adiknya di KMK sebagai representasi dari KMK St. Martinus itu sendiri.
Ingat perkataan Yesus ini:
“SESUNGGUHNYA BARANGSIAPA MENDENGAR PERKATAAN-KU DAN PERCAYA KEPADA DIA YANG MENGUTUS AKU, IA MEMPUNYAI HIDUP YANG KEKAL DAN TIDAK TURUT DIHUKUM, PINDAH DARI DALAM MAUT KE DALAM HIDUP. SESUNGGUHNYA SAATNYA AKAN TIBA DAN SUDAH TIBA, BAHWA ORANG-ORANG MATI AKAN MENDENGAR SUARA ANAK ALLAH, DAN MEREKA YANG MENDENGARNYA, AKAN HIDUP. SAMA SEPERTI BAPA MEMPUNYAI HIDUP DALAM DIRI-NYA SENDIRI, ANAK MEMPUNYAI HIDUP DALAM DIRI-NYA SENDIRI.” (Yoh 5:24)
Kembali pada unsur kepercayaan tadi, seorang yang telah dipercayai akan tetap dipercayai. Bukankah di dunia nyata, seseorang sering disebut sebagai bagian tak terpisahkan dengan lembaga atau sistemsystemntu? Misalnya, Soeharto sama dengan Orde Baru, Habibie sama dengan IPTN, KMK St. Martinus sama dengan UNIMED, dst..
Ada berbagai hal yang bisa Anda dapatkan dari KMK St. Martinus UNIMED ini:
- Pertama adalah bagaimana Anda mengorganisasi hidup (menata hidup) Anda sebagai seorang mahasiswa sekaligus seorang yang telah dibaptis dalam Gereja Katolik. Kita sebut saja istilahnya self-management.
Di tingkat ini, Anda belajar “ilmu (tentang) hidup” di KMK St. Martinus ini sebagaimana juga Yesus belajar dari BapaNya, “IA TELAH MEMBERIKAN KUASA KEPADA-NYA UNTUK MENGHAKIMI, KARENA IA ADALAH ANAK MANUSIA. SEMUA ORANG YANG DI DALAM KUBURAN AKAN MENDENGAR SUARA-NYA, MEREKA YANG TELAH BERBUAT BAIK AKAN KELUAR DAN BANGKIT UNTUK HIDUP YANG KEKAL, TETAPI MEREKA YANG TELAH BERBUAT JAHAT AKAN BANGKIT UNTUK DIHUKUM.” (Yoh 5:27).
Dan ilmu (tentang) hidup tadi kelak akan Anda teruskan kepada anak-cucu Anda, pun kepada orang-orang di sekitarnya.
- Kedua, bagaimana belajar memaksimalkan potensi Anda, baik sebagai mahasiswa maupun sebagai Orang Muda Katolik (OMK). Jujur saya katakan, UNIMED sebagai universitas tidak mengajarkan bagaimana meningkatkan kekatolikan Anda. Sebaliknya, UNIMED hanya mengisi otak (mind) Anda dan bagaimana menerapkan ilmu yang telah diisi itu diaplikasikan di lapangan. That’s all!!! Lantas, bagaimana dengan kekatolikan tadi?
Sekali lagi, ini wilayahnya KMK St. Martinus UNIMED. Maka, jangan menganggap remeh KMK St. Martinus UNIMED lho!!! Mungkin sekarang belum Anda lihat dan rasakan faedahnya. Seperti biasa (dan ini penyakit manusia kontemporer), kita selalu berorientasi pada hasil, bukan proses.
Kita selalu mudah menyalahkan masa lalu dan mengutuki diri sendiri di saat mengalami kesulitan di masa sekarang. Padahal Yesus, Tuhan dan Guru kita, tidak pernah berorientasi pada hasil, tapi berorientasi pada proses.
Ia menunggu dan membantu orang berdosa supaya bertobat, tanpa lebih dahulu menghakiminya. Darimana Yesus memiliki kebijaksanaan ini? Keluarga selalu menjadi awal dari hidupNya.Pengalaman-pengalaman manis dengan Bapa dijadikanNya sebagai acuan dan gerbang solusi bagi seluruh persoalan hidup yang kita hadapi,
“AKU TIDAK DAPAT BERBUAT APA-APA DARI DIRI-KU SENDIRI; AKU MENGHAKIMI SESUAI DENGAN APA YANG AKU DENGAR, DAN PENGHAKIMAN-KU ADIL, SEBAB AKU TIDAK MENURUTI KEHENDAK-KU SENDIRI, MELAINKAN KEHENDAK DIA YANG MENGUTUS AKU.” (Yoh 5:30).
Mari, jadikan segala hal baik yang Anda dapatkan di KMK St. Martinus UNIMED ini sebagai bekal di masa yang akan dating. KMK St. Martinus UNIMED tentu bukan keluarga ideal, melainkan sebuah keluarga yang terus-menerus berjuang untuk memperbaiki dirinya.
Demikian juga dengan diri Anda, jangan pernah puas dalam memperbaiki diri dan mengusahakan kebaikan dalam hidup Anda. Maka, cintailah proses itu dan hiduplah di dalamnya. Biarkan Allah turut campur dalam proses itu. “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau” (Yes 49:15). Life is not to have, but to be!
* Disampaikan pada SERMON UK-KMK ST.MARTINUS UNIMED di Sekretariat KMK St. Martinus Jl. Sering No 100A Pancing Rabu, 17 Maret 2010
Demikian juga dengan diri Anda, jangan pernah puas dalam memperbaiki diri dan mengusahakan kebaikan dalam hidup Anda. Maka, cintailah proses itu dan hiduplah di dalamnya. Biarkan Allah turut campur dalam proses itu. “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau” (Yes 49:15). Life is not to have, but to be!
* Disampaikan pada SERMON UK-KMK ST.MARTINUS UNIMED di Sekretariat KMK St. Martinus Jl. Sering No 100A Pancing Rabu, 17 Maret 2010
Posting Komentar