![]() |
Ilustrasi: Internet |
Atau, bisa jadi mereka sedang menunggu kehadiran dosen berikut yang mengajar matakuliah lain. Yang jelas mereka sedang asyik bercengkerama. Empat gadis yang duduk persis dihadapanku sedang bicara asyik.
Sayup-sayup terdengar isi pembicaraan mereka. Seingatku topiknya tentang "pariban", yakni tentang seorang pemuda (mahasiswa) yang belakangan sering memberi perhatian pada Rani, salah satu dari mereka. Kisahnya terdengar seperti sinetron yang biasa ditonton kaum ibu saat prime time di televisi swasta.
Gadis lain, yang duduk di sebelah kiri Rani sepertinya tak mau ketinggalan. Sebut saja namanya Yanti. Yanti mulai bertutur tentang cowoknya yang selain ganteng, baik juga pinter. Begitu pengakuan gadis Batak yang dari tadi menggunakan bahasa Batak saat bertutur.
Dua gadis lain tak hanya mendengar. Mereka juga bertutur tentang pengalaman mereka. Hanya saja saya tak mendengar secara lengkap, karena teman yang saya tungguh sudah keburu datang.
Begitulah mahasiswi sekarang. Tak begitu tertarik dengan buku, kecuali modul yang oleh dosen diwajibkan untuk dibaca. Toko buku yang cukup lengkap isinya, bahkan kini menganga dihadapan mereka tampaknya tak mengusik perhatian mereka. Tetap saja mereka asyik ngobrol, bahkan hanya sibuk dengan smartphone-nya.
Hal terakhir dilakukan oleh empat pemuda yang duduk tak jauh dari tempat empat gadis tadi bercengkrama. Keempat pemuda bahkan asyik sendiri dengan gadgetnya. Mereka duduk bersama, tapi diam sembari fokus ke ponsel pintar yang dibelikan orangtua mereka.
Mari berpikir positif tentang kondisi pendidikan saat ini. Mari berpikir metafisik tentang cara mahasiswa "eksis" saat ini. Sepertinya mereka tahu betul bahwa pengetahuan ada di internet, hingga biaya ponsel, khususnya membeli pulsa jauh lebih besar. Semoga itu yang mereka lakukan dengan ponsel cerdas mereka.
Begitulah mahasiswi sekarang. Tak begitu tertarik dengan buku, kecuali modul yang oleh dosen diwajibkan untuk dibaca. Toko buku yang cukup lengkap isinya, bahkan kini menganga dihadapan mereka tampaknya tak mengusik perhatian mereka. Tetap saja mereka asyik ngobrol, bahkan hanya sibuk dengan smartphone-nya.
Hal terakhir dilakukan oleh empat pemuda yang duduk tak jauh dari tempat empat gadis tadi bercengkrama. Keempat pemuda bahkan asyik sendiri dengan gadgetnya. Mereka duduk bersama, tapi diam sembari fokus ke ponsel pintar yang dibelikan orangtua mereka.
Mari berpikir positif tentang kondisi pendidikan saat ini. Mari berpikir metafisik tentang cara mahasiswa "eksis" saat ini. Sepertinya mereka tahu betul bahwa pengetahuan ada di internet, hingga biaya ponsel, khususnya membeli pulsa jauh lebih besar. Semoga itu yang mereka lakukan dengan ponsel cerdas mereka.
Posting Komentar