iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Harga Pendidikan Versus Hukum Pasar

Harga Pendidikan Versus Hukum Pasar
Ilustrasi: Penyerahan Bantuan Komputer dari Bimas Katolik untuk SMAK St. Thomas Rasul Samosir
Tentu saja fakta "sekolah mahal" atau "sekolah favorit" sangat bertalian dengan hukum pasar. Kita tahu bahwa pasar selalu melegalkan harga melambung ketika permintaan akan barang/jasa semakin tinggi.

Jelas sekali sekolah-sekolah jenis ini "mahal", bahkan untuk golongan masyarakat menengah ke bawah, biaya setinggi ini tak bisa mereka tutupi dengan pendapatan mereka setiap bulannya. Hingga akhirnya, mereka harus puas untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah yang hidup dari dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dari mendiknas.

Fakta ini tentu saja sangat disayangkan. Mahalnya biaya yang harus dikeluarkan oleh orangtua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah "super" itu justru berakibat fatal, yakni TIDAK SEMUA ORANG MEMILIKI PELUANG UNTUK DAPAT MENGAKSESNYA.

Di titik inilah Anies Baswedan selaku menteri pendidikan harus berpikir ulang tentang "pasar pendidikan" yang sudah sekian lama tunduk pada pasar. Ada solusi, pak menteri? Bagaimana dengan kondisi pendidikan di daerah-daerah yang tak memiliki akses semudah di perkotaan?

Pendikan: antara Visi dan Kenyataan

Pendidikan adalah salah satu wahana pembentuk karakter bangsa. Sekolah adalah wahana penting di mana para para Pendiri Bangsa Indonesia diharapkan dapat berjuang membawa negara bersaing di kancah global.

Itu idealnya. Tetapi derasnya arus global, tak terkecuali di dunia pendidikan, maka pendidikan pun bergeser menjadi lembaga yang menelurkan siswa dengan prestasi terbaik.

Begitulah dunia pendidikan di Indonesia masih bergulat dengan berbagai kendala, mulai dari persoalan mutu pendidikan. Selain itu tak bisa dipungkiri bahwa lembaga-lembaga pendidikan kita masih mengalamai keterbatasan akses pada pendidikan, jumlah guru dan kualitas yang belum merata.

Kendala-kendala di atas mengakibatkan sentralisasi pendidikan di perkotaan. Terbatasnya akses pendidikan di daerah misalnya berujung pada naiknya arus urbanisasi: sekolah di kota jauh lebih baik daripada sekolah di desa ?!

Keterbatasan Akses pendidikan

Keterbatasan akses pendidikan di daerah menjadi pangkal derasnya arus urbanisasi. Secara tidak langsung, masyarakat Indonesia didorong untuk melakukan urbanisasi karena keterbatasan fasilitas di daerah.

Kenyataan di atas semestinya menjadi acuan bagi pemerintah, dalam hal ini dinas pendidikan untuk membuka seluas-luasnya akses penddidikan untuk seluruh masyarakat dengan penyediaan fasilitas yang mendukung program tersebut. (Lusius)

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.