#PanggilanMenjadiPolitisiOloanSimbolon#
Di kalangan masyarakat Katolik di Sumatera Utara, Oloan Simbolon ST termasuk tokoh politik yang sangat dikenal. Ia adalah politisi yang berangkat dari upaya menjawab panggilannya sebagai seorang yang dibaptis Katolik.
Oloan telah membuktikan bahwa keberhasilannya menjadi anggota Dewan, mulai dari anggota DPRD Kabuapten Tobasa, DPRD kabupaten Samosir hingga DPRD Propinsi Sumatera Utara bukanlah melulu karena upaya pribadinya.
Oloan telah membuktikan bahwa keberhasilannya menjadi anggota Dewan, mulai dari anggota DPRD Kabuapten Tobasa, DPRD kabupaten Samosir hingga DPRD Propinsi Sumatera Utara bukanlah melulu karena upaya pribadinya.
Baginya, keberhasilan tersebut juga sebagai buah dari doa banyak orang. Di awal karir politiknya, Oloan bahkan hanya menghabiskan kurang lebih 27 juta rupiah sejak mendaftar diri hingga pelantikannya menjadi anggota DPRD Tobasa pada tahun 1999.
Fakta ini membalikkan logika politik sebagian besar para caleg, cabup, cawalkot, pun cagub yang masih mengamini praktik money politic. Biasanya, sepanjang proses kampanye, para calon wakil rakyat akan tompu burju (tiba-tiba baik) dengan membagi-bagi uang kepada masyarakat.
Sebaliknya, Oloan hanya mengandalkan kepiawaiannya berpolitik. Bermodalkan kerendahan hati, kecerdasan dan niat yang tulus membantu masyarakat tanpa sekat-sekat, ia berhasil mendulang 8.000-an suara hingga berhasil menduduki kursi DPRD Kabupaten Toba Samosir, dan mmenjadi anggota termuda di DPRD Kabupaten Toba Samosir (1999-2004) saat itu.
Kepiwaiannya berpolitik juga telah menghantarnya menjadi Wakil Ketua DPRD Kabupaten Samosir (2004-2009) dan Ketua Komisi A DPRD Provinsi Sumatera Utara (2009-2014).
Lantas apa arti "Politik" bagi seorang Oloan?
Kepada penulis, Sarjana Teknik lulusan Unika St. Thomas Medan ini memahami Politik sebagai seni dan strategi melayani publik.
Secara prinsipil, Oloan meyakini bahwa menjadi politisi adalah panggilan, tepatnya panggilan untuk melayani rakyat:
Di tataran praksis, Oloan sangat menentang perilaku politik yang ambigu, hipokrit (munafik) dan manipulatif yang masih marak di negeri ini.
Bagi Oloan Simbolon OS, kemenangannya secara beruntun menjadi anggota DPRD adalah buah konsistennya bermain peran (role play) sebagai sosok wakil rakyat yang secara terus menerus (kontiniu) memperjuangkan kepentingan publik, terutama mereka yang tereliminasi dan termarjinalkan.
Baca juga:
Berpolitik itu mengekspresikan iman
Pada titik ini, pandangan bahwa "berpolitik berarti mengekspresikan iman" dari Ketua Pemuda Katolik Komda Provinsi Sumatera Utara masa bakti 2007-2010 dan 2010-2013 ini bisa kita mengerti.
Oloan Simbolon OS telah membuktikan bahwa menjadi politisi bukanlah pertama-tama demi kelimpahan harta dan memuaskan dahaga akan kekuasaan.
Fakta ini membalikkan logika politik sebagian besar para caleg, cabup, cawalkot, pun cagub yang masih mengamini praktik money politic. Biasanya, sepanjang proses kampanye, para calon wakil rakyat akan tompu burju (tiba-tiba baik) dengan membagi-bagi uang kepada masyarakat.
Sebaliknya, Oloan hanya mengandalkan kepiawaiannya berpolitik. Bermodalkan kerendahan hati, kecerdasan dan niat yang tulus membantu masyarakat tanpa sekat-sekat, ia berhasil mendulang 8.000-an suara hingga berhasil menduduki kursi DPRD Kabupaten Toba Samosir, dan mmenjadi anggota termuda di DPRD Kabupaten Toba Samosir (1999-2004) saat itu.
Kepiwaiannya berpolitik juga telah menghantarnya menjadi Wakil Ketua DPRD Kabupaten Samosir (2004-2009) dan Ketua Komisi A DPRD Provinsi Sumatera Utara (2009-2014).
Lantas apa arti "Politik" bagi seorang Oloan?
Kepada penulis, Sarjana Teknik lulusan Unika St. Thomas Medan ini memahami Politik sebagai seni dan strategi melayani publik.
Secara prinsipil, Oloan meyakini bahwa menjadi politisi adalah panggilan, tepatnya panggilan untuk melayani rakyat:
"Panggilan itu mengandaikan adanya kesediaan dan kesiapan, konsistensi dan kontinuitas sikap dalam memperjuangkan kesejahteraan publik. Tak hanya itu, kesiapan itu juga membutuhkan kecerdasan, terutama dalam memahami politik secara umum dan perilaku politik masyarakat hic et nunc (kini dan di sini)."Sementara konsistensi dan kontinuitas itu harus tampak nyata selama ia memperjuangkan kebenaran secara hitam-putih: "ya di atas ya, dan tidak di atas tidak."
Di tataran praksis, Oloan sangat menentang perilaku politik yang ambigu, hipokrit (munafik) dan manipulatif yang masih marak di negeri ini.
Bagi Oloan Simbolon OS, kemenangannya secara beruntun menjadi anggota DPRD adalah buah konsistennya bermain peran (role play) sebagai sosok wakil rakyat yang secara terus menerus (kontiniu) memperjuangkan kepentingan publik, terutama mereka yang tereliminasi dan termarjinalkan.
Baca juga:
- Oloan Simbolon, Politisi Pencerah
- Politik Sebagai Seni dan Strategi Melayani Publik
- Oloan Simbolon dan Pendekatan Politiknya
- Anggota DPRD Kabupaten Tobasa (1999-2004)
- Wakil Ketua DPRD Kabupaten Samosir (2004-2009)
- Ketua Komisi A DPRD Sumut (2009-2014)
- Oloan Simbolon, Politisi Berkarakter
- Oloan Bersahabat Dengan Jurnalis
- Oloan Simbolon, Politisi Dengan Jatidirinya
- Politik dan Kesadaran
- Politik Media Pencerahan
Berpolitik itu mengekspresikan iman
Pada titik ini, pandangan bahwa "berpolitik berarti mengekspresikan iman" dari Ketua Pemuda Katolik Komda Provinsi Sumatera Utara masa bakti 2007-2010 dan 2010-2013 ini bisa kita mengerti.
Oloan Simbolon OS telah membuktikan bahwa menjadi politisi bukanlah pertama-tama demi kelimpahan harta dan memuaskan dahaga akan kekuasaan.
Sebaliknya, seorang politisi justru harus mampu memaksimalkan perannya sebagai corong rakyat demi memperbaiki nasib mereka.
Sekali lagi, Oloan Simbolon OS tak sedang mengigau saat mengatakan bahwa politik itu suci. Tiga kali ia memenangkan pertarungan menjadi wakil rakyat dengan "mengendarai" partai kecil. Ajaib bukan?
Sebagai seorang Katolik dan pengagum Pater Radboudus Waterreus, OFM Cap, Oloan mengamini bahwa "Nothing impossible in the world", termasuk ketika seekor seekor gajah harus melalui lobang jarum.
Lusius Sinurat
Sebagai seorang Katolik dan pengagum Pater Radboudus Waterreus, OFM Cap, Oloan mengamini bahwa "Nothing impossible in the world", termasuk ketika seekor seekor gajah harus melalui lobang jarum.
"Di dalam Tuhan, segala hal menjadi mungkin. Saya berani mengambil resiko "memilih jalan sempit, terjal dan berkelok-kelok" daripada memilih "jalan pintas yang tak pantas" dalam berpolitik, khususnya demi memperjuangkan rakyat miskin dan terpinggirkan lewat Dewan Perwakilan Rakyat."Demikianlah Oloan Simbolon menjadi antitesis dalam dunia perpolitikan nasional yang sejauh ini menonjolkan persaingan yang banal.
Lusius Sinurat
Posting Komentar