Istilah “Kitab Suci” lebih akrab di hati umat Katolik daripada Alkitab. Sedangkan kata “Alkitab” (Arab: sang kitab) lebih akrab di hati umat Protestan. Kitab Suci mengandaikan betapa Allah dan SabdaNya adalah suci. Itu sebabnya kitab yang memuat sabdaNya itu diisebut Kitab Suci. Kitab Suci merupakan kumpulan buku yang ditulis oleh penulis manusia dengan ilham dari Allah. Buku-buku tersebut berisi tulisan tentang wahyu Tuhan dan rencana keselamatan umat manusia.
Menurut Gereja Katolik, Kitab Suci terdiri dari 72 atau 73 kitab—tergantung dari cara kita menghitungnya. Perinciannya adalah 46 kitab Perjanjian Lama dan 27 kitab Perjanjian Baru. Jadi jumlah seluruhnya 73 kitab (Protokanonika dan Duterokanonika). Hanya saja Konsili Trente (tahun 15451563) menghitung Kitab Ratapan sebagai bagian dari Kitab Nabi Yeremia sehingga jumlah kitab menjadi 72 saja.
Kitab-kitab dalam Kitab Suci ditulis dalam beberapa bentuk literatur yang berbeda. Penting bagi kita mengenali bentuk-bentuk literatur yang berbeda tersebut ketika membaca Kitab Suci, sama halnya penting bagi kita mengenali bentuk-bentuk tulisan yang berbeda dalam suatu surat kabar. Misalnya, ketika membaca surat kabar kita harus tahu apakah kita sedang membaca bagian editorial, atau berita, atau iklan. Kitab Suci sendiri terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
Bab II PEMBAHASAN
Kitab Suci Katolik seperti yang kita kenal sekarang bukanlah sekedar sebah buku, melainkan juga sebuah perpustakaan mini. Hal itu karena Kitab Suci terdiri dari sekumpulan kitab-kitab (buku-buku), yang secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
2.1 Perjanjian Lama
Perjanjian Lama atau Kitab-kitab Yahudi merupakan tulisan tentang hubungan Tuhan dengan Israel, “bangsa pilihan”. Ditulis antara tahun 900 SM hingga 160 SM. Ke-46 kitab dalam Perjanjian Lama dapat dibagi dalam empat bagian:
Sepuluh Perintah Allah dan Hukum-hukum lainnya menyangkut hidup dan ibadat bangsa Israel juga didapati dalam Kitab Pentateukh. Oleh sebab itu, Kitab Pentateukh disebut juga Kitab Hukum atau Kitab Taurat. Ada juga yang digolongkan dengan Kitab Sejarah, yakni kitab yang berisi kisah tentang sejarah bangsa Israel serta campur tangan Allah dalam sejarah mereka. Terdapa 16 kitab dalam Kitab Sejarah, yakni:
Kitab-kitab dalam Kitab Suci ditulis dalam beberapa bentuk literatur yang berbeda. Penting bagi kita mengenali bentuk-bentuk literatur yang berbeda tersebut ketika membaca Kitab Suci, sama halnya penting bagi kita mengenali bentuk-bentuk tulisan yang berbeda dalam suatu surat kabar. Misalnya, ketika membaca surat kabar kita harus tahu apakah kita sedang membaca bagian editorial, atau berita, atau iklan. Kitab Suci sendiri terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
RUMUSAN MASALAH
- Apa artinya Kitab Suci
- Bagaimana Pembagian Kitab Suci
- Bagaimana Allah Hadir dalam Kitab Suci
TUJUAN
- Mengetahui Arti Kitab Suci
- Memahami Pembagian Kitab Suci
- Menyadari Allah Hadir dalam Kitab Suci
Bab II PEMBAHASAN
Kitab Suci Katolik seperti yang kita kenal sekarang bukanlah sekedar sebah buku, melainkan juga sebuah perpustakaan mini. Hal itu karena Kitab Suci terdiri dari sekumpulan kitab-kitab (buku-buku), yang secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
2.1 Perjanjian Lama
Perjanjian Lama atau Kitab-kitab Yahudi merupakan tulisan tentang hubungan Tuhan dengan Israel, “bangsa pilihan”. Ditulis antara tahun 900 SM hingga 160 SM. Ke-46 kitab dalam Perjanjian Lama dapat dibagi dalam empat bagian:
- 5 Kitab Pentateukh,
- 16 Kitab Sejarah,
- 7 Kitab Puitis dan Hikmat, dan
- 18 Kitab Para Nabi.
- Kejadian,
- Keluaran,
- Bilangan,
- Ulangan, dan
- Keluaran.
Sepuluh Perintah Allah dan Hukum-hukum lainnya menyangkut hidup dan ibadat bangsa Israel juga didapati dalam Kitab Pentateukh. Oleh sebab itu, Kitab Pentateukh disebut juga Kitab Hukum atau Kitab Taurat. Ada juga yang digolongkan dengan Kitab Sejarah, yakni kitab yang berisi kisah tentang sejarah bangsa Israel serta campur tangan Allah dalam sejarah mereka. Terdapa 16 kitab dalam Kitab Sejarah, yakni:
- Yosua,
- Hakim-hakim,
- Rut,
- 1 Samuel,
- 2 Samuel,
- 1 Raja-raja,
- 2 Raja-raja,
- 1 Tawarikh,
- 2 Tawarikh,
- Ezra,
- Nehemia,
- Tobit,
- Yudit,
- Ester,
- 1 Makabe dan 2 Makabe,
- Kisah-kisah tentang para tokoh terkenal, baik pria maupun wanita, dalam sejarah Israel.
Tetapi, apabila mereka menyembah allah-allah lain dan hidup penuh cela di hadapan Tuhan, dengan kata lain mengatakan kepadaNya, “Kami tidak membutuhkan Engkau,” maka bencana datang secara beruntun menimpa mereka.
Selanjutnya ada tujuh Kitab Puitis dan Hikmat yang agak berbeda dalam gaya literatur serta isinya. Termasuk di dalamnya adalah Mazmur yang berisi tengang doa-doa yang ditulis dalam bentuk puitis; Amsal dan Putera Sirakh yang berisi tentang bagaimana mencapai hidup bahagia, dan Kidung Agung yang berisi puisi cinta paling sensual yang menggambarkan kasih mesra Tuhan yang begitu besar bagi umatNya. Adapun ke-7 Kitab Puitis dan Hikmat:
Selanjutnya ada tujuh Kitab Puitis dan Hikmat yang agak berbeda dalam gaya literatur serta isinya. Termasuk di dalamnya adalah Mazmur yang berisi tengang doa-doa yang ditulis dalam bentuk puitis; Amsal dan Putera Sirakh yang berisi tentang bagaimana mencapai hidup bahagia, dan Kidung Agung yang berisi puisi cinta paling sensual yang menggambarkan kasih mesra Tuhan yang begitu besar bagi umatNya. Adapun ke-7 Kitab Puitis dan Hikmat:
- Ayub,
- Amsal,
- Pengkotbah,
- Kidung Agung,
- Kebijaksanaan Salomo,
- Putera Sirakh.
Tulisan-tulisan yang amat berpengaruh ini menggambarkan dengan jelas ganjaran jika mereka setia dan hukuman jika mereka tidak setia. Di samping itu, secara misterius, kitab-kitab para nabi menubuatkan kedatangan Sang Mesias dan memberikan gambaran tentangNya. Kelahiran Yesus di Betlehem dari seorang perawan, pewartaanNya bagi mereka yang sakit, miskin, dan tertindas, juga wafatNya yang ngeri, semuanya telah dinubuatkan dalam 18 Kitab Para Nabi berikut ini:
- Yesaya,
- Yeremia,
- Ratapan,
- Barukh,
- Yehezkiel,
- Daniel,
- Hosea,
- Yoel,
- Amos,
- Obaja,
- Yunus,
- Mikha,
- Nahum,
- Habakuk.,
- Zefanya,
- Hagai,
- Zakharia, dan
- Maleakhi.
2.2 Apa itu Perjanjian Baru?
- Injil,
- Kisah Para Rasul,
- Epistula atau Surat-surat, dan
- Kitab Wahyu.
Lantas mengapa Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani? Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani karena pada waktu itu bahasa Yunani merupakan bahasa percakapan yang paling umum dipergunakan di wilayah Laut Tengah.
1. Injil
- Injil merupakan turunan kata Arab yang artinya Kabar Gembira. Dalam bahasa Yunani 'euaggelion'; dalam bahasa Latin 'evangelium'. Ada empat Injil. Masing-masing Injil menceritakan kisah hidup, ajaran-ajaran, sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Keempat Injil itu adalah
- Matius,
- Markus,
- Lukas, dan
- Yohanes.
- Ketiga Injil pertama: Matius, Markus dan Lukas disebut Injil Sinoptik. Sinoptik berasal dari kata Yunani yang artinya 'satu pandangan', sebab ketiga Injil tersebut mirip dalam struktur maupun isinya. Injil Yohanes, meskipun tidak bertentangan dengan Injil Sinoptik, berbeda dalam struktur dan mencakup beberapa kisah dan perkataanperkataan Yesus yang tidak ditemukan dalam Injil Sinoptik.
- Banyak kisah Kitab Suci yang terkenal tentang Yesus ditemukan dalam Injil, termasuk kisah kelahiranNya di Betlehem, Kisah kisah tentang Yesus menyembuhkan mereka yang sakit, juga perumpamaan-perumpamaan, misalnya perumpamaan tentang “Anak yang Hilang”.
- Kisah Para Rasul ditulis oleh St. Lukas sekitar tahun 70 M hingga 75 M. Kitab ini berisi catatan tentang iman, pertumbuhannya dan cara hidup Gereja Perdana. Kisah Kenaikan Yesus ke surga, turunnya Roh Kudus atas Gereja pada hari Pentakosta, kemartiran St. Stefanus dan bertobatnya St. Paulus, semuanya dapat ditemukan dalam kitab ini.
3. Epistula
- Epistula atau Surat-surat merupakan bagian terbesar dari Perjanjian Baru. Epistula dibagi dalam dua kelompok: Surat-surat Paulus dan Surat-surat Apostolik lainnya. Semua surat mengikuti format penulisan surat pada masa itu.
- Setiap surat biasanya diawali dengan salam dan identitas pengirim serta penerima surat;selanjutnya adalah doa, biasanya dalam bentuk ucapan syukur. Sementara isi surat adalah penjelasan terperinci tentang ajaran-ajaran Kristiani, biasanya menanggapi keadaan penerima surat. Bagian berikutnya dapat berupa pembicaraan tentang rencana perjalanan misi penulis surat, dan diakhiri dengan nasehat-nasehat praktis dan salam perpisahan.
- Surat-surat Paulus ditulis oleh St. Paulus atau salah seorang muridnya; tak lama sesudah wafat dan kebangkitan Yesus, yaitu antara tahun 54 M hingga 80 M. Surat-surat tersebut menggambarkan perkembangan awal ajaran dan praktek Kristiani. Terdapat 14 Surat Paulus:
- Roma,
- 1 Korintus,
- 2 Korintus,
- Galatia,
- Efesus,
- Filipi,
- Kolose,
- 1 Tesalonika,
- 2 Tesalonika,
- 1 Timotius,
- 2 Timotius,
- Titus,
- Filemon, dan
- Ibrani
4. Surat-surat Apostolik
- Apostolik dimaksudkan untuk ditujukan, bukan kepada suatu komunitas atau individu tertentu, tetapi kepada pembaca yang lebih universal. Surat-surat Apostolik ditulis oleh beberapa penulis antara tahun 65 M hingga 95 M. Terdapat 7 Surat Apostolik, yaitu:
5. Kitab Wahyu
- Yakobus,
- 1 Petrus,
- 2 Petrus,
- 1 Yohanes,
- 2 Yohanes,
- 3 Yohanes, dan
- Yudas
- Kitab terakhir dalam Perjanjian Baru, yaitu Kitab Wahyu, ditulis sekitar sesudah tahun 90 M. Dengan banyak bahasa simbolik, Kitab Wahyu menyajikan kisah pertarungan antara Gereja dengan kekuatankekuatan jahat yang berakhir dengan kemenangan Yesus.
- Meskipun Kitab Wahyu menuliskan peringatan-peringatan yang mengerikan akan apa yang terjadi di masa mendatang, Kitab Wahyu pada pokoknya merupakan pesan pengharapan bagi Gereja.
2.3 Menemukan Allah dalam KSPL dan KSPB
2.3.1 Perjanjian Lama
Perjanjian Lama adalah perjanjian yang diadakan oleh Allah dengan manusia (dalam hal ini umat Israel), sebelum Yesus Kristus. Perjanjian Lama adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Kitab Suci. Buku-bukunya diilhami secara ilahi dan tetap memiliki nilainya (bdk. DV 14) karena Perjanjian Lama tak pernah dibatalkan.
Tentang hal ini Katekismus Gereja Katolik menjelaskan, Tata keselamatan Perjanjian Lama terutama dimaksudkan untuk menyiapkan kedatangan Kristus Penebus seluruh dunia. Meskipun kitab-kitab itu juga mencantum hal-hal yang tidak sempurna dan bersifat sementara, kitab-kitab itu memaparkan cara pendidikan ilahi yang sejati.
Kitab-kitab itu mencantumkan ajaran-ajaran yang luhur tentang Allah serta kebijaksanaan yang menyelamatkan tentang peri hidup manusia, pun juga perbendaharaan doa-doa yang menakjubkan.
Secara garis besar, 46 Kitab Perjanjian Lama dibagi ke dalam empat kelompok besar:
- Pentateukh—terdiri dari Kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan.
- Sejarah—terdiri dari Kitab Yosua, Hakim-Hakim, Rut, 1-2 Samuel, 1-2 Raja-Raja, 1-2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Tobit, Yudit, Ester dan 1-2 Makabe.
- Kebijaksanaan—terdiri dari Kitab Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan Salomo dan Putra Sirakh.
- Nabi-Nabi—terdiri dari Kitab Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Daniel, Ratapan, Barukh, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia dan Maleakhi
Kata “deuterokanonika” berasal dari kata Yunani deuteros yang berarti kedu dan kanon yang berarti patokan iman. Deuterokanonika dengan demikian adalah Kitab-Kitab Tambahan, yang terdiri dari Kitab:
- Tobit,
- Yudit,
- Kebijaksanaan Salomo,
- Sirakh,
- 1-2 Makabe,
- Barukh (1-5),
- Tambahan pada Kitab Ester dan Tambahan pada Kitab Daniel.
2.3.2 Perjanjian Baru
Perjanjian Baru adalah perjanjian antara Allah dengan umat manusia, melalui Yesus Kristus. Para Bapa Konsili suci merumuskannya sebagai berikut, Perjanjian Baru adalah kumpulan tulisan-tulisan yang secara langsung menjadi saksi abadi dan ilahi akan misteri penyelamatan Allah dalam Yesus Kristus (DV 17).
Sabda Allah, yang merupakan kekuatan Allah demi keselamatan semua orang yang beriman disajikan secara istimewa dalam Perjanjian Baru dan memperlihatkan daya kekuatannya (DV 17). Tulisan-tulisan tersebut memberikan kepada kita kebenaran definitif wahyu ilahi.
Tema sentral KSPB ialah Yesus Kristus, Putera Allah yang menjadi manusia, karya-karyaNya, ajaranNya, sengsara, wafat dan kebangkitanNya, juga awal mula kehidupan Gereja dibawah bimbingan Roh Kudus.
Sama seperti Perjanjian Lama, 27 tulisan dalam Perjanjian Baru pun dibagi menjadi empat kelompok:
2.4 Kisah Penciptaan
- Injil—terdiri dari Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Ada tiga tahapan penulisan Injil, yaitu kehidupan dan kegiatan mengajar Yesus, Tradisi lisan dan Penulisan injil-injil.
- Kisah Para Rasul—lebih banyak berisikan awal mula kehidupan Gereja.
- Surat-surat—terdiri dari Surat Paulus—surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada kelompok atau orang tertentu (Roma, 1-2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1-2 Tesalonika, 1-2 Timotius, Titus, Filemon), Surat kepada orang Ibrani: surat yang tidak diketahui pasti siapa pengirimnya; dan Surat Katolik—surat yang tidak ditujukan kepada orang atau kelompok tertentu tetapi kepada Gereja pada umumnya (Yakobus, 1-2 Petrus, 1-2-3 Yohanes dan Yudas).
- Wahyu kepada Yohanes.
2.4 Kisah Penciptaan
Kitab Suci dibuka dengan kalimat ini: “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” (Kej 1:1). Kira-kira ada tiga hal yang dinyatakan dalam kalimat ini: Allah yang abadi menciptakan segala sesuatu yang ada di luarNya; hanya Dia sendiri adalah pencipta; segala sesuatu yang ada bergantung dari Allah yang mengadakannya.
Kisah Penciptaan manusia diceriterakan dua kali dengan versi yang berbeda dalam Kitab Kejadian, yaitu Kejadian 1:1-2:4a dan Kejadian 2:4b-3:24. Dua kisah itu ditulis oleh dua tradisi yang berbeda. Kej 1:1-2:4a ditulis oleh Tradisi para Imam. Kisah penciptaan dikisahkan secara rinci dan teratur.
Sementaraa Kej 2:4b-3:24 ditulis oleh Tradisi Yahwista, dimana Kisah penciptaan tidak diceriterakan secara rinci dan tidak teratur. Namun ada satu kesamaan dalam dua kisah tersebut yaitu sama-sama menempatkan manusia sebagai mahkota dari semua ciptaan. Tradisi Para Imam menempatkan penciptaan manusia pada hari terakhir, sementaraa Tradisi Yahwista merincikan proses penciptaan manusia.
Kisah Penciptaan manusia diceriterakan dua kali dengan versi yang berbeda dalam Kitab Kejadian, yaitu Kejadian 1:1-2:4a dan Kejadian 2:4b-3:24. Dua kisah itu ditulis oleh dua tradisi yang berbeda. Kej 1:1-2:4a ditulis oleh Tradisi para Imam. Kisah penciptaan dikisahkan secara rinci dan teratur.
Sementaraa Kej 2:4b-3:24 ditulis oleh Tradisi Yahwista, dimana Kisah penciptaan tidak diceriterakan secara rinci dan tidak teratur. Namun ada satu kesamaan dalam dua kisah tersebut yaitu sama-sama menempatkan manusia sebagai mahkota dari semua ciptaan. Tradisi Para Imam menempatkan penciptaan manusia pada hari terakhir, sementaraa Tradisi Yahwista merincikan proses penciptaan manusia.
Selanjutnya ada beberapa hal yang dapat dijelaskan berkaitan dengan misteri penciptaan ini.
(1) Tuhan menciptakan segala sesuatu bukan untuk menambah kemuliaanNya, melainkan untuk mewartakan kemuliaanNya.
2.5 Manusia dan Dosa
(1) Tuhan menciptakan segala sesuatu bukan untuk menambah kemuliaanNya, melainkan untuk mewartakan kemuliaanNya.
- Tuhan tidak mempunyai alasan lain untuk mencipta selain cinta dan kebaikanNya. Santo Thomas Aquinas berkata, “Makhluk ciptaan keluar dari Allah yang dibuka dengan kunci Cinta.”
- Konsili Vatikan II menegaskan, “Satu-satunya Allah yang benar ini telah mencipta dalam kebaikanNya dan kekuatanNya yang Mahakuasa bukan untuk menambah kebahagiaanNya, juga bukan untuk mendapatkan kesempurnaan, melainkan untuk mewahyukan kesempuranaanNya melalui segala sesuatu yang Ia berikan kepada makhluk ciptaan.” (DS 3002).
- Allah menciptakan dunia menurut kebijaksanaanNya, sebagaimana madah sang pemazmur, Tuhan, betapa banyak perbuatanMu, sekaliannya kau jadikan dengan kebijaksanaan (Mzm 104:2).
- Gereja percaya bahwa Allah dalam menciptakan segala sesuatu tidak membutuhkan sesuatu yang sudah ada lebih dahulu dan tidak membutuhkan bantuan apapun. Ia menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan (creatio ex nihilo).
- Akan tetapi segala-galanya telah Kauatur menurut ukuran, jumlah dan timbangan (Keb 11:20).
2.5 Manusia dan Dosa
Kitab Kejadian menceriterakan kepada kita bagaimana Allah menciptakan manusia sesuai dengan gambar dan rupaNya sendiri (Kej 1:27). Berbeda dengan ciptaan lain yang diciptakan Allah cukup dengan berfirman, maka manusia diciptakan Allah dengan cara lain. Ia membentuk manusia itu dari debu tanah lalu meniupkan nafas hidup kepadanya, maka manusia itu menjadi hidup.
Tentang wanita, Allah membuat manusia itu tertidur lalu mengambil satu tulang rusuknya, dan dari tulang rusuk itu ia menciptakan seorang teman dan penolong yang sepadan bagi sang manusia. Disini kita bisa melihat betapa berharganya manusia dimata Allah dan betapa tingginya nilai dan martabat manusia karena diciptakan seturut gambar Allah sendiri.
Selanjutnya Kitab Kejadian menuturkan bahwa Allah membuat sebuah taman dan menempatkan manusia disana untuk mengolahnya. Kepada manusia itu Allah mempercayakan segala ciptaan lain, “Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kej 2:16-17).
Begitulah manusia itu hidup bahagia di dalam Firdaus. Sampai suatu ketika iblis mendekatinya dan membujuknya untuk berkhianat kepada Allah. Katanya kepada manusia itu: “Jika kamu makan buah itu kamu akan menjadi sama seperti Allah.” (bdk. Kej 3:4-5).
Iblis berhasil membawa manusia itu ke dalam dosa keangkuhan: Ingin menjadi sama seperti Allah. Inilah awal kejatuhan manusia. Dan manusia itupun diusir dari Firdaus.
Keturunan manusia pertama jatuh ke dalam dosa iri hati (lihat Kej 4:1-16). Dikisahkan bahwa Kain membunuh Habel, adiknya, karena iri hati ketika persembahan Habel diterima Allah, sementaraa persembahannya sendiri tidak diindahkan.
Kejadian 6:1-6 berkisah tentang dosa manusia karena menjauhkan diri dari Allah. Sedangkan Kejadian 11:1-9 berceritera tentang dosa kesombongan dan mencari nama. Manusia membangun menara babel untuk menggapai Allah.
Satu hal menarik lainnya, walaupun manusia itu berdosa, Allah tetap menjanjikan keselamatan baginya. Ia menjanjikan keselamatan kepada manusia pertama: “Keturunannya akan meremukkan kepalamu.” (Kej 3:15). Allah menjamin keselamatan Kain (Kej 4:15). Ia juga mengikat perjanjian yang baru dengan Nuh (Kej 8:21-9:17). Dan Ia lagi-lagi menaruh belaskasihan kepada manusia berdosa melalui Abraham (Kej 12:1-3).
2.6 Tokoh-Tokoh Besar Perjanjian Lama
2.6.1 Abraham—Bapak Kaum Beriman
Kisah tentang Abraham dapat dibaca pada Kitab Kejadian bab 12-25. Nama asli Abraham adalah Abram. Ia berasal dari Urkasdim. Keterlibatannya di dalam sejarah umat manusia bermula ketika ia dipanggil dan diutus Allah, “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapakmu ini ke negeri yang akan kutunjukkan kepadamu. Aku akan membuatmu menjadi bangsa yang besar dan memberkati engkau serta membuat namamu masyur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua orang di muka bumi akan mendapat berkat” (Kej 12:1-3).
Sejak saat itu Abraham terlibat dalam rencana besar Allah, yakni rencana keselamatan. Ia adalah orang pertama yang menerima janji keselamatan dari Allah. Kepadanya Allah menjanjikan tiga hal: tanah yang berlimpah susu dan madu; keturunan yang banyaknya seperti bintang di langit dan pasir di tepi pantai; berkat yang berlimpah.
Abraham percaya kepada janji Allah. Bahkan boleh dikatakan bahwa kepercayaan Abraham konyol. Mengapa?
Bagi logika manusia perintah ini tidak masuk akal dan tidak mesti ditaati. Allah menjanjikan keturunan yang banyak, tetapi anak satu-satunya yang baru didapat setelah penantian yang begitu panjang harus dikurbankan. Bagaimana bisa dimengerti?
Tetapi Abraham melakukan itu, bukan karena tidak saying anak, tetapi hanya karena takut akan Tuhan. Maka Tuhan memperhitungkan hal ini kepadanya sebagai kesetiaan tanpa pamrih yang pantas diupah dengan layak. Kata Allah kepadanya: Engkau akan menjadi bapak sejumlah besar bangsa, maka namamu bukan lagi Abram, tetapi Abraham (Kej 17:4-5).
2.6.2 Yakub—Bapak Dua Belas Suku Israel
Ishak, anak Abraham yang dilahirkan baginya oleh Sarai di masa tuanya mempunyai dua orang anak laki-laki, yaitu Esau dan Yakub. Kedua anak itu kembar, tetapi Esaulah yang prtama keluar, maka Ishak menyayangi Esau sebagai anak sulung. Sebaliknya Ribka, ibu kedua anak itu menyanyangi Yakub. Maka ketika tiba waktunya ketika Ishak harus memberikan berkat kesulungan kepada Esau, dengan bantuan ibunya Yakub berhasil merebut berkat kesulungan itu (baca Kej 27:1-40).
Dikisahkan bahwa Yakub yang mengenakan pakaian Esau berhasil mengelabui Ishak yang sudah buta. Maka Ishakpun memberikan kepadanya berkat kesulungan itu: Allah akan memberikan kepadamu embun yang dari langit dan tanah-tanah gemuk di bumi dan gandum serta anggur berlimpah-limpah. Bangsa-bangsa akan takluk kepadamu dan suku-suku bangsa akan sujud kepadamu; jadilah tuan atas saudara-saudaramu dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu. Siapa yang mengutuk engkau, terkutuklah ia, dan siapa yang memberkati engkau, diberkatilah ia (Kej 27:28-29).
Ketika Esau kembali dari padang dan mengetahui hal itu, ia sangat marah. Maka Yakub yang ketakutan melarikan diri ke Mesopotamia (lihat Kej 27:41). Dalam perjalanannya itu Yakub bertemu dengan Allah di Betel. Dan kepadanya Allah mengulangi janjinya kepada leluhurnya, “Sesungguhnya Aku menyertai Engkau dan Aku akan melindungi engkau kemanapun engkau pergi.” (Kej 28:15).
Yakub bekerja pada Laban. Maka Laban memberikan kepadanya dua anak perempuannya: Lea dan Rahel menjadi isterinya (Kej 29). Dan dari dua perempuan itu beserta budak-budaknya, Yakub mendapatkan dua belas anak laki-laki:
Suatu ketika, di suatu tempat yang disebut Pniel, Yakub bertemu dengan seorang yang kemudian bergumul dengan Yakub sampai hamper pagi (Kej 32-22-32). Ketika orang itu sadar bahwa ia tidak bisa mengalahkan Yakub, Ia memukul pangkal pahanya. Lalu kataNya kepada Yakub: Namamu bukan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul dengan Allah dan manusia, dan engkau menang (Kej32:28).
2.6.3 Musa—Pembebas Israel
Ketika orang Israel bertambah banyak di Mesir, Firaun dan rakyatnya mulai ketakutan. Maka timbulah niat untuk menindas dan membatasi jumlah orang Israel (Kel 1:9-10). Tetapi semakin ditindas, semakin banyaklah jumlah mereka (Kej 1:12).
Tentang wanita, Allah membuat manusia itu tertidur lalu mengambil satu tulang rusuknya, dan dari tulang rusuk itu ia menciptakan seorang teman dan penolong yang sepadan bagi sang manusia. Disini kita bisa melihat betapa berharganya manusia dimata Allah dan betapa tingginya nilai dan martabat manusia karena diciptakan seturut gambar Allah sendiri.
Selanjutnya Kitab Kejadian menuturkan bahwa Allah membuat sebuah taman dan menempatkan manusia disana untuk mengolahnya. Kepada manusia itu Allah mempercayakan segala ciptaan lain, “Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kej 2:16-17).
Begitulah manusia itu hidup bahagia di dalam Firdaus. Sampai suatu ketika iblis mendekatinya dan membujuknya untuk berkhianat kepada Allah. Katanya kepada manusia itu: “Jika kamu makan buah itu kamu akan menjadi sama seperti Allah.” (bdk. Kej 3:4-5).
Iblis berhasil membawa manusia itu ke dalam dosa keangkuhan: Ingin menjadi sama seperti Allah. Inilah awal kejatuhan manusia. Dan manusia itupun diusir dari Firdaus.
Keturunan manusia pertama jatuh ke dalam dosa iri hati (lihat Kej 4:1-16). Dikisahkan bahwa Kain membunuh Habel, adiknya, karena iri hati ketika persembahan Habel diterima Allah, sementaraa persembahannya sendiri tidak diindahkan.
Kejadian 6:1-6 berkisah tentang dosa manusia karena menjauhkan diri dari Allah. Sedangkan Kejadian 11:1-9 berceritera tentang dosa kesombongan dan mencari nama. Manusia membangun menara babel untuk menggapai Allah.
Satu hal menarik lainnya, walaupun manusia itu berdosa, Allah tetap menjanjikan keselamatan baginya. Ia menjanjikan keselamatan kepada manusia pertama: “Keturunannya akan meremukkan kepalamu.” (Kej 3:15). Allah menjamin keselamatan Kain (Kej 4:15). Ia juga mengikat perjanjian yang baru dengan Nuh (Kej 8:21-9:17). Dan Ia lagi-lagi menaruh belaskasihan kepada manusia berdosa melalui Abraham (Kej 12:1-3).
2.6 Tokoh-Tokoh Besar Perjanjian Lama
2.6.1 Abraham—Bapak Kaum Beriman
Kisah tentang Abraham dapat dibaca pada Kitab Kejadian bab 12-25. Nama asli Abraham adalah Abram. Ia berasal dari Urkasdim. Keterlibatannya di dalam sejarah umat manusia bermula ketika ia dipanggil dan diutus Allah, “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapakmu ini ke negeri yang akan kutunjukkan kepadamu. Aku akan membuatmu menjadi bangsa yang besar dan memberkati engkau serta membuat namamu masyur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua orang di muka bumi akan mendapat berkat” (Kej 12:1-3).
Sejak saat itu Abraham terlibat dalam rencana besar Allah, yakni rencana keselamatan. Ia adalah orang pertama yang menerima janji keselamatan dari Allah. Kepadanya Allah menjanjikan tiga hal: tanah yang berlimpah susu dan madu; keturunan yang banyaknya seperti bintang di langit dan pasir di tepi pantai; berkat yang berlimpah.
Abraham percaya kepada janji Allah. Bahkan boleh dikatakan bahwa kepercayaan Abraham konyol. Mengapa?
- ia dijanjikan tanah yang berlimpah susu dan madunya. Tetapi ia sendiri tidak tahu dimana. Bahkan setelah sekian lama mengembara di padang gurun tanah itu tak kunjung kelihatan juga. Malahan ia harus berhadapan dengan suku-suku bangsa lain yang menentangnya dengan pedang.
- kepadanya dijanjikan keturunan yang banyaknya seperti bintang di langit dan pasir di tepi pantai, tetapi nyatanya isterinya mandul dan sudah pada umurnya yang sudah usur. Jadi sebenarnya ada alasan bagi Abraham untuk tidak percaya. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Ia percaya kepada suara Allah. Ia rela meninggalkan tanah kelahirannya, rumah ayahnya dan segala kemapanannya lalu pergi sebagaimana yang diperintahkan Allah kepadanya.
Bagi logika manusia perintah ini tidak masuk akal dan tidak mesti ditaati. Allah menjanjikan keturunan yang banyak, tetapi anak satu-satunya yang baru didapat setelah penantian yang begitu panjang harus dikurbankan. Bagaimana bisa dimengerti?
Tetapi Abraham melakukan itu, bukan karena tidak saying anak, tetapi hanya karena takut akan Tuhan. Maka Tuhan memperhitungkan hal ini kepadanya sebagai kesetiaan tanpa pamrih yang pantas diupah dengan layak. Kata Allah kepadanya: Engkau akan menjadi bapak sejumlah besar bangsa, maka namamu bukan lagi Abram, tetapi Abraham (Kej 17:4-5).
2.6.2 Yakub—Bapak Dua Belas Suku Israel
Ishak, anak Abraham yang dilahirkan baginya oleh Sarai di masa tuanya mempunyai dua orang anak laki-laki, yaitu Esau dan Yakub. Kedua anak itu kembar, tetapi Esaulah yang prtama keluar, maka Ishak menyayangi Esau sebagai anak sulung. Sebaliknya Ribka, ibu kedua anak itu menyanyangi Yakub. Maka ketika tiba waktunya ketika Ishak harus memberikan berkat kesulungan kepada Esau, dengan bantuan ibunya Yakub berhasil merebut berkat kesulungan itu (baca Kej 27:1-40).
Dikisahkan bahwa Yakub yang mengenakan pakaian Esau berhasil mengelabui Ishak yang sudah buta. Maka Ishakpun memberikan kepadanya berkat kesulungan itu: Allah akan memberikan kepadamu embun yang dari langit dan tanah-tanah gemuk di bumi dan gandum serta anggur berlimpah-limpah. Bangsa-bangsa akan takluk kepadamu dan suku-suku bangsa akan sujud kepadamu; jadilah tuan atas saudara-saudaramu dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu. Siapa yang mengutuk engkau, terkutuklah ia, dan siapa yang memberkati engkau, diberkatilah ia (Kej 27:28-29).
Ketika Esau kembali dari padang dan mengetahui hal itu, ia sangat marah. Maka Yakub yang ketakutan melarikan diri ke Mesopotamia (lihat Kej 27:41). Dalam perjalanannya itu Yakub bertemu dengan Allah di Betel. Dan kepadanya Allah mengulangi janjinya kepada leluhurnya, “Sesungguhnya Aku menyertai Engkau dan Aku akan melindungi engkau kemanapun engkau pergi.” (Kej 28:15).
Yakub bekerja pada Laban. Maka Laban memberikan kepadanya dua anak perempuannya: Lea dan Rahel menjadi isterinya (Kej 29). Dan dari dua perempuan itu beserta budak-budaknya, Yakub mendapatkan dua belas anak laki-laki:
- Ruben,
- Simeon,
- Lewi,
- Yehuda,
- Dan,
- Naftali,
- Gad,
- Asyer,
- Asakhar,
- Zebulon,
- Yusuf, dan
- Benyamin.
Suatu ketika, di suatu tempat yang disebut Pniel, Yakub bertemu dengan seorang yang kemudian bergumul dengan Yakub sampai hamper pagi (Kej 32-22-32). Ketika orang itu sadar bahwa ia tidak bisa mengalahkan Yakub, Ia memukul pangkal pahanya. Lalu kataNya kepada Yakub: Namamu bukan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul dengan Allah dan manusia, dan engkau menang (Kej32:28).
2.6.3 Musa—Pembebas Israel
Ketika orang Israel bertambah banyak di Mesir, Firaun dan rakyatnya mulai ketakutan. Maka timbulah niat untuk menindas dan membatasi jumlah orang Israel (Kel 1:9-10). Tetapi semakin ditindas, semakin banyaklah jumlah mereka (Kej 1:12).
Maka Firaun mengeluarkan perintah kepada bidan-bidan yang membantu persalinan supaya membunuh semua anak laki-laki orang Ibrani yang baru lahir. Tetapi dikatakan bahwa bidan-bidan itu takut akan Tuhan sehingga membiarkan anak-anak itu hidup dan mengatakan kepada Firaun bahwa perempuan-perempuan Ibrani itu sangat kuat sehingga sudah melahirkan sebelum mereka tiba.
Dikatakan bahwa ada seorang laki-laki dari keluarga Lewi yang kawin dengan seorang perempuan Lewi. Perempuan itu mengandung lalu melahirkan seorang anak laki-laki (Kel 2:1-10). Anak laki-laki itu dibiarkan saja sampai suatu ketika ditaruh ke dalam sebuah keranjang lalu diletakkan di sungai. Anak dalam keranjang itu dipungut oleh puteri Firaun lalu diasuhnya hingga bertumbuh besar.
Suatu ketika Musa, anak Ibrani yang dipungut dan diasuh oleh puteri Firaun itu berjalan-jalan dan melihat orang Mesir menyiksa orang Ibrani (Kel 2:11-14). Musa membunuh orang Mesir itu dan menguburkannya. Peristiwa itu terdengar sampai ke telinga Firaun. Dan Firaunpun berikhtiar untuk membunuh Musa. Maka Musa melarikan diri ke tanah Midian (Kel 2:15-22).
Musa lalu menikah dengan Zipora, anak Yitro, seorang peternak kaya di tanah Midian. Sejak saat itu Musa selalu menggembalakan kawanan mertuanya di padang. Dari pekerjaannya itu Allah memanggil dia kembali ke Mesir: “Pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umatKu, orang Israel keluar dari Mesir.” (Kel 3:10).
Sebab firman Tuhan, yang tampak kepadanya dalam nyala api yang keluar dari semak duri, “Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umatKu di tanah Mesir dan Aku telah mendengarkan seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, ke suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.” (Kel 3:7-8).
Berbeda dengan Abraham yang segera pergi ketika mendengar panggilan Allah, Musa masih berkeberatan. Keberatan Musa berangkat dari kesadaran akan keterbatasan dirinya. Katanya kepada Tuhan, "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?" (Kel 3:12).
Tetapi keberatan Musa dijawab Tuhan, bahwa Tuhan sendirilah yang akan menyertai dia. Bahkan ketika Musa mengatakan bahwa dirinya tak pandai bicara, Tuhan menjamin, kataNya, “Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN? Oleh sebab itu, pergilah, Aku menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan.” (Kel 4:11-12).
Dikatakan bahwa ada seorang laki-laki dari keluarga Lewi yang kawin dengan seorang perempuan Lewi. Perempuan itu mengandung lalu melahirkan seorang anak laki-laki (Kel 2:1-10). Anak laki-laki itu dibiarkan saja sampai suatu ketika ditaruh ke dalam sebuah keranjang lalu diletakkan di sungai. Anak dalam keranjang itu dipungut oleh puteri Firaun lalu diasuhnya hingga bertumbuh besar.
Suatu ketika Musa, anak Ibrani yang dipungut dan diasuh oleh puteri Firaun itu berjalan-jalan dan melihat orang Mesir menyiksa orang Ibrani (Kel 2:11-14). Musa membunuh orang Mesir itu dan menguburkannya. Peristiwa itu terdengar sampai ke telinga Firaun. Dan Firaunpun berikhtiar untuk membunuh Musa. Maka Musa melarikan diri ke tanah Midian (Kel 2:15-22).
Musa lalu menikah dengan Zipora, anak Yitro, seorang peternak kaya di tanah Midian. Sejak saat itu Musa selalu menggembalakan kawanan mertuanya di padang. Dari pekerjaannya itu Allah memanggil dia kembali ke Mesir: “Pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umatKu, orang Israel keluar dari Mesir.” (Kel 3:10).
Sebab firman Tuhan, yang tampak kepadanya dalam nyala api yang keluar dari semak duri, “Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umatKu di tanah Mesir dan Aku telah mendengarkan seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, ke suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.” (Kel 3:7-8).
Berbeda dengan Abraham yang segera pergi ketika mendengar panggilan Allah, Musa masih berkeberatan. Keberatan Musa berangkat dari kesadaran akan keterbatasan dirinya. Katanya kepada Tuhan, "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?" (Kel 3:12).
Tetapi keberatan Musa dijawab Tuhan, bahwa Tuhan sendirilah yang akan menyertai dia. Bahkan ketika Musa mengatakan bahwa dirinya tak pandai bicara, Tuhan menjamin, kataNya, “Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN? Oleh sebab itu, pergilah, Aku menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan.” (Kel 4:11-12).
Lalu Musa kembali ke Mesir, berbekalkan mujizat-mujizat yang diserahkan Tuhan ke dalam tangannya (Kel 4;21). Dan melalui Musa, dengan bantuan Harun (Kel 4:14) Tuhan menghukum bangsa Mesir dengan tulah-tulah:
Musa meninggal pada usia 120 tahun (Ulangan 34:7), setelah kurang lebih 40 tahun memimpin orang Israel di padang gurun. Saat itu Umat Israel belum masuk ke Kanaan, sesuai dengan janji Tuhan, karena ia berubah setia kepadaNya (Ul 32:48-52). Ia hanya bisa melihat Kanaan dari jauh, yakni dari Gunung Nebo, Puncak Pisga, di tentangan Yerikho. Orang Israel menangisi Musa selama tiga puluh hari (Ulangan 34:8).
2.6.4 Daud—Raja Pilihan Allah
Setelah orang Israel menetap di Kanaan, tanah yang dijanjikan Allah kepada mereka lewat leluhur mereka, Allah mengangkat bagi mereka seorang raja, Saul. Tetapi pemerintahan Saul dan segala tindak tanduknya tidak berkenan di hadapan Allah. Maka Allah merebut tahta Israel dari tangannya dan menyerahkannya kepada Daud: “Tuhan telah mengoyakkan daripadamu jabatan raja atas Israel pad hari ini dan telah memberikannya kepada orag lain yang lebih baik daripadamu.” (1 Sam 15:28).
Adapun Daud adalah anak bungsu Isai orang Efrata, Betlehem-Yehuda (1 Sam 16:1; 17:12). Seperti halnya Musa, “Daud dipanggil Allah untuk menjadi raja atas Israel ketika ia sedang menggembalakan kambing domba ayahnya di padang. Ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok.” (1 Sam 16:12). Ketika ia lalu dihadapan Samuel, Allah menyuruh Samuel utuk mengurapinya menjadi raja, Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia (1 Sam 16:12).
Setelah diurapi menjadi raja Israel, Daud mendapat ujian berat. Ia harus berkali-kali melarikan diri dari kejaran Saul yang ingin membunuhnya. Tetapi karena ia takut akan Tuhan, maka Tuhan selalu menyertai dia dan melepaskan dia dari bahaya. Bahkan kepadanya dianugerahkan kekuatan untuk mengalahkan musuh-musuhnya. Kitab 1 Sam 17:40-58 menceriterakan kepada kita bagaimana Daud mengalahkan Goliat, pahlawan orang Filistin yang sangat ditakuti.
Daud menjadi raja ketika ia berumur tiga puluh tahun dan ia memerinta sebagai raja selama empat puluh tahun. Di Hebron ia memerintah atas Yehuda selama 7 tahun enam bulan dan di Yerusalem ia memerintah atas seluruh Israel selama tiga puluh tiga tahun (2 Sam 5:4-5; 1 Raj 2:11). Daud wafat dan dikuburkan di Kota Daud (1 Raj 2:10).
2.6.5 Salomo—Raja Bijaksana
Setelah Daud wafat, ia digantikan oleh anaknya, Salomo (1 Raj 2:12) yang dilahirkan baginya oleh Batsyeba, bekas isteri Uria, orang Het (2 Sam 12:24).
Kitab Suci menceriterakan kepada kita bahwa Salomo memerintah Israel dengan bijaksana. Ketika Tuhan memberikan kepadanya kesempatan kepada dia untuk meminta, ia tidak meminta kekayaan atau kejayaan, tetapi kebijaksanaan, “Berikanlah kepada hambaMu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umatMu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat.” (1 Raj 3:9).
Pada masa pemerintahannya, mulai dibangun Bait Suci, yaitu rumah bagi nama Tuhan Allah, dengan kayu-kayu aras dari Libanon (1 Raj 5:6). Dan terjadilah pada tahun ke empat ratus delapan puluh sesudah orang Israel keluar dari tanah Mesir Salomo mendirikan rumah bagi Tuhan (1 Raj 6:1). Setelah itu ia mendirikan istananya (1 Raj 7:1-12). Ia menghabiskan lebih dari dua puluh tahun masa pemerintahannya untuk membangun kedua rumah itu (1 Raj 9:10).
Salomo wafat setelah empat puluh tahun menduduki tahta Daud, ayahnya. Lalu ia dimakamkan orang Israel di kota ayahnya, yakni kota Daud.
2.6.6 Elia—Bergiat Demi Kemuliaan Allah
Elia muncul secara tiba-tiba dalam Kitab 1 Raja-Raja bab 17, yaitu pada masa pemerintahan Raja Ahab. Ia tampil dengan nubuatnya kepada Ahab, bahwa tidak aka nada hujan dan embun, karena Ahab dan umt Israel meninggalkan Tuhan dan berbakti kepada Baal.
Menurut Kitab Suci, Elia berasal dari Tisbe-Gilead. Kitab Suci memperkenalkan Elia sebagai orang yang gagah berani. Tanpa takut ia menegur raja yang lalim: “Engkau dan kaum keluargamu telah mencelakakan Irael, sebab kamu telah meninggalkan perintah-perintah Tuhan dan engkau ini mengikuti para Baal.” (1 Raj 18:18).
Dengan gagah berani ia menantang dan mengalahkan nabi-nabi Baal di Gunung Karmel (1 Raj 18:20-46). Di Gunung Horeb, kepada Allah yang menjumpai dia dalam angin sepoi-sepoi, Elia berseru: “Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan, Allah semesta alam.” (1 Raj 19:14).
Setelah menunaikan tugas kenabiannya, Elia tidak meninggal dunia, tetapi ia naik ke Surga dengan kereta kuda berapi (2 Raj 2:11).
2.6.5 Yesaya—Nabi Yang Meramalkan Mesias
Yesaya bin Amos dipanggil Allah pada tahun meninggalnya Raja Uzia. Ketika itu ia melihat Tuhan duduk di atas tahta yang tinggi dan ujung jubahya memenuhi Bait Suci. Ia dikelilingi para Serafim (Yes 6:1-2). Yesaya takut dan berseru: “Celakalah aku, aku binasa! Sebab aku ini adalah seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah meihat Sang Raja, yakni Tuhan Semesta Alam.”
Tetapi Tuhan memurnikan dia dengan cara menyentuh bibirya dengan bara api (Yes 6:5-6). Maka ketika Tuhan bertanya, “Siapakah yang akan Kuutus dan siapakah yang mau pergi untukKu?” Ia menjawab degan mantap, “Ini aku, utuslah aku!” (Yes 6:8).
Yesaya lalu pergi kepada bangsa pilihan Allah yang sungguh mengalmi kemerosotan hidup dlam berbagai bidangnya. Kerajaan Israel yang tersohor itu telah tercabik menjadi dua bagian: utara dan selatan. Umatnya hidup dalam perbudakan allah-allah asing. Dan kepada situasi seperti itulah Yesaya diutus.
Maka ia tampil dengan nubuat-nubuatnya, yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua jenis:
- air menjadi darah (Kel 7:14-25),
- katak (Kel 8:1-15),
- nyamuk (Kel 8:16-19),
- lalat pikat (Kel 8:20-32),
- penyakit sampar pada ternak (Kel 9:1-7),
- bara (Kel 9:8-12),
- hujan es (Kel 9: 13-35),
- belalang (Kej Kel 10:1-20),
- gelap gulita (Kel 10:21-29),
- anak sulung mati (Kel 12:29-30).
Musa meninggal pada usia 120 tahun (Ulangan 34:7), setelah kurang lebih 40 tahun memimpin orang Israel di padang gurun. Saat itu Umat Israel belum masuk ke Kanaan, sesuai dengan janji Tuhan, karena ia berubah setia kepadaNya (Ul 32:48-52). Ia hanya bisa melihat Kanaan dari jauh, yakni dari Gunung Nebo, Puncak Pisga, di tentangan Yerikho. Orang Israel menangisi Musa selama tiga puluh hari (Ulangan 34:8).
2.6.4 Daud—Raja Pilihan Allah
Setelah orang Israel menetap di Kanaan, tanah yang dijanjikan Allah kepada mereka lewat leluhur mereka, Allah mengangkat bagi mereka seorang raja, Saul. Tetapi pemerintahan Saul dan segala tindak tanduknya tidak berkenan di hadapan Allah. Maka Allah merebut tahta Israel dari tangannya dan menyerahkannya kepada Daud: “Tuhan telah mengoyakkan daripadamu jabatan raja atas Israel pad hari ini dan telah memberikannya kepada orag lain yang lebih baik daripadamu.” (1 Sam 15:28).
Adapun Daud adalah anak bungsu Isai orang Efrata, Betlehem-Yehuda (1 Sam 16:1; 17:12). Seperti halnya Musa, “Daud dipanggil Allah untuk menjadi raja atas Israel ketika ia sedang menggembalakan kambing domba ayahnya di padang. Ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok.” (1 Sam 16:12). Ketika ia lalu dihadapan Samuel, Allah menyuruh Samuel utuk mengurapinya menjadi raja, Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia (1 Sam 16:12).
Setelah diurapi menjadi raja Israel, Daud mendapat ujian berat. Ia harus berkali-kali melarikan diri dari kejaran Saul yang ingin membunuhnya. Tetapi karena ia takut akan Tuhan, maka Tuhan selalu menyertai dia dan melepaskan dia dari bahaya. Bahkan kepadanya dianugerahkan kekuatan untuk mengalahkan musuh-musuhnya. Kitab 1 Sam 17:40-58 menceriterakan kepada kita bagaimana Daud mengalahkan Goliat, pahlawan orang Filistin yang sangat ditakuti.
Daud menjadi raja ketika ia berumur tiga puluh tahun dan ia memerinta sebagai raja selama empat puluh tahun. Di Hebron ia memerintah atas Yehuda selama 7 tahun enam bulan dan di Yerusalem ia memerintah atas seluruh Israel selama tiga puluh tiga tahun (2 Sam 5:4-5; 1 Raj 2:11). Daud wafat dan dikuburkan di Kota Daud (1 Raj 2:10).
2.6.5 Salomo—Raja Bijaksana
Setelah Daud wafat, ia digantikan oleh anaknya, Salomo (1 Raj 2:12) yang dilahirkan baginya oleh Batsyeba, bekas isteri Uria, orang Het (2 Sam 12:24).
Kitab Suci menceriterakan kepada kita bahwa Salomo memerintah Israel dengan bijaksana. Ketika Tuhan memberikan kepadanya kesempatan kepada dia untuk meminta, ia tidak meminta kekayaan atau kejayaan, tetapi kebijaksanaan, “Berikanlah kepada hambaMu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umatMu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat.” (1 Raj 3:9).
Pada masa pemerintahannya, mulai dibangun Bait Suci, yaitu rumah bagi nama Tuhan Allah, dengan kayu-kayu aras dari Libanon (1 Raj 5:6). Dan terjadilah pada tahun ke empat ratus delapan puluh sesudah orang Israel keluar dari tanah Mesir Salomo mendirikan rumah bagi Tuhan (1 Raj 6:1). Setelah itu ia mendirikan istananya (1 Raj 7:1-12). Ia menghabiskan lebih dari dua puluh tahun masa pemerintahannya untuk membangun kedua rumah itu (1 Raj 9:10).
Salomo wafat setelah empat puluh tahun menduduki tahta Daud, ayahnya. Lalu ia dimakamkan orang Israel di kota ayahnya, yakni kota Daud.
2.6.6 Elia—Bergiat Demi Kemuliaan Allah
Elia muncul secara tiba-tiba dalam Kitab 1 Raja-Raja bab 17, yaitu pada masa pemerintahan Raja Ahab. Ia tampil dengan nubuatnya kepada Ahab, bahwa tidak aka nada hujan dan embun, karena Ahab dan umt Israel meninggalkan Tuhan dan berbakti kepada Baal.
Menurut Kitab Suci, Elia berasal dari Tisbe-Gilead. Kitab Suci memperkenalkan Elia sebagai orang yang gagah berani. Tanpa takut ia menegur raja yang lalim: “Engkau dan kaum keluargamu telah mencelakakan Irael, sebab kamu telah meninggalkan perintah-perintah Tuhan dan engkau ini mengikuti para Baal.” (1 Raj 18:18).
Dengan gagah berani ia menantang dan mengalahkan nabi-nabi Baal di Gunung Karmel (1 Raj 18:20-46). Di Gunung Horeb, kepada Allah yang menjumpai dia dalam angin sepoi-sepoi, Elia berseru: “Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan, Allah semesta alam.” (1 Raj 19:14).
Setelah menunaikan tugas kenabiannya, Elia tidak meninggal dunia, tetapi ia naik ke Surga dengan kereta kuda berapi (2 Raj 2:11).
2.6.5 Yesaya—Nabi Yang Meramalkan Mesias
Yesaya bin Amos dipanggil Allah pada tahun meninggalnya Raja Uzia. Ketika itu ia melihat Tuhan duduk di atas tahta yang tinggi dan ujung jubahya memenuhi Bait Suci. Ia dikelilingi para Serafim (Yes 6:1-2). Yesaya takut dan berseru: “Celakalah aku, aku binasa! Sebab aku ini adalah seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah meihat Sang Raja, yakni Tuhan Semesta Alam.”
Tetapi Tuhan memurnikan dia dengan cara menyentuh bibirya dengan bara api (Yes 6:5-6). Maka ketika Tuhan bertanya, “Siapakah yang akan Kuutus dan siapakah yang mau pergi untukKu?” Ia menjawab degan mantap, “Ini aku, utuslah aku!” (Yes 6:8).
Yesaya lalu pergi kepada bangsa pilihan Allah yang sungguh mengalmi kemerosotan hidup dlam berbagai bidangnya. Kerajaan Israel yang tersohor itu telah tercabik menjadi dua bagian: utara dan selatan. Umatnya hidup dalam perbudakan allah-allah asing. Dan kepada situasi seperti itulah Yesaya diutus.
Maka ia tampil dengan nubuat-nubuatnya, yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua jenis:
(1) Nubuat tentang pengharapan akan datangnya Mesias.
2.7 Yesus Kristus: Tokoh Sentral Perjanjian Baru
KehadiranNya dalam sejarah umat manusia, khususnya dalam sejarah keselamatan, menandai berakhirnya Perjanjian Lama sekaligus menandai mulainya babak baru sejarah keselamatan umat manusia. Allah yang dahulunya menjumpai manusia lewat perantaraan para utusanNya, kini menjumpai manusia dalam diri Yesus Kristus, AnakNya (bdk. Ibrani 1:1).
Dan untuk semuanya itu, Ia harus menghampakan diri dan mengambil rupa manusia. Ia menjadi daging supaya semakin dekat dengan manusia yang telah rusak kodratnya oleh dosa. Tetapi Ia sendiri tidak berdosa, supaya dapat membersihkan dosa-dosa manusia.
(1) Kelahiran dan Masa Kanak-Kanak Yesus Kristus.
- Mesias ini dirumuskannya dalam diri Imannuel yang akan lahir dari seorng anak dara (Yes 7:14); Raja Damai, Penasehat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal (Yes 9:5), Terang yang menerangi kegelapan (Yes 9:1).
- Hamba Yahwe yang menderita ini dirumuskan Yesaya sebagai seorang yang kehilangan keindahan dan semaraknya, dihina dan dihindari orang, yang tidak masuk dalam hitungan, orang yang menanggung penyakit dan kesengsaraan orang lain, yang mendatangkan keselamatan dan kesembuhan bagi banyak orang (Yes 52:13-53:12).
2.7 Yesus Kristus: Tokoh Sentral Perjanjian Baru
KehadiranNya dalam sejarah umat manusia, khususnya dalam sejarah keselamatan, menandai berakhirnya Perjanjian Lama sekaligus menandai mulainya babak baru sejarah keselamatan umat manusia. Allah yang dahulunya menjumpai manusia lewat perantaraan para utusanNya, kini menjumpai manusia dalam diri Yesus Kristus, AnakNya (bdk. Ibrani 1:1).
Dan untuk semuanya itu, Ia harus menghampakan diri dan mengambil rupa manusia. Ia menjadi daging supaya semakin dekat dengan manusia yang telah rusak kodratnya oleh dosa. Tetapi Ia sendiri tidak berdosa, supaya dapat membersihkan dosa-dosa manusia.
(1) Kelahiran dan Masa Kanak-Kanak Yesus Kristus.
- Adapun proses inkarnasi atau penjelmaan Allah menjadi manusia itu melibatkan manusia. Ketika tiba waktunya Allah menyuruh Malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria (Luk 1:26-27).
- Kepada perawan itu Malaikat Gabriel menyampaikan rencana keselamatan yang dari Allah. Bahwa Allah akan memulihkan martabat manusia yang rusak oleh dosa. Bahwa Ia akan memulihkan tahta Daud dan mengokohkannya sampai selama-lamanya. Maria lalu mengandung Sabda Allah berkat kuasa Roh Kudus.
- Demikian juga Yusuf pergi dari Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan (Luk 2:4.6).
- Selanjutnya Injil Lukas mencatat fenomena sekitar kelahiran Yesus, seperti warta Malaikat kepada para gembala (Luk 2:8-20) dan peristiwa Yesus dipersembahkan di dalam Bait Allah dan Nubuat Siemon (Luk 2:21-40).
- Sementaraa penginjil Matius mencatat kunjungan para Majus dari Timur (Mat 2:1-12), penyungsian ke Mesir (Mat 2:13-15) dan Pembunuhan anak-anak di Betlehem (Mat 2:16-18). Semua peristiwa itu, demikian para penginjil, terjadi sebagai penggenapan nubuat Kitab Suci.
- Hanya ada satu catatan Kitab Suci tentang masa kecil Yesus, yakni pada usia dua belas tahun, ketika Yesus menghilang dari pengawasan dari Yosef dan Maria dan ditemukan kembali di dalam Bait Allah (Luk 2:41-52).
- Selebihnya Kitab Suci tidak mencatat apa-apa hingga tiba waktunya Ia tampil di hadapan publik.
- Tampilnya Yesus di hadapan publik diawali dengan peristiwa pembaptisanNya di Sungai Yordan oleh Yohanes Pembaptis. Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya (Luk 3:13-17; Mark 1:9-11; Luk 3:21-22; Yoh 1:32-34).
- Setelah Yesus dibaptis, Roh Kudus turun ke atasNya dan Allah sendiri meneguhkanNya: Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan (Mat 3:17).
- Ia dicobai iblis dalam tiga hal (Mat 4:1-11; Mark 1:12-13; Luk 4:1-13): Makanan, kekuasaan dan kekayaan. Ia digoda untuk merubah batu menjadi roti. Tetapi jawabNya kepada si penggoda: Maunusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.
- Ia digoda untuk memamerkan kuasaNya sebagai Anak Allah dengan menjatuhkan diri dari bubungan Bait Allah. Tetapi jawabNya kepada Iblis: Janganlah engkau mencobai Tuhan Allahmu.
- Ia digoda untuk menyembah Iblis dengan iming-iming imbalan semua kerajaan di dunia dengan segala kemewahannya. Tetapi jawabNya: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!
- Setelah pencobaan di padang gurun Yesus berkeliling dari satu kota ke kota lain untuk sambil mengajar dan berbuat baik. Tema utama yang diwartakanNya adalah Kerajaan Allah. Sesudah Yohanes ditangkap, datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, katanya: waktunya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil (Mark 1:14-15).
- Ia meresmikan Kerajaan Surga di dunia untuk memenuhi kehendak BapaNya (LG 3), yakni mengangkat manusia untuk ikut serta menghayati hidup Ilahi (LG 2).
- Hal itu dilakukanNya dengan cara mengumpulkan manusia disekeliling AnakNya. Himpunan itu adalah Gereja, yang adalah benih dan awal dari Kerajaan Allah di dunia (LG 5). Demikianlah semua orang dipanggil supaya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Tetapi hanya mereka yang menerima Sabda Yesus yang boleh masuk ke dalamnya. Memang sabda Yesus diibaratkan benih yang ditaburkan di ladang (baca Mark 4:14).
- Mereka yang mendengarkan Sabda itu dengan iman dan termasuk kawanan kecil Kristus (Lukas 12:32) telah menerima Kerajaan itu sendiri. Kerajaan itu milik kaum miskin dan kecil, artinya mereka yang menerimanya dengan rendah hati. Yesus diutus untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin (Luk 4:18). Ia menyebut mereka bahagia karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga (Mat 5:3). Kepada orang kecil Bapa hendak menyatakan apa yang Ia sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai (bdk. Mat 11:25).
- Seluruh hidup Yesus, mulai dari palungan sampai salib, merupakan sikap belarasa Allah terhadap kehdupan orang miskin. Ia lapar (Mark 2:23-26), Ia haus (Yoh 4:6-7) dan berkekurangan (Luk 9:58). Lebih lagi Ia mengidentikkan diri dengan segala jenis orang miskin dan menetapkan cinta yang aktif kepada mereka sebagai prasyarat supaya diterima ke dalam KerajaanNya (Mat 25:31-46). Yesus mengundang para pendosa ke meja Kerajaan Allah: Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa (Mark 2:17).
- Ia mengajak mereka supaya bertobat, karena tanpa tobat orang tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Ia mengundang orang ke dalam Perjamuan KerajaanNya (Mat 22:1-14), tetapi menuntut suatu keputusan yang radikal: orang harus melepaskan segala sesuatu untuk memperoleh Karajaa Allah itu (Mat 13:44-45). Yesus mengiringi kata-kataNya dengan mujizat dan tanda-tanda. Semuanya ini menunjukkan bahwa Kerajaan Allah hadir di dalamNya, karena memberikan kesaksian bahwa Yesuslah Mesias yang dijanjikan (Luk 7:18-23).
- Ketika tampil di depan umum untuk mewartakan Kerajaan Allah, Yesus memilih dua belas orang yang disebut Rasul untuk ikut mengambil bagian dalam perutusanNya. Mereka adalah
- Simon yang disebut Petrus,
- Yakobus anak Zabedeus,
- Yohanes anak Zabedeus,
- Andreas,
- Filipus,
- Bartolomeus,
- Matius,
- Tomas,
- Yakobus anak Alfeus,
- Tadeus,
- Simon orang Zelot, dan
- Yudas Iskariot (Mark 3:13-19).
- Ia memperbolehkan mereka mengambil bagian dalam otoritasNya dan mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang (Luk 9:2). Kepada mereka diberikan hak-hak Kerajaan. Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti BapaKu menentukannya bagiKu Dan kamu akan duduk di atas tahta untuk menghakimi keduabelas suku Israel. (Luk 22:29-30).
- Kepada Petrus Ia berkata, Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di Surga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di Surga (Mat 16:19).
(8) Sengsara, Wafat dan Kebangkitan Yesus
- Dalam Syahadat Iman kita mengakui bahwa Yesus Kristus menderita sengsara dalam pemerintahan Pontius Pilatus, wafat dan dimakamkan, kemudian pada hari ketiga Ia bangkit dari antara orang mati. Kitab Suci, khususnya keempat Injil menceriterakan dengan gayanya masing-masing bagaimana Putera Manusia menjalankan semuanya itu, mulai dari sakratul maut di Taman Getsemani hingga pergulatanNya dengan maut di Kalvari. Semuanya itu, demikian yang tertulis di dalam Kitab Suci, merupakan penggenapan dari janji keselamatan dari Allah.
- Demikianlah rencana keselamatan Allah mencapai kepenuhannya dalam sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus. Karena Ia wafat untuk dosa-dosa kita (1 Kor 15:3). Dengan DarahNya yang mahal kita ditebusnya dari cara hidup kita yang sia-sia, yang kita warisi dari nenek moyang kita (1 Pet 1:18-20). Dan oleh kematianNya kita diperdamaikan dengan Allah (Rom 5:10).
- Ia telah menjalankan semuanya itu dengan rela. Ia menunjukkan cintaNya kepada mereka sampai kepada kesudahannya (Yoh 13:1), karena tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seoang yang memberikan nyawaNya untuk sahabat-sahabatNya (Yoh 15:3). Dengan demikian, dalam kesengsaraan dan kematianNya, Ia menjadikan kodrat manusiawinya alat yang sukarela dari cinta IlahiNya yang menghendaki keselamatan semua manusia.
- KematianNya adalah kurban Paskah, dimana Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia (Yoh 1:29) melaksanakan penebusan umat manusia secara definitive. Sekaligus Ia adalah kurban Perjanjian Baru yang menempatkan kembali manusia dalam persekutuan dengan Allah, dengan mendamaikan manusia dengan Allah oleh Darah yang ditumpahkanNya bagi banyak orang untuk pengampunan dosa (Mat 26:28). Namun kematian Yesus bukanlah puncak dari misteri Paskah. Sebab sesuai dengan janjiNya kepada nenek moyang kita, Allah telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati (Kis 13:32-33). Kebangkitan Yesus dari antara orang mati adalah suatu kebenaran, dimana iman kita kepadaNya mecapai puncaknya. Karena jika Yesus tidak bangkit dari antara orang mati, sia-sialah iman kamu (1 Kor 15:13).
- Setelah bangkit dari antara orang mati, Yesus naik ke Surga lalu duduk di sisi kanan Allah. Kitab Suci mencatat peristiwa itu sebai berikut: Dalam penampakanNya yang terakhir kepada para muridNya, Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Disitu Ia mengangkat tanganNya dan memberkati mereka. Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke Surga (Lukas 24:50-51; Mark 16:19; Kis 1:9).
- Ada beberapa point pokok yang dapat kita simak dari peristiwa ini:
Yesus Mengutus Sang Penghibur: Roh Kudus. Sebelum kenaikanNya ke Surga, Yesus menjanjikan seorang penghibur yang lain. Aku akan meminta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadaMu seorang penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran (Yoh 14:16-17). Ia lalu melarang mereka meninggalkan Yerusalem dan menyuruh mereka tetap tinggal di sana sambil menantikan janji Bapa: Kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus (Kis 1:4-5).
- Kenaikan Yesus ke Surga menggambarkan langkah masuk yang definitif dari kodrat manusiawi ristus ke dalam kemuliaan Allah di Surga;
- Yesus Kristus mendahului kita masuk ke dalam Kerajaan kemuliaan Bapa, supaya kita semua sebagai anggota-anggota tubuhNya dapat hidup dalam harapan akan persekutuan abadi dengan Dia.
- Karena Yesus Kristus sudah masuk ke dalam tempat kudus di Surga sekali untuk selamanya, maka Ia tanpa henti-hentinya meminta sebagai pengantara yang senantiasa mencurahkan Roh Kudus ke atas kita.
Maka segera setelah Yesus naik ke Surga, para Murid bergegas kembali ke Yerusalem. Dan mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus dan saudara-saudara Yesus. Akhirnya yang dinantikan itu tiba.
Pada hari Pentekosta, semua orang percaya berkumpulTiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya (Kis 2:1-4).
DAFTAR PUSTAKA
Lusius Sinurat
- Mary Ann Strain, C.P, Ask a Catholic: What is the Bible? dalam www.cptryon.org
- I. Marsana Windhu, Awal Persahabatan dengan Kitab Suci, Kanisius
- Dr. H. Pidyarto O.Carm, Mempertanggungjawabkan Iman Katolik-1, Penerbit Dioma
- www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Victor Hoagland, CP.”
- Sr. Mary Ann Strain, C.P., http://yesaya.indocell.net/id436.htm
Lusius Sinurat
Posting Komentar