Hanya satu yang pasti. Gereja Katolik tak mungkin merayakan Natal di Monas, bahkan ketika izin Gereja St Klara Bekasi tak kunjungan tuntas, atau sulitnya mendirikan Gereja masih marak terjadi DKI dan Jabar.
Gereja Katolik lebih suka merayakan Natal beberapa kali di gereja yang sama, bila umatnya melebihi kapasitas gereja. Selain karena minoritas, Gereja Katolik juga masih konsisten untuk memberi ruang pada keheningan dan nuansa Suci dalam peribadatannya.
Terlebih lagi, Gereja Katolik memaknai Natal bukan perasaan puncak sejarah keselamatan umat Manusia, melainkan Paskah Kebangkitan Yesus Kristus, Putera Allah yang hidup. Di titik ini perayaan Natal bukanlah konser atau ajang memperkenalkan kebolehan Gereja.
Intinya, Gereja Katolik sangat berhati-hati menanggapi keputusan politik yang sangat sensitif memecah belah masyarakat, apalagi merusak kedamaian dan hidup toleran yang sudah berjalan baik selamat ini.
Lusius Sinurat