Bagi anak-anak di desa itu, hujan berarti libur dari aktvitas sehari-hari, kecuali sekolah. Tak heran bila bagi anak-anak di desa bersekolah sama menyenangkannya dengan turunnya hujan dari siang hingga menjelang malam hari.
Ya, pada jam segitu, terutama setelah pulang sekolah, anak-anak itu biasanya harus ke sawah atau ke ladang: mengantar makan siang ayah-ibunya.
Itu saat anak-anak tadi masih SD. Kalau mereka sudah SMP, maka selain mengantar makan siang orangtuanya, mereka juga turut membantu bekerja di sawah/ladang hingga sore menjelang malam.
"Tarhilala ipakke hami otik gogomi, amang... bissan i huta dope ho marsikkola, (Lumayan masih bisa kami pake tenagamu. Minimal selama kamu masih bersekolah di kampung ini)," kata ayah ke aku saat aku masih kelas 1 SMP tahun 1990.
Itu sebabnya, anak-anak kampung seperti kami sangat menyukai hujan. Apalagi kalau hujannya bercampur petir. Sebab kondisi itu akan melahirkan kekuatiran dari ibu:
"Dang pola hujuma be ho amang. Mabiar hian iba tu longgur i (Kamu enggak usah ke ladang ya, nak. Ibu takut banget sama petir )!"
Lusius Sinurat
Posting Komentar