Uskup KAM Mgr. Anicetus Sinaga OFMCap
|
Pendiri/Pembina Pst. Nelson Sitanggang OFMCap
|
Pendiri/KakanKemenag Firmatus Folulu La'ia
|
Penggagas Yulia Sinurat
|
Bupati Samosir Rapidin Simbolon
|
Ketua Yayasan Patricius Paima Saing
|
Anggota Pembina Pst Damianus Gultom OFMCap
|
Kepala Sekolah Dirman Nainggolan
|
Buku Saat BidukMu Menepi di Tarabunga
|
Terbentuknya SMAK St. Thomas Rasul Samosir, yang berada dibawah naungan Yayasan Kevikepan St. Thomas Rasul Pangururan ini berangkat dari semangat dan iman St. Thomas Rasul, "Scio cui credidi" (Aku tahu kepada siapa aku percaya).
Ungkapan agung "Scio cui Credidi" merupakan ruang simpul pertobatan St. Thomas Rasul yang disimpulkan apik oleh St. Thomas Aquinas :
- dari:
PERCAYA PADA APA YANG TERLIHAT OLEH MATANYA, “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya" (Yoh 20:5).
- menuju:
PERCAYA PADA APA YANG TERLIHAT OLEH HATINYA: “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh 0:28) yang dirumuskan oleh St. Paulus dalam 2 Tim 1:12: “Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan.Ungkapan Scio cui Credidi oleh karenanya adalah iman St. Thomas Rasul yang digapai lewat pengetahuan dan pengalaman hidupnya yang nyata, terutama pada saat menyaksikan kebangkitan Yesus, guru dan Tuhannya.
Seturut pengalaman iman St. Thomas Rasul bahwa iman yang menyelamatkan adalah iman yang melulu mengandalkan Yesus, Tuhan dan Juruselamat di sepanjang hidup kita, SMAK St. Thomas Rasul Samosir dalam menjalankan fungsinya sebagai wahana pembinaan generasi bangsa.
Sebab, sebagai Yayasan Pendidikan Katolik, Yayasan Kevikepan St. Thomas Rasul percaya bahwa bersama Yesus, kita tahu secara pasti kepada siapa kita harus percaya: Scio cui Credidi.
Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) St. Thomas Rasul Samosir adalah satu-satunya sekolah menengah atas keagamaan Katolik yang ada di Propinsi Sumatera Utara dan/atau Keuskupan Agung Medan.
Sekolah yang secara khusus fokus pada pembinaan siswa-siswa beragama Katolik lewat penanaman nilai dan spirit kekatolikan di sekolah yang berdiri pada tanggal 11 September 2012 (lih. SK Pendiran dari Dirjen Bimas Katolik Kemenag RI) dan diresmikan pada tanggal 12 Februari 2013 (sesuai dengan tanggal peletakan batu pertama) ini.
Bagaimana awal berdirinya hingga dinamika yang terjadi di SMAK selama 5 tahun terakhir akan diuraikan berdasarkan periode-periode penting yang mengiringi peziarahannya.
Ide pendirian SMAK berawal dari perbincangan akrab antara Direktur Bidang Pendidikan Bimas Katolik Kemenag RI, Drs. Sihar Simbolon dan Pembimas Sumut Dra. Yulia Sinurat, M.Pd pada pertengahan Tahun 2010 di Jakarta. Adapun topik pembicaraan antara keduanya adalah mengenai kemungkinan didirikannya SMAK di Keuskupan Agung Medan.
Kenyataannya, negara, dalam hal ini Kemenag RI membuka peluang pendirian Sekolah Keagamaan Negeri, termasuk untuk Agama Katolik di dalamnya. Keduanya tertarik dengan SMAK yang telah berdiri di Malang. SMAK Malang memang masih menggunakan kurikulum pendidikan mirip Seminari Menengah. Di SMAK Malang, peserta didik anak-anak dididik di asrama dan bersekolah di sekolah swasta Katolik umum.
Sementara kurikulum pendidikan yang diinginkan oleh Bimas Katolik Kemenag RI adalah Kurikulum SMAK yang berdiri sendiri dan kurikulum pendidikannya mirip dengan Madrasah Aliyah (MA) yang berada dibawah Bimas Islam Kemenag-RI yang lebih dulu ada.
Tentang di daerah mana SMAK akan didirikan, baik Sihar maupun Yulia bersepakat memilih Samosir sebagai "tempat terbitnya matahari". Sementara tentang bagaimana teknis pendidian SMAK, mulai dari persoalan izin dari uskup KAM, dukungan dari pemerintah dan masyarakat setempat, dan lain sebagaimana selanjutnyak akan dibicarakan secara langsung kepada Bapa uskup.
Kedua pimpinan Bimas Katolik itu pun langsung menemui Mgr. Dr. Anicetus Sinaga OFM Cap, Uskup Agung Keuskupan Agung Medan (KAM) dengan maksud meminta izin beliau. Namun sangat disayangkan ketika izin yang diminta justru tak dikeluarkan oleh Bapa Uskup.
Alasannya, bapak uskup khawatir SMAK akan menjadi kompetitor Seminari, bahkan beliau merasa was-was bila siswa Seminari akan berkurang bila ada SMAK di wilayah keuskupannya. Saat itu dalam pikiran bapa Uskup Anicetus Sinaga, SMAK memang sama saja dengan Seminari; dan bapa Uskup tak mau ada dua Seminari di wilayahnya.
Tentu pandangan ini tak keliru. Karena, sebagaimana telah disingguh di atas, setahu bapa Uskup SMAK yang ada di Malang memang memang mirip Seminari.
Sembari menanti jawaban Bapa Uskup, Pak Direktur dan Ibu Pembimas pun melakukan komunikasi dengan KakanKemenag saat itu, Dr. Folulu Firmatus Laia. Sihar dan Yulia tak menyerah. Mereka melakukan pendekatan pendekatan ke bawah, tepatnya kepada KakanKemenag Kabupaten Samosir saat itu (2006-2015), Drs. Folulu Firmatus Laia di akhir tahun 2010.
Tentu ini agak aneh. Bagaiman tidak, Bapa Uskup sudah secara jelas tak memberi izin pendirian SMAK di Samosir. Namun, sebalikya Sihar dan Yulia justru menugaskan Folulu untuk mempersiapkan segala hal terkait dengan pendirian SMAK di Kabupaten Samosir, wilayah cakupan kerja Folulu.
Tak lama sesudahnya Folulu mengumpulkan anak buahnya di KanKemenag Samosir, termasuk para pegawai negeri yang beragama Katolik dan berada dibawah naungannya untuk segera mempersiapkan pendirian SMAK di wilayah kerjanya, Kabupaten Samosir. Harap diingat, pada saat Folulu berupaya merancang proposal pendirian SMAK, izin dari Bapa Uskup justru belum keluar.
Tetapi, entah kenapa, penugasan langsung dari Pak Sihar ditambah sokongan dari Pembimas Sumut, pihak gerja dan Pemda Samosir, serta tokoh dan masyarakat Katolik yang mengetahui rencana pendirian SMAK ini, dengan begitu yakin Folulu tetap mempersiapkan proposal pendirian SMAK di wilayahnya.
Hingga pada tahun 2011 Laia berkenalan dan mulai menjalin kerjasama dengan Pastor Nelson Sitanggang OFM Cap, yang sejak 12 Juni 2011 menjadi Vikaris di Kevikepan St. Thomas Rasul Pangururan.
Baik pak dirjen maupun ibu pembimas telah sepakat bahwa salah satu gerbang terbaik mendapatkan izin adalah lewat pendekatan dengan para pastor. Maka, Pastor Nelson Sitanggang OFM Cap, sebagai pastor paroki Pangururan dan Vikaris Pangururan, oleh tim penggagas dipandang sangat dekat dengan Bapa Uskup.
Posting Komentar