Kalau dulu ada ungkapan "cinta datangnya dari hati" maka kini cinta dan benci justru datang dari racikan jemari.
Tahun 90-an hingga 2000an awal, kehidupan rumah tangga orang lain banyak berabe hanya gara-gara salah kirim SMS cinta; atau perselisihan antar keluarga, antar sahabat, antar-pacar dst menjadi mentok hanya gara-gara ketahuan saling menggosip via telepon.
Ini yang oleh Budi Sambazy sebut dengan JarPenDos (Jari-jari Penuh Dosa).
Lebih lagi, satu dekade terakhir jari-jemari semakin dimanja. Jemari kita tak hanya sering salah pencet tuts ponsel Nokia yang agak keras itu.
itu berarti istilah "salah pencet" udah tak zamannya lagi; karena yang lagi trend itu ya istilah "salah sentuh".
Semakin dimanja, jemari Anda akan samakin merajalela, merayap kemana-mana. Sejalan dengan itu, jari-jari Anda pun semakin sulit dikontrol.
Nah kira-kira begitulah bahayanya "salah sentuhan" di Ponsel Android / OS yang kini memang ngerend. Tentu akan berbeda lagi kalau kelak ponsel hanya butuh suara untuk mengetik pesan.
Persoalannya, memencet digit lebih beresiko dibanding meneyentuh digit. Tingkat kesalahannya kurang lebih 2 hingga 5 kali lipat. Enggak kebayang juga tuh kalau jempol dan jari-jari seseorang berukuran Bangkok hahaha.
Mungkin kita semua pernah secara tidak sengaja melakuka tindaka salah sentuh tadi, bahkan pesan yang hendak kita kirim ternyata sudah masuk ke inbox orang yang bukan penerima aslinya.
Setiap orang punya membela diri bilsa salah sentuh, tetapi ketika ia pasti tak boleh membela diri ketika ia memang dengan sengaja melakukan kesalahan.
Inilah yang terjadi baru-baru ini. Seorang guru di sekolah swasta bukannya memaksimalkan ponsel Android-nya untuk membantu mengajari muridnya menjadi anak yang baik. Sebaliknya ia justru mengirimkan pesan-pesan (teks, gambar. video) bernada pornografi ke beberapa muridnya. Jelas sekali ia tak memperbaiki tetapi merusak murid-muridnya.
Pasti sanga guru tak salah sentuh. Karena orang yang salah sentuh akan lebih baik dari sapi yang tak jatuh pada kesalahan yang sama sebanyak dua kali.
Sang guru tadi memang sengaja menyentuh digit-digit yang membentuk kata dan kalimat bernada pornografi sembari berharap kepolosan murid-muridnya menguntungkan dirinya.
Persoalannya, nasib telah menjadi bubur. Dia tak berkutik. Bahkan kecil kemungkinan ia bebas dari tuduhan pelecehan, melakukan tindakan pornografi dan sejenisnya. Belum lagi ia harus kehilangan pekerjaannya, dan setelah keluar penjara, tak mungkin ada sekolah yang mau menerimanya.
Di titik inilah, kita semua harus tetap berhati-hati dengan berlaksa-laksa informasi yang tampil di layar ponsel kita. Sebab menyentuh tombol "send" atau "submit" atau "subscribe" jauh lebih mudah dibanding memilih tombol "cancel" atau "unsubmit" atau "unsubscribe".
Ya, berhati-hatilah, sebab tak seorangpun tahu kapan hal itu (salah sentuh) akan terjadi....
Selamat pagi, sahabat fesbuk.
#CarpeDiem et #DominusVobiscum.
Lusius Sinurat
itu berarti istilah "salah pencet" udah tak zamannya lagi; karena yang lagi trend itu ya istilah "salah sentuh".
Semakin dimanja, jemari Anda akan samakin merajalela, merayap kemana-mana. Sejalan dengan itu, jari-jari Anda pun semakin sulit dikontrol.
Nah kira-kira begitulah bahayanya "salah sentuhan" di Ponsel Android / OS yang kini memang ngerend. Tentu akan berbeda lagi kalau kelak ponsel hanya butuh suara untuk mengetik pesan.
Persoalannya, memencet digit lebih beresiko dibanding meneyentuh digit. Tingkat kesalahannya kurang lebih 2 hingga 5 kali lipat. Enggak kebayang juga tuh kalau jempol dan jari-jari seseorang berukuran Bangkok hahaha.
Mungkin kita semua pernah secara tidak sengaja melakuka tindaka salah sentuh tadi, bahkan pesan yang hendak kita kirim ternyata sudah masuk ke inbox orang yang bukan penerima aslinya.
Setiap orang punya membela diri bilsa salah sentuh, tetapi ketika ia pasti tak boleh membela diri ketika ia memang dengan sengaja melakukan kesalahan.
Inilah yang terjadi baru-baru ini. Seorang guru di sekolah swasta bukannya memaksimalkan ponsel Android-nya untuk membantu mengajari muridnya menjadi anak yang baik. Sebaliknya ia justru mengirimkan pesan-pesan (teks, gambar. video) bernada pornografi ke beberapa muridnya. Jelas sekali ia tak memperbaiki tetapi merusak murid-muridnya.
Pasti sanga guru tak salah sentuh. Karena orang yang salah sentuh akan lebih baik dari sapi yang tak jatuh pada kesalahan yang sama sebanyak dua kali.
Sang guru tadi memang sengaja menyentuh digit-digit yang membentuk kata dan kalimat bernada pornografi sembari berharap kepolosan murid-muridnya menguntungkan dirinya.
Persoalannya, nasib telah menjadi bubur. Dia tak berkutik. Bahkan kecil kemungkinan ia bebas dari tuduhan pelecehan, melakukan tindakan pornografi dan sejenisnya. Belum lagi ia harus kehilangan pekerjaannya, dan setelah keluar penjara, tak mungkin ada sekolah yang mau menerimanya.
Di titik inilah, kita semua harus tetap berhati-hati dengan berlaksa-laksa informasi yang tampil di layar ponsel kita. Sebab menyentuh tombol "send" atau "submit" atau "subscribe" jauh lebih mudah dibanding memilih tombol "cancel" atau "unsubmit" atau "unsubscribe".
Ya, berhati-hatilah, sebab tak seorangpun tahu kapan hal itu (salah sentuh) akan terjadi....
Selamat pagi, sahabat fesbuk.
#CarpeDiem et #DominusVobiscum.
Lusius Sinurat
Posting Komentar