Ilustrasi: "Percakapan" Koleksi Pribadi +Lusius Sinurat dan +Lisa Huang |
Sebut saja yang satu bernama Mr. Bernard dan satunya lagi Mr. Latteung. Saya tak terlalu pusing dengan nama keduanya. Nomen omen est? Apalah arti sebuah nama?
"Masalahnya apa, Mr? Saya pikir senior Anda baik-baik saja. Dia tak pernah menyakiti hatiku selama kami bekerjasama. Dia bahkan menjadi orang yang selalu kubanggakan kepada teman-temanku," Mr. Latteung bicara apa adanya.
"Benar Mr. Latteung. Dia memang saudaraku, walaupun bukan saudara kandung. Marga kami memang sama-sama van Houten, dan itu karena dia anak dari abang kandung ayahku. Dia memang tak menyakiti hatiku. Tetapi dia sungguh merepotkanku, terutama dalam hal pekerjaan saya sebagai pimpinan di perusahaan ini," kata Mr. Bernard memulai curhatnya.
"Oh itu. Saya tahu. Ya, memang saya pernah diceritakan sama saudara Anda itu, Mr. Francis van Houten. Saya kira dia sudah merancang dan mengoperasikan perusahaan ini dengan baik di era kepemimpinannya. Bahwa ada yang kurang, itu biasa dalam hidup. Tapi, bisa Anda jelaskan secara spesifik mengapa Anda memulia masa kepemimpian Anda dengan membicarakan kekurangan beliau?" Mr. Latteung semakin penasaran.
"Begini. Lagsung saja, Mr. Latteung. Selama 6 tahun masa kepemimpinannya di perusahaan ini, ada banyak kebijakan yang salah. Seingat saya, dia memilih karyawan berdasarkan firasatnya dan tak profesional. Itu satu. Kedua, dia ini terlalu spontan dalam banyak kebijakan. Bayangkan saja, masak kantor sekretariat dibangun jauh dari kantor Direksi? Belum lagi dia itu tak transparan dalam hal pekerjaan.
Lihatlah apa yang dia tinggalkan sekarang. Hanya ada laporan keuangan. Tak ada progress report dari pekerjaannya. Saya kan jadi bingung apa saja hal postif dan negatif yang telah ia buat?
Dengan kondisi seperti ini, jelas sekalai saya akan kesulitan untuk mereformasi birokrasi di perusahaan ini. Hampir semua orangnya. Kalau kuganti yang satu pasti yang lain juga harus kuganti. Bukan apa-apa, pengaruhnya saudaraku itu begitu kuat dalam diri mereka.
Saya harus mulai darimana untuk memperbaiki ini semua? Ini jaman modern dan perusahaan ini masih dikelola dengna cara-cara tradisional. Bagaimana menurutmu, Mr. Latteung. What I can do?" akhirnya Mr. Bernard keceplosan curhat tentang kondisinya.
Mr. Bernard lupa bahwa hal-hal seperti itu harusnya ia sampaikan di rapat komisaris. Syahdan, ternyata ia juga tak berani mengungkapkan keluhan itu di rapat komisaris. Ia sadara selama 6 tahun kepemimpinan saudaranya Mr. Francis van Houten, para pemilik saham itu justru selalu mendukungnya.
"Begini saja, Mr. Bernarda," Mr. Latteung mulai memaparkan usulannya.
"Anda itu masih relatif muda. Idealisme Anda masih tinggi. Itu harus Anda sadari. Saya tahu Anda orang Belanda; dan orang Belanda itu punya kelemahan "Kalau sudah percaya orang tertentu maka ia akan percaya selamanya". Saudara Anda melakukan itu. Anda juga bisa jadi akan melakukan hal yang sama. Hanya karena Anda tak percaya Mr. Francis lalu Anda juga tak mempercayai apa pun yang telah dilakukannya untuk perusahaan ini.
Just be positive thinking, Mr. Bernard. Tentu saja ada alasan dibaliki kepercayaan yagn tinggi dari komisaris perusahaan kepada Mr. Francis. Menurut cerita Mr. Francis sendiri, selama dia memimpin perusahaan selalu untung; dan keuntungannya selalu naik.
Komisaris tak terlalu pusing dengan tata kelola. Ini jaman serba cepat. Anda bisa memainkan bisnis dari rumah, lewat telepon, internet bahkan lewat orang kepercayaan. Semua dimungkinkan bukan? Ya, Anda tinggal pilih sendiri.
Menurutku sih, hal terbaik yang dilakukan pemimpin adalah ketika dia tak menyalahkan pemimpin sebelumnya hanya untuk memaafkan kegagalannya sendiri. Jadi, cobalan memimpin dengan cara Anda sendiri, tetapi dengan syarat jangan sampai perusahaan ini rugi hanya karena ad experimentum Anda.
Itu saja pendapat saya. Maaf bila menyinggung perasaan Anda, Mr. Bernard," Latteung berupaya bijaksana dalam memberi nasihat.
"Oh tidak. Saya tidak tersinggung. Tadinya saya hanya ingin agar Anda menyampaikan keluhan saya ini ke Mr. Francis. Soalnya saya dan dia sudah lama tak berkomunikasi dari hati ke hati.
Bahkan setiap saya bertanya pengalamannya sebagai direktur perusahaan ini, dia selalu mengatakan, "Itu caraku. kamu sendiri juga pasti punya cara. Jadi pakailah caramu sendiri!" Ya hanya itu yang ia katakan, " lanjtu Mr. Bernard.
"Oh sekarang saya mengerti. Antara Anda dan Mr. Francis tak cocok satu sama lain. Anda tak mungkin bisa belajar dari orang yang Anda tak sukai. Boro-boro bisa berkomunikasi beliau atau sekedar berbagi ide dalam mengelola perusahaan ini. Begitu bukan?" potong Mr. Latteung yang memang punya kelebihan dalam berpikir.
"That's right. Itu persoalannya," jawab Mr. Bernard singkat.
"Kalau begitu, saran saya, belajar lah rendah hati. Anda saja menurut Anda Mr. Francis itu pemimpin yang gagal, Anda juga harus belajar dari kegagalannya. Ya, minimal Anda bisa belajar dari kegagalannya.
Intinya sih, datangilah beliau dan berbicaralah dari hati ke hati. Di dalam hati setiapa manusia Tuhan selalu menyisakan satu ruang untuk ditempati orang lain. Siapa tau Anda menjadi bagian dari hati Mr. Francis. Tentu saja bila Anda berkenan berkomunikasi dengan beliau. Saya tahu beliau itu orang baik. Itu saja ya," jawab Latteung sembari pamit membereskan pekerjaannYa.
Lusius Sinurat
"Oh tidak. Saya tidak tersinggung. Tadinya saya hanya ingin agar Anda menyampaikan keluhan saya ini ke Mr. Francis. Soalnya saya dan dia sudah lama tak berkomunikasi dari hati ke hati.
Bahkan setiap saya bertanya pengalamannya sebagai direktur perusahaan ini, dia selalu mengatakan, "Itu caraku. kamu sendiri juga pasti punya cara. Jadi pakailah caramu sendiri!" Ya hanya itu yang ia katakan, " lanjtu Mr. Bernard.
"Oh sekarang saya mengerti. Antara Anda dan Mr. Francis tak cocok satu sama lain. Anda tak mungkin bisa belajar dari orang yang Anda tak sukai. Boro-boro bisa berkomunikasi beliau atau sekedar berbagi ide dalam mengelola perusahaan ini. Begitu bukan?" potong Mr. Latteung yang memang punya kelebihan dalam berpikir.
"That's right. Itu persoalannya," jawab Mr. Bernard singkat.
"Kalau begitu, saran saya, belajar lah rendah hati. Anda saja menurut Anda Mr. Francis itu pemimpin yang gagal, Anda juga harus belajar dari kegagalannya. Ya, minimal Anda bisa belajar dari kegagalannya.
Intinya sih, datangilah beliau dan berbicaralah dari hati ke hati. Di dalam hati setiapa manusia Tuhan selalu menyisakan satu ruang untuk ditempati orang lain. Siapa tau Anda menjadi bagian dari hati Mr. Francis. Tentu saja bila Anda berkenan berkomunikasi dengan beliau. Saya tahu beliau itu orang baik. Itu saja ya," jawab Latteung sembari pamit membereskan pekerjaannYa.
Lusius Sinurat
Posting Komentar