sumber: Kompas.Com |
Faktanya, masyarakat kita semakin hari justru semakin jauh dari manusia bermental positif.
Orang makin beringas memaki pemerintah, bahkan presidennya. Bahkan mereka lupa jasa baik pemimpinnya hingga mengancam akan membunuhnya.
Tragisnya, semakin banyak orang dimabok agama hingga mengkafirkan dasar dan falsafah negaranya. Begitu bencinya sebagian dari masyarakat pada dasar negara yang dirumuskan dengan begitu bijak oleh pendiri bangsa ini, hanya karena isi kepala mereka dipenuhi nikmatnya surga dan panasnya neraka.
Mental bangsa ini memang sudah di titik kehancuran, sehingga. Dan sebagaimana didendangkan berkali-kali oleh Presiden Jokowi, kita harus bersama-sama dengan pemerintah untuk memperbaiki kebobrokan bangsa ini.
Kemendikbud dan kemenristekdikti belum maksimal memberdayakan manusia. Mereka terlalu sibuk mengisi posisi berdasarkan proporsi daripada profesi; lebih asyik mencari cara mendistribusikan anggaran daripada menata ulang program pembinaan.
Kita tahu betapa pusingnya presiden dan aparatnya membenahi kerusakan mental masyarakat negeri ini. Itu pula sebabnya pemerintah punya hirarki kepemimpinan dari pusat hingga daerah.
Pertanyaanya, apakah orang-orang yang ada di tahta-tahta yang disediakan pemerintah itu mau berubah?
Ah, sudahlah. Mereka sudah terlalu dimanjakan oleh senjata berupa ungkapan ini, "lebih baik menyalakan lilin daripada menangisi kegelapan". Mereka bahkan sering lebih ganas dari masyarakat yang mengkritik mereka.
Kita hanya bersabar, semoga para pejabat bermental "cari selamat" semakin kecil jumlahnya daripada pejabat bermental penyelamat.
Kita memang butuh pejabat model ibu Susi, yang berbuat lebih daripada yang diminta.
Lusius Sinurat
Posting Komentar