Foto: Internet |
Lalu pengobatan dari para dokter, mantri, bidan kita kategorikan sebagai pengobatan konvensional atau pengobatan normal.
Bukannya para tabib/dukun/datu itu yang duluan ada, jauh sebelum ilmu kedokteran menjadi formal seperti sekarang?
Kenyataannya tak ada jaminan bahwa dokter rumah sakit lebih manjur dari pengobatan orang pintar yang ada di Samosir, misalnya. Bahkan tak ada jaminan pula bahwa tablet atau obat dari dokter lebih compatible dengan tubuh pasien dibansing ramuan herbal dari dukun.
Faktanya sangat banyak orang yang sembuh dengan ramuan herbal atau nabati yang diambil para dukun dari alam.
Sayangnya, regulasi yang mengatur mana obat yang boleh dan mana obat yang tidak boleh dikonsumsi pasien berada ditangan para pemilik modal atau penguasa (kapitalis) dan si empunya kuasa (pemerintah). Merekalah yang menentukan apakah ganja, morfin, dst boleh digunakan sebagai obat dengan pengecualian tertentu atau tidak,
Andai saja ganja diperbolehkan ditanam untuk pengobatan, seperti yang dilakukan Fidelis yang ditangkap polisi karena menjadikan ganja sebagai obat untuk istrinya, maka percayalah, rumah sakit, apotik, dan dokter bakal protes. Belum lagi bila pengobatan tradisional yang disinggung tadi diperbolehkan, maka bisa tutup tuh rumah sakit dan para dokter tak punya gawean lagi.
Tentu saja, sebab semua ilmu pengetahuan selalu dijalankan di atas kepentingan bisnis. Tak terkecuali ilmu kedokteran.
Atas dasar itulah kita memahami mengapa pengobatan medis dari "orang-orang pintar" malah disebut pengobatan alternatif. Padahal merekalah yang konvensional dan rumah sakit lah yang alternatif. Mereka yang duluan, jauh hari sebelum ada faktultas kedokteran yang melahirkan para dokter modern.
Bedanya, ilmu kedokteran modern berjalan bak model yang terlihat cantik dan anggun namun dengan polesan disana sini. Sebaliknya, pengobatan alternatif justru tertinggal karena hadir tanpa polesan.
So, mari kembali pada alam, bukan menghakimi alam dengan segala kekuatannya, bahkan berlaku diskriminatif terhadap segala mahluk yang diciptakan Tuhan.
Percayalah, hidup tak pernah dijamin oleh produk undang-undang kesehatan yang dilegalkan oleh DPR dan Permenkes yang mengurusi regulasinya.
Sebab seluruh produk ilmu kedokteran termodern sekalipun tak pernah menjamin orang sakit langsung sehat, sebagaimana juga Green Coffee tak mungkin otomatis melangsingkan ibu-ibu gendut.
Lusius Sinurat
Posting Komentar