"SAAT BIDUKMU MENEPI DI TARABUNGA": 5 Tahun Peziarahan SMAK St.Thomas Rasul Samosir
Pertanyaan saya kepada Drs. Folulu Firmatus La'ia tentang pengalamannya selama menjabat Kakan Kemenag RI periode tahun 2006-2015 justru ia rangkum dalam kisah berdirinya Sekolah menengah Agama Katolik (SMAK) St.Thomas Rasul lima tahun silam.
Dalam kurun waktu 2006-2010, Lai'a, sebagai representasi Bimas Katolik di Kabupaten Samosir ini memang telah berupaya keras mewujudkan sekolah Katolik dibawah kementerian tempat ia bekerja, Direktoran Bimas Katolik - Kemenag RI.
"Perjumlaan dengan Pastor Nelson Sitanggang OFM Cap pda tahun 2010 adalah awal perwujudan niat kami dalam mendirikan SmaK St.Thomas Rasul yang kini telah berdiri megah di Tuktuk Onan-Tarabungu, Simbolon Purba-Palipi, Samosir sana," tutur La'ia dengan mata berkaca-kaca saat kami berbincang di rumah makan milikinya, "Rasa Kita" yang terletak di bilangan Plaza Medan Fair Medan (11/3).
"Benar bahwa sejak thaun 2006-2010, tepatnya sebelum Pastor Nelson ditugaskan Sebagai Pastor Paroki di Gereja Katolik Paroki Santo Mikael Pangururan dan Vikaris Samosir, ide itu memang sudah saya gaungkan kepada Bapa Uskup. Namun sepanjang waktu itu Bapa Uskup punya pertimbangan lain sehingga pendirian SMAK belum ia restui," kata La'ia mengenang niatnya mendidirikan SMAK.
Tak heran, ketika La'ia mengamini perkenalannya dengan Pastor Nelson Sitanggang sebagai awal yang paling tepat bagi lahirnya SMAK di kabupaten Samosir.
"Pastor Nelson Sitanggang itu luarbiasa. Saat saya sampaikan ide tersebut, Pastor Nelson langsung menyambarnya. Itu terjadi tahun 2010 yang lalu. Selanjtunya beliau berjuang tanpa lelah meminta, mulai dari meminta rekomendasi Bapa Uskup disaat kami berupaya keras mendapat izin dari Dirjen Bimas Katolik, juga dalam pencarian dana," kenang La'ia dengan ekspres bersemangat.
Terlalu banyak kenangan yang La'ia ungkapkan. Belum lagi berbagai kesaksian dari para pendiri dan pengurus Yayasan. Sebut saja Pastor Nelson Sitanggang, Patricius Saing, Gabriel Gondi, Holmes Peatolong Sitohang, Plasidus Papy, Dirman Nainggolan, para guru, serta beberapa siswa-siswi SMAK yang telah bersedia menjadi sumber informasi.
Tentu saja, bukan hanya bagi seluruh pengurus Yayasan, pendamping asrama dan tenaga pengajar di sekolah, bentangan perjalanan SmaK St.Thomas Rasul Samosir ini justru penting bagi seluruh umat Katolik di Kabupaten Samosir pada khususnya dan bagi umat Keuskupan Agung Medan pada umumnya.
Maka, peziarahan SMAK yang tampil bak biduk yang berlayar mencari ikan di air tawar Danau Toba pasti akan terasa sayang sekali bila tak didokumentasikan.
Atas inisiatif Vikaris Samosir, Pastor Nelson Sitanggang biduk kecil yang sebelum tahun 2012 nyaris tak terlihat oleh warga Huta Sihotang diseberangnya ini rencanaya akan dibukukan.
Beliau berharap agar bulan Juni 2017 buku sejarah SmaK St.Thomas Rasul yang oleh penulis diberi judul "Biduk Itupun Menepi di Tarabunga" ini segera tuntas dan menjadi salah satu buku referensi bagi SMAK-SMAK yang lain, dan juga menjadi buku bacaan bagi para pemerhati pendidikan di Indonesia.
Posting Komentar