Sebagian besar anak-anak lulusan SD, SMP dan SMA ini telah berhasil mempraktikkan ilmu yang kami latih. Ada yang beternak domba dan kambing, buka bengkel dan warung kuliner, kerja di hotel dan pabrik, dan banyak profesi lainnya.
Perogram yang sangat bagus. Tapi sayangnya di Sumatera Utara enggak "laku" program kayak gini. Maklumlah anak-anak di Sumut nyaris tak ada lagi yang putus sekolah, atau hanya sekedar lulusan SD atau SMP.
Kalaupun Ada tampaknya mereka lebih tertarik membuka lahan sawit di Riau atau bekerja sebagai rentenir di koperasi simpan-pinjam, atau malah jadi supir atau meramaikan Lapo Tuak yang semakin menjamur.
Di Sumut, NGO/LSM tak laku, karena nama LSM sudah terlanjur sangat murahan. Kata teman saya, orang Sumut bahkan sudah kesulitan membedakan mana LSM, mana Ormas, mana wartawan pemeras, dan mana preman seharga noban atau goceng.
Ah, Sumut emang luarbiasa, dan -seperti omongan gubernurnya, Sumut itu Paten!
Lusius Sinurat