"Aku tak punya kuasa untuk menghukum orang itu," kata Jokowi kepada massa meneriakkan takbir berselimut nafsu, "Tangkap Ahok!"
"Negara kita punya hukum, dan sistem hukum kita akan mengadili Ahok seadil-adilnya. Jadi, jangan bawa dia kepadaku. Bawalah dia kepada polisi dan pengadilan, dan biarlah proses di pengadilan yang memutuskan apakah Ahok harus dihukum atau malah dibebaskan," usul Jokowi mengambil jalan tengah.
Tetapi massa bersorban dengan dipandu para ustadz dan kiayi yang ingin mengambil kesempatan itu justru semakin kencang berteriak,
"Tangkap Ahok! Dia telah menghina Al Qur'an; dan menghina Alqur'an sama saja menghina Allah. Jadi, Ahok adalah musuh Islam sekaligus musuh Allah!"
Massa yang entah dikumpulkan dari mana saja itu begitu dikuasai oleh emosi dan kebencian pada sosok Ahok yang memang terlalu berani dan nekat membabat habis kemunafikan di daerah yang ia pimpin.
Tragisnya, ketika Jokowi tak segera memerintahkan agar polisi menangkap dan menahan Ahok sesegera mungkin, massa itu justru kembali mengancam lewat takbir dan teriak kebencian yang sama, bahkan kali ini datang dari Amien Rais, mantan ketua MPR dan pernah nebeng terkenal saat demonstrasi mahasiswa 1998 silam,
"Kalau Jokowi tak segera menangkap Ahok, maka Jokowi harus turun dari singgasananya."
Hanya karena Ahok tak segera ditangkap, divonis bersalah hingga dipenjarakan, massa itu pun kembali menebar ancaman,
"Kami tak punya pemimpin, dan pemimpin kami adalah Allah sendiri!" teriak mereka yang dipenuhi kebencian dan membawa-bawa nama Allah untuk membenarkan dirinya."
Seperti Pilatus, Tito Karnavian, pimpinan tertinggi Polri yang juga pernah menjadi Kapolda DKI mencoba meredam amarah massa dengan menanyakan ulang,
"Jika begitu, apakah yang harus kami perbuat dengan Ahok yang kalian sebut sebagai penista agama ini?"
Sekali lagi mereka berteriak semakin keras hingga memenuhi seluruh ruang kosong di media massa dan media elektronik, "Tangkap dan penjarakan Dia! "
Di atas kursi tersangka, di hadapan para hadirin, Ahok hanya bisa terisak sembari berbagi pengalaman imannya,
"Bagaimana mungkin aku menghina Islam sementara aku bertumbuh dalam lingkungan yang mayoritas Islam? Bagaimana mungkin aku menghina agama yang dianut oleh keluarga angkatku, ayah-ibu angkatku, saudara-saudari angkatku yang beragama Islam?"
Tetapi, massa diluar ruang pengadilan, yang hampir pasti masih bagian dari #aksi0411 dan #aksi212 itu tetap berteriak, "Penjarakan Ahok, Si Penista Agama!"
Posting Komentar