Banyak warga kita yang semakin hari semakin fobia terhadap negara RRC, bahkan segala hal yang berkaitan dengan aktivitas warga negara RRC di Indonesia pun selalu dicurigai.
Lihatlah isi berita di media kita, khususnya yang sering mengulas tentang aktivitas RRC dalam kaitannya dengan Indonesia. Isinya cukup mengerikan, bahkan jauh lebih menakutkan dari fakta yang ada.
Di Politik, isu ini dimainkan saat Jokowi-Ahok mencalonkan diri jadi Gubernur-Wakil Gubernur DKI. Isu yang sama juga menyerang media sosial saat Jokowi maju sebagai capres bersama Jusuf Kalla sebagai cawapres-nya.
Isu ini semakin mencuat ke permukaan justru ketika Jokowi jadi presiden dan Ahok menjadi Gubernur DKI. Hal yang lebih menggelikan lagi adalah tudingan bahwa Jokowi adalah anak kandung dari Oey Hong Liong.
Fakta yang mengada-ada dan ngawur ini bahkan kerap dijadikan alasan untuk membenarkan bawah Jokowi adalah antek China dan dekat dengan orang Hoakiau atau China Perantauan di Asia Tenggara.
Tak hanya Jokowi, Ahok yang memang warga Indonesia keturunan Tionghoa malah lebih sering dibully sebagai antek China. Sama dengan Jokowi, Ahok pun dituduh sebagai representasi dari partai komunis China dan akan merusak Indonesia.
Tak berhenti di situ. Gerbong anti-cina ini juga selalu menuding bahwa media massa sekuler baik cetak (koran, dan lain sebagainya) maupun media elektronik (seperti stasiun TV, radio, internet, dan lain-lainnya) semuanya berafiliasi ke RRC.
Berita-berita atau berbagai postingan anti-cina ini semakin hari justru semakin meresahkan. Kendati ada fenomena aneh, di mana keturunan Tionghoa yang dimusuhi justru hanya mereka yang non-Islam. Sebaliknya, taipan Cina yang muslim malah sering dipuja-puji di media mereka.
Pendek kata, segala hal yang berkaitan dengan warga Indonesia dari etnis Tionghoa semakin hari semakin dicurigai sebagai antek-antek Partai Komunis China yang akan merugikan Indonesia. Mereka tak boleh membentuk ormas asing, atau ketika mereka mempunyai komunitas tertentu yang berasas pada kultur mereka.
Kebencian ini hampir pasti disulut oleh masyarakat kita yang bermental inferior dan seluruh hidupnya seakan dikuasai oleh rasa takut dan selalu merasa diri sedang dijajah.
Pasti banyak juga warga RRC yang bajingan, sebagaimana juga banyak warga kita yang bajingan. Demikian juga, pasti ada taipan Indonesia keturunan Tionghoa yang berbisnis secara curang, sebagaimana juga pengusaha Jawa, Batak, Makasar, Bali, dst yang sama curang dan jahatnya.
Tetapi mengapa banyak mata kita hanya memelototi kekurangan setiap orang yang terkait dengan China disaat kita sendiri tak pernah menyadari betapa banyak orang Tionghoa yang juga cinta mati pada Indonesia melebihi cinta kita yang selalu merasa penduduk asli?
Mari kita belajar dari masyarakat Bali, yang selalu terbuka pada "orang asing" tetapi serentak mereka mampu membuat orang asing menghargai budaya mereka. Ngapain juga fobia? Malah ntar kita hidup di gua.
Posting Komentar