Setiap tema tulisan ilmiah selalu dimulai dari latar belakang. Latar belakang ini menjadi gerbang untuk memaparkan isi hingga tuntas dalam kesimpulan.
Tak hanya dalam tulisan, dalam berbicara pun kita tak mungkin menafikan latar belakang. Latar belakang yang idmaksud adalah alasan mengapa saya mengatakan hal itu".
Semudah itu sebenarnya mengurai dan menuntaskan kasus pencemaran yang dituduhkan kepada Ahok oleh ormas Islam radikal. Ahok mengatakan bahwa "alasannya melontarkan ucapan yang menyebut Surat Al Maidah ayat 51" disebabkan ayat tersebut kerap digunakan oleh lawan politik untuk menyerangnya.
Kondisi itu disebutnya sudah terjadi sejak ia kali pertama terjun di dunia politik pada 2003 di Belitung Timur. Persoalannya, masyarakat kita masih terlalu lekat erat dengan hal-hal mistis atau segala hal yang tidak masuk akal dan diluar logika. Sedemikian terkait hingga masyarakat kita mudah terpancing omongan dan tersulut hasutan.
"Saya tidak mengatakan menghina Al Quran. Saya tidak mengatakan Al Quran bodoh. Saya katakan kepada masyarakat di Pulau Seribu kalau kalian dibodohi oleh orang-orang rasis, pengecut, menggunakan ayat suci itu untuk tidak pilih saya, ya silakan enggak usah pilih," kata Ahok tegas.
Tak hanya dalam tulisan atau pembicaraan, dalam mengimani Tuhan lewat agama tertentu sekalipun tetap membutuhkan logika berpikir yang mumpuni. Nyatanya, masyarakat kita sering kali terlalu mistis saat memandang dan memperlakukan Agama. Kita sering lebih suka menyembah huuruf dan kalimat daripada berbuat kebaikan kepada sesama.
Padahal agama sendiri justru memberi ruang terbuka pada logika. Para nabi atau utusan yang dicatut di dalam kitab-kitab suci jelas namanya, termasuk ajaran-ajaran mereka. Segian besar ajaran mereka tertulis dan sebagian lagi lisan.
Apa yang diajarkan dan dicatat oleh para nabi itu pada akhirnya juga tak terlepas dari kemampuan berpikir dan ketajaman refleksi mereka dalam memahami hingga mengimani Tuhan sesembahan mereka. Artinya, mereka tak bisa dilepaskan dari sisi kemanusiaan mereka sendiri.
Sayangnya, para alim ulama kita banyak yang sangat hobi memancing dengan umpan sensitif sehingga masyarakat kita, khususnya umat yang mereka layani, seringkali super-sensitif pun segera menyantap umpan dari para alim ulama tersebut.
Percayalah, tak ada yang sempurna dei muka bumi ini, sebab hanya Allah yang kita sembah dan imani itulah yang sempurna. Tetapi harus tetap diingat bahwa kesempurnaan Allah tak pernah tergantung dari keterbatasan logika kita.
Posting Komentar