Kesetiaan Yang Berbuahkan Berkat |
Topik ini menegaskan kembali tiga tulisan sebelumnya dalam seri Berubah untuk Berbuah: Transfigurasi Yesus, Peneguhan Dua Nabi Besar PL, dan Selubung Bagi Mereka yang akan Binasa). Nyatanya dalam kehidupan sehari-hari, pikiran kita lebih banyak dibutakan oleh ilah zaman ini seperti
- pola berpikir konsumerisme,
- sikap hidup yang hedonis (mencari kenikmatan dalam berbagai bentuk),
- kecenderungan yang egoistis,
- perasaan diri yang superior terhadap orang lain,
- upaya mengeksploitasi orang lain,
- secara sengaja mengembangkan sikap tamak,
- berlaku kejam dan sewenang-wenang kepada sesama.
Itu sebabnya kita sering gagal mempraktikkan makna Imitatio Christi tadi. Hidup kita tidak pernah mampu berubah secara kualitatif karena kita menolak untuk diubahkan oleh Kristus.
Karena hati kita telah berpaling dan terbelenggu oleh kuasa ilah zaman ini, maka kehidupan kita memancarkan gambar dan rupa dari kuasa dunia, walaupun secara dogmatis kita memiliki pengetahuan yang cukup kaya dan luas tentang Kristus.
Selubung yang menutupi mata rohani kita sering begitu lekat dan menyatu dengan kepribadian kita, sehingga kita sering tidak mampu bersikap obyektif dan kritis terhadap diri sendiri.
Itu sebabnya yang kita kembangkan adalah mekanisme mempertahankan diri sendiri (defence of mechanism), dan bukan sikap koreksi diri (self-correction).
Maka, ketika Kristus berkenan membuka selubung yang telah terkristalisasi dalam kepribadian kita, maka kepribadian kita akan dioperasi oleh-Nya agar memungkinkan kita memperoleh pencerahan iman untuk melihat kemuliaan Kristus.
Jika demikian, apakah kita bersedia diterangi oleh cahaya Kristus dan memperkenankan-Nya untuk membuka seluruh selubung yang menutupi mata rohani kita?
Kesetiaan Yang Berbuahkan Berkat
Pada saat nabi Elia akan diangkat ke surga, disebutkan bahwa ia senantiasa didampingi oleh nabi Elisa. Setiap kali nabi Elia menyuruh Elisa tetap tinggal di suatu tempat dan tidak mengikutinya seperti di Betel, Yerikho dan Yordan, ternyata Elisa lebih memilih untuk mengikutinya dan tidak mau meninggalkannya sedikitpun juga.
Sikap nabi Elisa tersebut mencerminkan kesetiaan seorang murid yang tetap ingin berada di samping gurunya, sehingga ia berkata, “Demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau” (II Raj 2:2.4.6).
Inilah kelebihan sikap nabi Elisa, yaitu kesetiaan dan kasih yang begitu tinggi kepada nabi Elia, gurunya. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa ketika nabi Elia mengajukan pertanyaan kepada nabi Elisa, “Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu” (II Raj. 2:9), nabi Elisa tidak mau meminta apapun juga selain, “Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu”.
Nabi Elisa hanya mengharapkan kekuatan roh yang telah dianugerahkan Allah kepada Elia agar ia dapat menunaikan tugasnya sebagai nabi Allah. Permintaan nabi Elisa tersebut sebenarnya merupakan pemenuhan dari perintah Allah kepada nabi Elia (I Raj. 19:16). >>Lanjut Baca!
Lusius Sinurat
Pada saat nabi Elia akan diangkat ke surga, disebutkan bahwa ia senantiasa didampingi oleh nabi Elisa. Setiap kali nabi Elia menyuruh Elisa tetap tinggal di suatu tempat dan tidak mengikutinya seperti di Betel, Yerikho dan Yordan, ternyata Elisa lebih memilih untuk mengikutinya dan tidak mau meninggalkannya sedikitpun juga.
Sikap nabi Elisa tersebut mencerminkan kesetiaan seorang murid yang tetap ingin berada di samping gurunya, sehingga ia berkata, “Demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau” (II Raj 2:2.4.6).
Inilah kelebihan sikap nabi Elisa, yaitu kesetiaan dan kasih yang begitu tinggi kepada nabi Elia, gurunya. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa ketika nabi Elia mengajukan pertanyaan kepada nabi Elisa, “Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu” (II Raj. 2:9), nabi Elisa tidak mau meminta apapun juga selain, “Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu”.
Nabi Elisa hanya mengharapkan kekuatan roh yang telah dianugerahkan Allah kepada Elia agar ia dapat menunaikan tugasnya sebagai nabi Allah. Permintaan nabi Elisa tersebut sebenarnya merupakan pemenuhan dari perintah Allah kepada nabi Elia (I Raj. 19:16). >>Lanjut Baca!
Posting Komentar