Cahaya kemuliaan Kristus |
Itu sebabnya, sebagaimana ditegaskan dalam tulisan sebelumnya, nabi Elisa diperkenankan untuk memperoleh kekuatan dan wibawa kenabian dari nabi Elia (bdk. II Raj. 2:10-13).
Maka dalam seluruh karya nabi Elisa kita dapat melihat betapa besar kuasa Allah dinyatakan, sebagaimana Allah pernah menyertai dan memberkati nabi Elia.
Demikian pula nabi Elisa diperlengkapi oleh Allah dengan berbagai kuasa mukjizat untuk menyelamatkan banyak orang yang menderita.
Apabila kesetiaan nabi Elisa dinyatakan agar ia dapat diperlengkapi dengan kuasa Allah, tidaklah demikian sikap Petrus pada saat ia menyaksikan peristiwa transfigurasi Kristus.
Petrus berkata kepada Yesus agar ia diperkenankan mendirikan tiga kemah yaitu untuk Yesus, nabi Musa dan nabi Elia, demikian, “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” (Mark. 9:5).
Petrus ingin tetap bersama dengan Kristus, nabi Musa dan Elia di atas gunung itu. Sepertinya Petrus tidak ingin turun dari gunung untuk mendampingi Kristus dalam menunaikan tugas-Nya yang utama, yaitu menderita dan disalibkan.
Kesetiaan yang dipraktikkan oleh Petrus adalah kesetiaan yang pasif dan tetap berada dalam zona aman. Tetapi ketika ia menghadapi tekanan yang dianggap mengganggu rasa amannya, Petrus segera berubah menjadi orang yang tidak segan menyangkal Yesus di hadapan orang banyak.
Bukankah sikap kesetiaan kita kepada Yesus seperti Petrus? Kita akan tetap setia kepada Kristus selama kita masih berada di zona aman, tetapi saat kita diperhadapkan pada sesuatu yang sulit dan berbahaya, maka kita segera berubah menjadi orang-orang yang menyangkal-Nya.
Untuk itu kita perlu meneladani sikap nabi Elisa yang sedikit pun tidak mau meninggalkan nabi Elia sampai saat terakhir. Sehingga ketika nabi Elia telah pergi dan diangkat ke surga, nabi Elisa tetap melanjutkan tugas pelayanan nabi Elia dengan setia. Cahaya kemuliaan yang dipancarkan oleh Allah dalam peristiwa nabi Elia diangkat ke surga tetap terpancar dalam seluruh pelayanan nabi Elisa.
Refleksi
Cahaya kemuliaan Kristus yang disaksikan oleh Kitab Suci dan pemberitaan firman, bahkan juga dalam berbagai peristiwa hidup sehari-hari seharusnya makin memproses diri kita untuk semakin serupa dengan-Nya.
Maka selaku umat percaya kita senantiasa terpanggil untuk terbuka “dioperasi” oleh kuasa Allah sehingga seluruh selubung yang menutupi mata rohani kita disingkapkan.Penyingkapan seluruh selubung kita akan bekerja semakin efektif, manakala kita mau meresponnya dengan sikap iman yang setia kepada Kristus.
Dengan demikian mata rohaniah kita tidak lagi dibutakan oleh ilah-ilah zaman ini, tetapi diterangi oleh cahaya kemuliaan Kristus sehingga hidup kita senantiasa dapat memancarkan kemuliaan-Nya. Amin. >> Baca dari Awal!
Posting Komentar