Interview-1
Yesus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?"
Petrus: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau."
Yesus: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
Interview-2
Yesus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?"
Petrus: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau."
Yesus: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
Interview-3
Yesus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?"
Petrus: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau."
Yesus: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
***
Percaya atau tidak kita sering membenci pertanyaan yang sama yang ditanyakan lebih dari satu kali kepada kita. Maka secara tidak sadar kita kerap bereaksi marah dan kesal saat menanggapi pertanyaan tersebut.
Simon Petrus membuktikan kepada kita bahwa pertanyaan tentang tingkat kedalaman kasihnya kepada Yesus justru menggiringnya pada kesadaran bahwa jawbn "ya" tak cukup membuktikan cintanya kepada Sang Guru.
Ia perlu membuktikan dalam praksis hidupnya bahwa cinta kasih bukan melulu DIKSI, melainkan AKSI nyata dalam hidup sehari-hari.
Kita tak pernah tahu seberapa besarnya rasa cinta kita kepada orang lain, terutama kepada Tuhan yang kita junjung dan sembah. Tetapi bersamaan dengan itu kita tak boleh berhenti pada kedangkalan tingkat kecerdasan kita.
Kita tak pernah tahu seberapa besarnya rasa cinta kita kepada orang lain, terutama kepada Tuhan yang kita junjung dan sembah. Tetapi bersamaan dengan itu kita tak boleh berhenti pada kedangkalan tingkat kecerdasan kita.
Kita harus mewujud-nyatakan perasaaan cinta kita kepada Tuhan dan sesama itu lewat AKSI, yakni menggiring lebih banyak orang lagi untuk mencintai Tuhan dan sesamanya. Maka ajakan di tiap interview Yesus selalu mengulang instruksi yang sama, "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
Lusius Sinurat
Lusius Sinurat
Posting Komentar