Ketika para mahasiswa hanya diarahkan untuk belajar teori teori di bangku kuliah, itu pertanda pemahaman dan pemaknaan tentang tujuan pendidikan itu belum tuntas.
Peserta didik harusnya tidak sebatas adaptasi pada aturan dan kebiasaan Perguruan Tinggi. Sebaliknya ia harus diberi ruang untuk berpikir kritis-analitis hingga mampu merancang cara berpikirnya sendiri.
Hanya dengan pola pikir kritis-analitis itu ia mampu menelurkan gagasan baru tentang berbagai problematika kehidupan yang berkembang di sekitarnya. Inilah yang menjadikannya tak sekedar mampu memahami persoalan dunia.
Seorang mahasiswa harus mampu menjadi pemikir sekaligus penemu ide dan gagasan baru yang produktif. Bukan saja untuk membenahi keadaan hidupnya agar semakin baik, tetapi terutama ia mampu menantang dan menaklukkan pola hidup yang semakin hedonistis, materialistis dan pragmatis.
Pendeknya pola pikir yang dibangunnya hars mampu menggiringnya menjadi orang yang lebih manusiawi disaat dunia semakin haru justru semakin tak manusiawi.
Peserta didik harus bebas berpikir dan berkreasihingga ia mampu bangkit dari kejatuhannya. Hanya dari situasi dan gagal itulah mereka mampu berpikir reflektif dan memperbaiki hidupnya hingga lewat upaya menemukan nilai kebenaran dari tindakan tindakan yang mereka lakukan.
Tak banyak kemajuan yang lahir dari keadaan diam hingga tak berkutik, apalagi dari keadaan terkekang. Mereka yang berniat melahirkan perubahantak lain hanyalah mereka yang merdeka dalam berpikir, bertindak dan dalam memilih arah yang terkordinasi, terbimbing, dan terkontrol seturut pedoman hidup akademis yang benar dan seharusnya. (Dion)
Posting Komentar