Kebetulan aku ada pelayanan memberi pelatihan kepada siswa-siswi Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) St. Thomas Rasul Samosir yang terletak di Desa Simbolon, kecamatan Palipi esok harinya (28/10).
Aku memang sudah disediakan kamar di Hotel Dainang yang letaknya disebelah kanan Gereja Pangururuan. Tetapi ketika dengar kalau Ivan sedang bertugas di Paroki Pangururan, maka aku putuskan melepas kangen dan menginap di Pastoran Pangururan.
Sangat menyenangkan bersua kembali dengan teman lama. Kalau selama di Pulau Jawa aku sudah ketemu Jontri, Robin, Paul, Raolo, Pakcik, Jontiar, Haris, etc., maka di Medan aku sudah ketemu Tagon, Kennedy, Monlee, Mangasi alias Black dan Fajar.
Sementara di Tebing aku sudah bertemu Abdon Manalu dan di Siantar aku telah mengatur pertemuan dengan Pastor Kartolo Malau O.Carm, Adi Novendi Gultom, dan Jhoni Sani Manullang.
Syukur kepada Tuhan, pada tanggal 27-28 Oktober laluaku bisa bertemu dengan Frindo Saragi alias Pator Ivan Siallagan OFM Cap.
Hanya sayang sekali, karena keterbatasan kesempatan aku tidak sempat bertemu untuk kesekian kalinya dengan Pastor Donatus Simbolon SVD bulan Agustus silam.
Kembali ke pertemuanku dengan Pastor Ivan. Aku memang belum akrab dengan sebutan Ivan, karena nama Frindo "Kutilang" lebih akrab di telinga. Seingatku, saat di Seminari Frindo ini tukang ngantuk hingga mata sipit, kurus dan agak tinggi, dan buta bahasa Batak karena ia asli anak kebon dari Kisarah ha ha ha.
Tapi, enggak apa-apa. Aku akan berusaha dan mengakrabi Frindo sebagai Ivan alias Pastor Ivan. Pertemuanku dengan Pastor Ivan memang tergolong sangat ringkas.
Sore hari (27/10) hingga sebelum Doa Angelus, setelah makan malam jam 1-an pagi dan esok paginya (28/10) sebelum saya berangkat ke SMAK di Tuktuk Onan, Tarabunga, Simbolon Purba, Pailipi.
Sejauh mata memandang dan pikiran mengenan, aku tak melihat banyak perubahan dalam diri Ivan. Hanya saja tubuhnya sudah agak lebih gemuk dan berisi. Wajahnya jauh lebih bersahaja dan menurut OMK putri ia sangat ganteng wkwkwkwkw.
Tapi satu hal yang mengejutkanku, kini, Ivan sangat fasih berbahasa Toba. Bahkan, kalau kalian menelepon Ivan dan seraya menunggu ia mengangkat teleponnya, dengarkanlah nada tunggunya berisi "hata pasu-pasu" hasil rekaman suaranya sendiri dalam bahasa Toba yang fasih.
Seperti di pastoran Kapusin pada umumnya, kami juga larut dalam diskusi dan nostalgia masa lalu bersama Pastor Nelson Sitanggang, Elio Sihombing dan Masseo Sitepu. Ketiganya imam Kapusin, tentunya.
Ivan tetaplah Ivan. Ia sosok yang ramah dan bersahabat. Tengoklah ia spontan menyiapkan kamar, mengambil gelas saat hendak minum, dan bersama saudaranya yang lain menyiapkan piring dan peralatan makan sebelum kami makan bersama.
Sore hari dari jam 5-an hingga menjelang makan malam aku tak bersua dengan Ivan karena ia mempersembahkan Misa di salah satu stasi. Tapi ia pulang dengan oleh-oleh yang sangat banyak.
Saksang B1, Napinadar, dan lauk pauk khas Batak dibawanya bersama beberapa botol Bir. Sepertinya imam-imam Kapusin selalu begitu: ketika pergi tugas keluar pastoran/biara, mereka selalu pulang dengan oleh-oleh pemberian umat.
Sayang sekali aku tak kuat lagi makan B1. Padahal melihat cara Nelson, Masseo dan Elio makan B1 aku tergiur juga he he he. Tentu, suasana makan malam dihiasi suasana persaudaraan, dan itu pasti bukan karena ada tamu datang dari Medan. :)
Ringkas tutur, tentu saja aku merasa gembira bisa bertemu teman lama, teman yang dalam perjumpaan itu terlihat sehat dan semakin hebat.
Ivan terlihat sehat-sehat saja, kecuali ia memberitahuku kalau ia sudah keserimpet asam aurat dan tubuhnya mual digandol kolesterol. Penyakit umum ini pasti karena dosa saksang dan panggang B1 dan B2 yang suka nongol di piringnya hahaha.
Terimakasih sobat Ivan; juga sobat Masseo yang menurut kesaksiannya suka membaca tulisan-tulisanku di media, Elio yang masih belia dan sedikit pemalu, serta 'tulang' pastor Nelson yang kalem tapi kocak.
Thanks sobat P. Ivan Siallagan OFM Cap
Posting Komentar