Mengapa pula masyarakat kita begitu demen mengkonsumsi berita-berita yang sifatnya kontradiktif? Faktanya berita-berita seputar Ario K. vs Mario T, JPU vs Saksi Ahli / Pengacara Jessica, teman Ahok vs Bukan teman Ahok, dst.. begitu mendominasi media sosial.
Istilah orang melek IT, berita itu telah tersebar secara viral dan sudah menjadi tr#ndingtopic beberapa kali di twitter.
Mari mengenang masa lalu sejenak. Kalau dulu, satu dekade silam media cetak dan televisi masih menjadi acuan berita, maka tolok ukur sebuah berita dianggap "hot" selalu tergantung dari jumlah pembaca koran dan pemirsa televisi, tepatnya total oplah koran yang sold out atau total chanel televisi yang dipelototi pemirsa.
Sekarang beda lagi. Televisi sudah direduksi olh internet, dan sumber beria televisi dan koran pun justru dicomot dari internet, khususnya media sosial yang mendekatkan tiap peristiwa ke ruang publik.
Tak heran bila saat ini, istilah pembaca itu udah enggak keren. Netter atau netizen adalah terminologi yang lebih mencolok dan kita sukai.
Netter secara awam bisa diterjemahkan sebagai orang yang terjaring atau mereka yang berada di dalam jala. Jadi netter itu bisa juga diartikan sebagai orang yang terjala oleh informasi/berita
Reader tentu berbeda dari netter. Seorang reader biasanya tahu isi berita, kendati tak terlalu ambil pusing dengan judul berita tersebut. Lain hal ya dengan netter yang lebih menyukai judul namun kerap mengabaikan isi berita.
Analoginya kira-kira begini. Netter itu yang mengupas kacang, dan reader itu yang memakan isinya.
Contoh, seorang teman, sesaat setelah membuka fesbuknya berteriak ke arah saya, "Gila bro. Mario Teguh, si motivator golden ways itu ternyata pembohong. Katanya dia punya anak tapi dia gak ngaku!"
Dengan rasa penasaran saya tanya, "Oh ya? Siapa nama anak itu dan ibunya siapa? Trus, kamu tahu darimana?..bla..bla...bla..." (Secara spontan saya ajukan pertanyaan 5W+1H). Si teman tadi hanya bisa menjawab, "Tunggu saya klik dulu tautan berita yang dibagikan di fesbukku ini!"
Mungkin Anda juga pernah bahkan sering mengalami hal yang sama. Atau bahkan Anda sendiri adalah netter sejati, yang doyan mengkonsumsi judul berita yang menyebarkannya secara viral namun tak tahu isinya?
Bisa jadi Anda tahu isi beritanya, tetapi hanya secara parsial. Anehnya, Anda kerap tergoda untuk menyusun kepingan-kepingan berita itu secara lengkap sesuai versi Anda sendiri, lal sesegera mungkin membagikannya?
Semestinya, saat berhadapan dengan fenomena tr#nding topic kita harus tetap kritis. Caranya sangat mudah: jangan berhenti jadi netter, tetapi sekaliguslah menjadi seorang reader.
Sebab kacang yang dikupas orang lain belum tentu bersih dan sehat untuk Anda konsumsi, dan begitu sebaliknya, kacang yang Anda kupas belum tentu sehat untuk perut orang lain yang memakannya.
Demikianlah berita yang menjadi tr#nding akhirnya adalah berita yang memiliki unsur trust di dalamnya. Itulah faktanya.
Demikianlah berita yang menjadi tr#nding akhirnya adalah berita yang memiliki unsur trust di dalamnya. Itulah faktanya.
Posting Komentar