Saat menulis usahakan jangan hobi menyusahkan orang dengan kalimat yang panjang dan istilah rumit tanpa penjelasan. Sebab, menyederhanakan bahasa rupanya tak akan mengubah isi. Justru isi yang hendak disampaikan akan lebih mudah ditangkap oleh berbagai kalangan.
Intinya, kosakata dan kalimat dalam tulisan sah-sah saja disederhanakan, asal jangan menghilangkan maksud yang ingin disampaikan.
Para filsuf sering berlama-lama berdiskusi di angkasa soal eksistensi hidup, tetapi orang cerdas justru sudah memaknai keberadaannya lewat perbuatan.
Ketika para penghafal pasal-pasal hukum sibuk memutar-balikkan kata, khalayak umum justru sudah tau apa yang sedang mereka cari.
Kita sering mempersulit hal yang mudah. Ketika hujan lebat selalu terjadi setiap tahun tetapi setiap tahun pula para pemimpin daerah bicara soal antisipasi banjir.
Ini persis seperti walikota Medan yang tak pernah tahu hukum gravitasi saat hujan tutun. Walikota Medan sepertinya penyembah dewa matahari, karena setiap banjir di malam hari ia hanya menunggu surut esok hari.
Kiranya inilah alasan mengapa eksekutor seperti Jokowi dan Ahok dicintai dan dipilih rakyat jadi pemimpin. Karena mereka tak takut tidak populer hanya karena memperbaiki keadaan.
Seperti Jokowi yang menghapuskan ratusan perpres, perpu, perda, dsb demi efektivitas dan efisiensi. Demikian juga Ahok yang mampu mengurangi titik2 banjir di Jakarta dengan kebijakan tak popler. Nyatanya mereka berdua ini sangat banyak pengagumnya.
Maka jangan mempersulit diri sendiri, apalagi mempersulit orang lain disaat hal yang ingin dilakukan sebetulnya mudah.
Untuk warga Medan, selamat menikmati kegelapan, hidup tanpa sinyal dan batre ponsel, juga tanpa hiburan india bagi ibu-ibu. Hati-hati bagi mereka yang tempat tinggalnya yang terendam air hujan. Take care... Semoga tidur dalam dinginnya malam dan minimnya nyamuk-nyamuk yang suka membangunkan...
Lusius Sinurat
Posting Komentar