Jumat pagi, 13 Desember 2013
di Kapel Domus Sanctae Marthae Residensi di Vatikan,
Fokus perhatiannya pada sikap beberapa orang Kristen yang tampaknya “alergi” dengan para pengkhotbah dan terlalu bersifat mengecam mereka yang mewartakan Injil, yang menunjukkan bahwa mereka sering khawatir untuk membiarkan Roh Kudus ke dalam kehidupan mereka dan karenanya rentan terhadap kesedihan yang mendalam.
*****
Dalam Injil: Matius 11:16-19 Yesus menyamakan generasi angkatan-Nya dengan anak-anak yang selalu tidak bahagia, yang menjelaskan bahwa mereka [seolah], “tidak terbuka kepada Firman Allah.”
Penolakan mereka, jelasnya, bukan terhadap pesan itu, melainkan terhadap si pembawa pesan: menolak Yohanes Pembaptis — yang tidak makan dan tidak minum dan dituduh kerasukan setan, serta menolak Yesus karena dan menuduhnya seorang pelahap, pemabuk, sahabat para pemungut cukai dan para pendosa.”
Mereka selalu punya alasan untuk mengkritik pengkhotbah, tetapi mereka lebih suka berlindung dalam sebuah agama yang lebih rumit:
Mereka selalu punya alasan untuk mengkritik pengkhotbah, tetapi mereka lebih suka berlindung dalam sebuah agama yang lebih rumit:
- dalam prinsip-prinsip moral (orang-orang Farisi);
- dalam kompromi politik (orang-orang Saduki);
- dalam revolusi sosial (orang-orang fanatic) dan
- dalam spiritualitas gnostic (orang-orang Essene).
Ciri-ciri orang yang dimaksud Yesus ialah mereka yang:
- menganiaya para nabi, [bahkan] membunuhnya
- mengaku menerima kebenaran wahyu, sementara Sang Pengkotbah tidak menerimanya.
- memilih hidup yang terkurung dalam ajaran-ajaran, kompromi-kompromi , rencana-rencana revolusioner atau dalam spiritualitas mereka.
Allah berbicara kepada kita melalui orang-orang dengan keterbatasan-keterbatasan, orang-orang yang penuh dosa, orang-orang dengan skandal, bahkan lebih dari sekedar skandal. Melalu mereka Allah berbicara kepada kita dan menyelamatkan kita dengan cara manusia (dalam diri Putera Allah). Seperti Yesus, akhir hidup-mereka pun diperlakukan bak seorang penjahat.
Dalam diri orang-orang Kristen terdapat juga ciri di atas, dan itu sungguh menyedihkan, sebab mereka:
- tidak percaya pada Roh Kudus,
- tidak percaya pada kebebasan yang berasal dari pengkhotbahan yang mengingatkan, mengajarkan, bahkan menampar mereka.
- seperti anak-anak yang takut untuk menari, menangis, dan takut kepada segala sesuatu.
- selalu meminta kepastian dalam segala hal dan selalu mengkritik para pengkhotbah Kebenaran, tetapi serentak mereka khawatir membuka pintu (hati mereka) kepada Roh Kudus.
*) Disadur dari www.news.va
Lusius Sinurat
Posting Komentar